Hampir dua bulan belakangan ini saya mengikuti program Beasiswa INOVASIA Social Innovators. Program ini diselenggarakan oleh Pak Salman Subakat, founder NSEI (Nurhayati Subakat Enterpreneurship Institute) dimana NSEI sendiri merupakan bagian dari Paragon Corp. Seru? Banget!
Sebelumnya, saya mau curhat terlebih dahulu untuk mengawali tulisan kali ini :)
Ini adalah momentum saya kembali menulis di blog, setelah rehat sejenak menulis konten di blog pasca kepindahan kami dari kota Wina-Austria ke Abu Dhabi. Otomatis, tulisan ini juga merupakan tulisan perdana yang saya torehkan di blog pada tahun 2024 ini. Jujur, saya rindu menulis di blog. Namun saya perlu mengelola energi dan waktu saya dan memprioritaskan hal lain lain yang perlu diurusi ketimbang menulis di blog. Dan setelah dua bulan masa rehat, saya kembali dengan bahagia dan berenergi. Memang benar adanya, bahwa istirahat itu hal penting yang perlu ditunaikan.
Sekian curhatnya, mari kembali ke bahasan utama, yaitu program beasiswa INOVASIA.
Program ini dimulai sejak awal September tahun lalu, dimana saya mendaftarkan diri dengan mengisi formulir pendaftaran dan mengunduh twibbon yang berisi foto diri disertai caption mengenai mimpi untuk Indonesia. Tahu informasi program ini darimana? Persisnya saya lupa, tapi yang jelas saya melihat banyak twibbon berseliweran dari lingkar pertemanan saya yang mengunggah rasa penasaran dan membuat saya mengunjungi akun instagram pak Salman Subakat. Dari sana saya mendapatkan informasi detailnya, bahwa sedang dibuka pendaftaran kelas beasiswa INOVASIA yang kemudian akan dipilih TOP 100 Social Innovators untuk mengikuti kelas belajar bersama pak Salman Subakat. Tertarik? Tentu saja. Di tengah kesibukan mengikuti kelas Bunda Salihah Institut Ibu Profesional, persiapan suami yang akan berangkat terlebih dahulu ke Abu Dhabi sehingga kami menjalani LDM sementara waktu, hingga persiapan kepindahan kami sekeluarga di akhir tahun, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri. Niatnya satu, untuk membekali diri dalam menjalankan gerakan inovasi sosial yang sedang saya inisiasi sebagai bentuk konkrit kontribusi pada bumi pertiwi. Bismillah...
Ternyata jumlah pendaftar membludak, ada 1000++ peminat yang mendaftarkan diri. Dari pendaftaran, terpilihlah 300 orang terbaik yang diminta menuliskan esai mengenai kontribusi untuk Indonesia. Saya baru tahu fakta tersebut setelah mendapatkan e-mail pemberitahuan dan permintaan untuk menulis esai di akhir bulan November. Untuk apa menulis esai? Ya, tepat sekali! Untuk kembali diseleksi, disaring lagi menjadi TOP 100 INOVASIA Heroes yang berhak mengikuti kelas pembelajaran selama sekitar dua bulan berikutnya.
Jujur, saya mengerjakan esai di batas waktu pengumpulan. Mepet bangeeet. Tapi karena konsep program sudah ada di pikiran, jadi tinggal menuangkannya saja dalam bentuk kata-kata. Alhamdulillah diminta hanya 300 kata dan setiap paragrafnya sudah ditentukan mengarah ke poin bahasan apa. Sebenarnya justru ini tantangannya ya. Menjelaskan proyeksi langkah ke depan dengan jelas, padat dan mudah dipahami. Benar-benar di menit-menit terakhir, alhamdulillah esai berhasil terunggah. Mari serahkan hasilnya pada Allah.
Berita baik datang sebulan kemudian. Syukur alhamdulillah saya lolos TOP 100 INOVASIA Heroes. Momentum pengumumannya berdekatan dengan tanggal kepindahan kami dari Wina ke Abu Dhabi, bahkan saya mengikuti sesi perjumpaan perdana saat dalam perjalanan ke rumah salah satu keluarga yang kami pamiti beberapa hari menjelang kepindahan kami. Rasanya campur aduk. Ya senang, antusias, deg-degan, nano-nano pokoknya. Bisa lolos dan mendapat pembekalan materi seputar inovasi sosial tentu adalah sebuah hal membahagiakan. Terlebih hal ini memang masuk dalam peta belajar saya saat ini. Kelas Bunda Salihah baru saja usai, dan program INOVASIA ini bagaikan program lanjutan untuk mempertajam pemahaman saya mengenai bagaimana membangun dan merawat sebuah inovasi sosial.
(bersambung)
Comments
Post a Comment