Menurut KBBI, teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan. Makna yang lain adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Artinya, teknologi erat kaitannya dengan kehidupan manusia, bukan?
Hampir semua sektor kehidupan beririsan dengan teknologi. Mulai dari pendidikan, komunikasi, kesehatan, hingga transportasi. Begitupun dalam kehidupan seorang ibu seperti aku. Apa saja manfaat teknologi yang amat lekat dengan aktivitasku? Kita bahas satu persatu yuk!
Teknologi memperlancar komunikasi
Aku seorang ibu Indonesia yang sejak enam tahun lalu berdomisili di luar negeri. Sebagai ibu rantau, keberadaan teknologi sangat membantu kami untuk menjalin komunikasi rutin dengan keluarga besar di Indonesia. Video call dengan orangtua adalah aktivitas yang rutin kami lakukan nyaris setiap hari, apalagi sejak kehadiran bayi mungil di tengah keluarga kami. Kakek dan nenek hampir selalu menanyakan kabar dan kegiatan cucu-cucu beliau di rantau.
Flashback ke masa kecilku, yang mana akupun sempat tinggal nomaden karena tugas kerja Papa. Masih jelas dalam ingatan, saat tinggal di Balikpapan, ibu mengajarkanku cara menulis surat. Kata demi kata kurangkai menjadi sebuah surat yang kami kirimkan untuk nenek di Purwokerto. Kala itu belum ada gawai, apalagi fasilitas video call. Untuk bisa melepas kangen, selain menulis surat, setiap akhir pekan kami sekeluarga perlu pergi ke kota. Karena di kota ada fasilitas wartel (warung telekomunikasi) yang bisa kami gunakan untuk bertukar kabar dengan keluarga besar melalui suara.
Teknologi memudahkan urusan rumah tangga dan keluarga
Tinggal di rantau tentu relatif minim support system. Urusan rumah tangga kami kerjakan bersama dengan pasangan dan anak-anak melalui pembagian tugas. Kami menulis daftar pekerjaan rumah yang perlu kami kerjakan, kemudian pasangan dan anak-anak memilih pekerjaan mana saya yang ingin dikerjakan. Namun tantangan baru kami temukan saat berpindah dari Wina, Austria ke Abu Dhabi, UEA ini. Wilayah tempat tinggal kami saat ini berada di pinggiran, relatif jauh dari tengah kota. Ditambah dengan cuaca musim panas daerah gurun yang teriknya sungguh menyengat, bisa sampai 47 derajat celcius. Keluar rumah rasanya seperti mandi sauna, otomatis langsung basah oleh keringat.
Agenda keluar rumah pun jadi tantangan tersendiri. Di sinilah teknologi lagi-lagi berperan penting untuk kami. Yaitu dengan berbelanja online. Beberapa supermarket lokal menyediakan platform belanja online melalui aplikasi. Dengan ongkos kirim yang relatif murah, bahkan bisa gratis dengan nominal belanja tertentu, kebutuhan sehari-hari bisa diantar sampai di depan pintu. Tinggal pilih di katalog barang, atur waktu pengiriman, lakukan pembayaran, beres. Alhamdulillah.
Teknologi membantu diri untuk produktif dan bermanfaat
Karena wilayah tempat tinggal dan kondisi saat ini yang sedang punya newborn, gerakku beraktivitas di luar rumah jauh lebih terbatas dibandingkan dulu saat di Wina, Austria. Namun ternyata karena keterbatasan kondisi itulah, aku justru bertemu dengan beragam aplikasi kesehatan. Di momentum kehamilan kemarin, aku sempat mengikuti kelas yoga hamil yang diselenggarakan tenaga medis di Indonesia. Ibu bidan yang menjadi fasilitator kelas, mengoreksi gerakan yoga setiap peserta. Rekamannya pun bisa aku simak berulang.
Aku juga mengikuti kelas belajar, salah satunya kelas Bunda Salihah Insitut Ibu Profesional, yang kemudian membuatku menginisiasi sebuah gerakan bernama Puan Adaptif, bersama para perempuan Indonesia ainnya yang tersebar di Amerika, Eropa dan Indonesia. Dengan bantuan teknologi, gerakan yang dimulai dari dalam rumah jadi memungkinkan untuk meluas jangkauannya. Bahkan gerakan Puan Adaptif pun membuatku terpilih menjadi TOP 100 INOVASIA.
Bagiku, selama dimanfaatkan dengan bijak, teknologi dapat menjadi sahabat baik ibu untuk bermanfaat bagi dunia, dari dalam rumah.
Abu Dhabi, 4 Agustus 2024
Comments
Post a Comment