Bismillahhirrohmanirrohim...
Alhamdulillah, senang sekali rasanya kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al Qur‘an) Masjid As-Salam WAPENA (Warga Pengajian Austria) kembali bisa berlangsung secara offline. Kalau dihitung-hitung, kegiatan TPA offline di masjid sempat jeda selama 2 tahun dua bulan. Hmm...apa saja ya yang berubah?
Dulu sebelum pandemi, TPA offline berlangsung bersamaan dengan kajian rutin Bapak/Ibu yang diadakan oleh WAPENA (Warga Pengajian Austria) setiap Ahad siang. Kali ini, kajian belum berjalan rutin, kalau terhitung selepas Idul Fitri, baru satu kali diadakan kajian rutin. Jadwal TPA pun belum bisa bersamaan dengan jadwal kajian rutin karena keterbatasan tempat. Ruangan di masjid yang dialokasikan untuk kegiatan TPA rencananya akan direnovasi dulu sehingga belum siap digunakan.
TPA online yang berjalan saat pandemi terdiri dari beberapa sesi kegiatan. Ada sesi setoran kelompok ke guru pengajar masing-masing sehingga jadwalnya lebih fleksibel karena bisa disepakati oleh kedua belah pihak. Ada Kajian Anak Muslim yang diisi oleh Ustadz Luthfi sebulan sekali via Zoom, juga sekarang ada TPA Balita yang memiliki kelompok sendiri dan sudah lebih dulu rutin berkegiatan offline (di luar Ausflug) di kediaman santri secara bergiliran.
TPA offline kali ini kami tawarkan ke para santri dan pengajar. Siapa yang bisa hadir, silakan hadir. Sedangkan untuk TPA Balita, pertemuan offline memang sudah terjadwal rutin per bulan sehingga bisa langsung dieksekusi dang dipersiapkan. Santri yang kuajar sendiri yaitu Mayla dan Kalea berhalangan hadir offline di hari tersebut karena ada termin. Di masjid, alhamdulillah ada enam anak yang bisa hadir. Satu anak merupakan santri yang sedang di tahap belajar Al Qur‘an, kelima santri lainnya adalah peserta TPA Balita.
TPA Balita diisi oleh mba Atin. Sesi dimulai dengan menyampaikan urgensi belajar huruf Hijaiyyah. Dilanjutkan dengan pengenalan huruf Hijaiyyah menggunakan flaschcard dan boardgame. Penggunaan alat bantu ajar ini memang penting untuk mengajar anak-anak, terutama anak usia dini mengingat rentang fokus mereka yang masih pendek. Sedangkan untuk satu santri di luar TPA Balita (yang mana merupakan si sulung), kegiatannya adalah menyetorkan bacaan.
Ciri khas pembelajaran TPA di sini adalah keterlibatan aktif orangtua santri dalam proses belajar mengajar di TPA. Ini merupakan pengejawantahan konsep Community based Education atau pendidikan berbasis komunitas, dimana sekelompok orang yang memiliki kebutuhan bersama, memiliki visi dan misi yang sejalan, bergerak beriringan, untuk memenuhi kebutuhan bersama, mencapai sebuah tujuan bersama, yaitu terlaksananya pendidikan islam bagi anak-anak dan keluarga di negara yang notabene Islam merupakan minoritas ini.
Usai kegiatan TPA, wali santri (yang juga sekaligus pengajar dan pengurus TPA) bisa berdiskusi dan bertukar pikiran. Semua juga bersama-sama menikmati camilan yang tersedia, yang sudah dibawa juga oleh para wali santri. Masjid As-Salam yang merupakan masjid Indonesia di Wina ini saat ini sudah berstatus hak milik, sudah bukan menyewa lagi seperti lokasi masjid sebelumnya. Maka, kami perlu semakin bersemangat untuk berkegiatan di masjid. Termasuk juga menghadirkan rasa cinta dan rindu terhadap masjid, di hati anak-anak.
Comments
Post a Comment