Beberapa waktu lalu, putri sulung berkegiatan di luar kota untuk pertama kalinya bersama teman-teman sekelas juga tiga kelas lainnya. Mereka belajar bermain ski di luar kota Wina selama satu hari penuh. Bermain ski? Ya, sebuah permainan yang ia (bahkan kami sekeluarga belum pernah mencoba sama sekali). Tentu kegiatan ini akan menjadi pengalaman yang amat berkesan untuknya.
Agenda ini sudah diumumkan sejak jauh hari. Di awal tahun ajaran, saat Elternabend di bulan September tahun lalu, Ibu guru kelas sudah memaparkan rencana kegiatan ini untuk sekitar bulan Januari, hanya tanggal pastinya saja yang menyusul. Sekitar bulan November, beliau juga memberikan formulir untuk diisi oleh wali murid terkait agenda ini. Mulai dari memilih menu makan siang selama di lokasi, perlu pinjam peralatan ski atau ingin menggunakan milik pribadi, hingga ukuran kepala (untuk kesesuaian ukuran helm), ukuran kaki (untuk ukuran sepatu), tinggi dan berat badan serta level keterampilan bermain ski (untuk kesesuaian papan). Karena ternyata, jika pemula maka papan yang digunakan lebih pendek daripada yang sudah level mahir.
Biaya yang musti dibayarkanpun sudah dikumpulkan beberapa pekan sebelum hari pelaksanaan. Satu hari sebelumnya, guru kelas mengumumkan perlengkapan yang harus dibawa juga jam berkumpul yang memang tiga puluh menit lebih awal ketimbang jam masuk sekolah biasanya. Anak-anak juga perlu dipastikan dalam kondisi fit dan prima serta istirahat yang cukup karena akan menjalani olahraga yang cukup menguras tenaga di suhu yang dingin.
Di hari keberangkatan, kami sekeluarga mengantarkan putri sulung. Beberapa wali murid ada yang mengantarkannya sampai di depan sekolah, diterima oleh guru kemudian beranjak pergi dari sekolah. Banyak wali murid yang mengantar anak-anaknya sampai masuk ke dalam bus, baru beranjak pergi. Beberapa wali murid (termasuk kami sekeluarga) memilih untuk menunggu keberangkatan hingga bus berlalu meninggalkan kami yang berjejer melambaikan tangan di taman depan sekolah.
Rombongan terdiri dari empat kelas teratas dari Volksschule tersebut, dengan didampingi oleh sekitar empat atau lima guru pendamping. Waktu tempuh perjalanan dari sekolah ke lokasi ski di Annaberg adalah sekitar 1.5 jam. Rombongan tiba di sekolah kembali sekitar pukul 17.30 CET. Saat hari sudah gelap dan masuk waktu Isya'.
Sesampainya di rumah, putri sulung mengeluh kakinya sakit dan lapar. Sepanjang hari mereka beraltih intensif. Dimulai dari setibanya di lokasi, mereka mengenal ragam peralatan dan mencoba dengan satu kaki terlebih dahulu. Kemudian jeda makan siang sekaligus sholat. Setelah itu latihan lagi hingga sore. Bahkan mereka tak sempat menyantap roti camilan sore, karena jadwal di sana sangat padat dan di bus mereka dilarang untuk makan dan minum.
Alhamdulillah, kegiatan ini menjadi pengalaman yang berkesan untuk putri sulung. Meski capek dan pegal-pegal, ia menuturkan keseruan rangkaian kegiatan itu dengan binar mata bahagia.
Comments
Post a Comment