Karena pertanyaan beberapa rekan yang muncul belakangan ini terkait perjalanan belajar bahasa Jerman yang saya lalui, saya terpikir untuk menuliskannya kembali, sebagai lanjutan dari tulisan senada yang sempat saya tulis di penghujung tahun 2020 lalu. Tulisan pertama mengenai kursus bahasa Jerman yang saya kontak dan ikuti sejak awal tinggal di Wina, bisa disimak di tautan berikut.
Terus bergerak saja, ada banyak kejutan yang menghampiri dalam perjalanan belajar |
Selepas tahun 2020, bagaimana perjalanan belajar bahasa Jerman saya?
Pasca kursus level B2 di Peregrina, melalui program Deutsch zum MitMischen, saya mengiyakan tawaran untuk ikut ujian ÖSD (Österreichisches Sprachdiplom Deutsch) B2. Ini agak berbeda juga sebenarnya dengan ujian level belajar sebelumnya, dimana untuk level A2 dan B1 sertifikat kelulusan yang saya miliki adalah bukan dari ÖSD tapi dari ÖIF (Österreichischer Integrationsfonds). Keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan. Keduanya juga sama-sama bisa digunakan untuk memenuhi persyaratan perpanjangan izin tinggal. Hanya saja di tes ÖIF ada materi tes tambahan seputar pengetahuan umum mengenai Austria. Bagian itu pun tidak terlalu sulit karena pertanyaan-pertanyaan di soal ujian merupakan soal hafalan yang bisa dipelajari terlebih dahulu melalui buku, situs resmi maupun aplikasi. Jadi, mengapa saat level B2 saya mengambil tes ÖSD adalah lebih ke karena jenis model tersebut yang difasilitasi oleh Peregrina, lembaga kursus tempat saya belajar saat itu. Sedikit tambahan informasi, untuk level C1 dan C2, jenis model yang tersedia terbatas hanya ÖSD, tapi saya masih jauh dari level itu, hehe.
Ujian ÖSD yang saya ikuti terdiri dari dua bagian, tes tulis dan lisan, seperti ujian-ujian sebelumnya. Tes tulis atau schriftlich terdiri dari beberapa bagian, sebagai berikut :
- Leseverstehen atau pemahaman terhadap bacaan. Terdiri dari empat bacaan, durasi pengerjaan soal sembilan puluh menit, total nilai 20 dan nilai minimal 10.
- Hörverstehen atau pemahaman dalam mendengarkan. Terdiri dari dua situasi, durasi pengerjaan soal tiga puluh menit, total nilai 20 dan nilai minimal 10.
- Schreiben atau menulis. Terdiri dari dua situasi, durasi pengerjaan soal sembilan puluh menit, total nilai 30 dan nilai minimal 15.
Sedangkan tes bagian kedua adalah tes lisan atau mündlich yang terdiri dari tiga bagian, yaitu :
- Berkenalan dan mengobrol tematik. Peserta melakukan sesi ini dengan berpasangan dan dikondisikan sedang berada di situasi tertentu, lalu berkenalan dan saling bercerita mengenai sebuah topik sehingga menghadirkan situasi diskusi interaktif.
- Mendeskripsikan gambar. Di sesi ini peserta akan diminta untuk memilih salah satu dari gambar yang diberikan, kemudian mendeskripsikan dan menginterpretasikan situasi dari gambar tersebut selengkap mungkin.
- Debat argumentatif. Peserta kembali mengerjakan dengan berpasangan, di mana kali ini masing-masing peserta akan mendapatkan sebuah opini dari seseorang, dan bertugas seide dengan pendapat di narasi yang ia dapatkan. Kemudian beradu argumen dengan pasangan yang memiliki ide pendapat berseberangan.
Di tes lisan ini, total nilai yang dikumpulkan adalah 30, dengan nilai minimal 18. Durasi pengerjaan tes lisan secara keseluruhan adalah sekitar 20-30 menit.
Ujian ini kami jalani dalam dua hari, satu hari untuk tes tulis, satu hari untuk tes lisan. Sebenarnya saya mengikuti ujian ini dengan cukup nekat, karena saya mengikuti kursus B2.2 ini langsung loncat dari B1, bukan dengan mengikuti level B2.1 terlebih dahulu di semester sebelumnya seperti teman-teman lain di kelas. Mengapa? Karena pada saat saya mendaftarkan diri untuk level B2.1, Peregrina sedang tidak membuka kelas untuk level B2.1. Maka, saya mencoba menjalani saja sekemampuan saya, untuk hasil mari pasrahkan pada Allah.
Selang dua pekan, hasil ujian pun keluar. Qodarullah saya tidak lulus sebagian. Untuk bagian tes lisan, alhamdulillah lulus, sedangkan untuk tes tulis, nilai saya kurang di bagian Schreiben atau menulis. Maka, saya mendapat sertifikat kelulusan hanya untuk tes lisan saja. Saya punya kesempatan untuk mengulang ikut tes di semester berikutnya, cukup untuk bagian tes tulis saja, tidak perlu semua rangkaian.
Tahun berganti, awal tahun 2021 saya memutuskan untuk mencari alternatif untuk mengikuti kursus level B2. Maka saya mendaftarkan diri di AMS (Arbeitsmarktservice) sebagai pencari pekerjaan yang membutuhkan keterampilan bahasa Jerman level B2. Proses pendaftarannya cukup panjang dan lumayan perlu wira-wiri ke beragam tempat. Mulai dari berkomunikasi dengan Berater via telfon beberapa kali, datang ke lokasi tes untuk penempatan level (tapi akhirnya saya tidak perlu mengikuti tes karena memiliki sertifikat level B1 yang masih berlaku karena belum sampai satu tahun), datang ke kantor pendaftaran untuk wawancara, hingga kemudian mendapatkan kursus level B2 di IP Center. Perjalanan babak baru pun dimulai. Kursus di sini relatif lebih kaku karena pesertanya lebih beragam. Jadwalnya juga lebih padat karena durasi kursusnya hanya tiga bulan.
Maka mulai awal bulan Februari hingga akhir bulan April, saya mengikuti kursus di sini setiap hari Senin hingga Jum‘at dari jam delapan hingga jam sebelas siang. Di awal Mei 2021 saya kembali ujian ÖSD B2 dengan mengikuti seluruh rangkaian ujian hingga akhirnya lulus, meski dengan nilai mepet pas-pasan (terutama untuk bagian Schreiben atau menulis). Alhamdulillah.
Keterampilan bahasa Jerman hingga level B2 ini ternyata mengantarkan saya untuk memungkinkan mengambil Lehrgang dan Ausbildung. Kesempatan-kesempatan belajar formal yang sama sekali tidak terbayang dalam pikiran saya saat dulu memulai perjalanan belajar bahasa Jerman. Dulu, yang terbersit dalam pikiran adalah, belajar bahasa Jerman untuk bisa mengoptimalkan kesempatan merantau di kota Wina, Austria ini. Mulai dari beraktivitas sehari-hari seperti berbelanja, pergi ke dokter, mengurus keperluan sekolah anak hingga mengakses fasilitas belajar anak-anak dan diri sendiri di sini. Lecutan terbesar adalah saat awal kedatangan kami di sini, qodarullah pemuda kecil perlu dirawat inap karena dehidrasi, dan beberapa petugas rumah sakit hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Jerman. Gemas rasanya.
Dulu, banyak juga pihak yang mempertanyakan alasan saya mengikuti kursus, "Buat apa? Rajin banget sih". Wajar saja terlontar pertanyaan dan pendapat demikian, karena untuk belajar bahasa Jerman kita perlu mengalokasikan waktu cukup banyak, yang notabene bisa digunakan untuk hal lain seperti pergi jalan-jalan atau eksplorasi tempat wisata. Toh, saya juga rencananya tinggal sementara saja di Wina. Kadang, saya juga tak bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan detil. Hanya mengikuti dorongan dalam diri untuk terus belajar dan bertumbuh dengan memanfaatkan kesempatan belajar gratis di depan mata, langsung dari penutur asli. Maka, saat ada kesempatan belajar, ambil dan jalankan saja dulu untuk tujuan belajar terdekat. Semoga langkah ini, senantiasa dalam iringan rida Allah. Aamiin.
Wien, 3. August 2022
Comments
Post a Comment