Alhamdulillah wasyukurillah, setelah melewati masa pandemi selama dua tahun, atas izin Allah keadaan berangsur-angsur membaik. Di kota Wina sendiri, festival-festival yang melibatkan banyak pihak dan bisa dihadiri oleh orang dalam jumlah banyak sudah mulai bisa digelar. Perpaduan kondisi yang mulai melonggar dengan hangatnya musim semi membuat warga amat antusias menyambut aneka festival yang diadakan oleh pemerintah. Salah satunya adalah Genuss Festival yang berlangsung di tanggal 6 hingga 8 Mei 2022 lalu.
Genuss Festival merupakan acara festival kuliner dimana berbagai produsen bahan pangan dari segenap penjuru Austria hadir. Acara ini sendiri pertama kali kami peroleh infonya dari pengajar di sekolah. Beliau menghimbau kami untuk hadir di acara tersebut untuk mengenal dan mempelajari langsung aneka produk pangan lokal regional sendiri. Bagi teman-teman sekelas yang memang lahir di sini atau sudah puluhan tahun tinggal di sini, mungkin acara tersebut tidak begitu menarik perhatian karena sudah familier bagi mereka, sudah sering mereka konsumsi atau bahkan menjadi bagian hidup mereka. Namun bagi saya yang baru empat tahun tinggal di sini, masih terbiasa masak masakan Indonesia dalam keseharian, baru satu semester mengikuti Ausbildung ini dan sedang belajar mengenal satu demi satu menu makanan lokal, ini adalah kesempatan spesial.
Strong why : Belajar Ragam Produk Pangan Lokal
Saya sendiri merasa perlu mendatangi festival ini untuk belajar. Belajar dengan melihat langsung wujud produk-produk yang selama ini hanya diketahui lewat namanya saja, menyimak langsung penjelasan dari produsen mengenai cara pembuatan produk hingga manfaatnya, juga mencicipi produk-produk hasil karya inovasi. Ketertarikan inilah yang membuat saya memutuskan untuk datang bersama keluarga di hari pertama, selepas saya pulang praktikum jam 17.00 CEST. Kami sampai sekitar jam 18.30 CEST. Di sana kami berkeliling, melihat ada stan apa saja dan stan mana saja yang menarik perhatian kami. Stan pertama yang kami kunjungi adalah stan akuaponik. Akuaponik adalah sebuah sistem pertanian terintegrasi yang menggabungkan antara akuakultur dan hidroponik. Air yang mengalir mengairi kolam ikan, akan masuk ke biofilter sehingga kotoran ikan berubah menjadi pupuk alami bagi tanaman. Dengan sistem akuaponik, maka tidak ada air yang terbuang cuma-cuma, tidak ada cemaran yang masuk ke sistem ini dan tanamannya pun tidak membutuhkan pupuk tambahan lagi. Hal ini sejalan dengan tiga kriteria Blün yang berdomisili di Wina, perusahaan pemilik stan ini untuk setiap produk yang mereka hasilkan, yaitu lokal, transparan dan ramah lingkungan.
Stan kedua yang kami kunjungi di sore itu adalah stan jus buah. Panas-panas, yang dicari tentu minuman yang segar-segar, apalagi anak-anak ya. Pemilik stannya ramah, pengunjung dipersilakan mencoba aneka rasa varian jus produksi mereka. Dari beragam varian, yang paling menarik perhatian kami adalah varian rasa jus apel kombinasi. Ada apel - wortel, apel - bit, dan apel - ceri yang kesemuanya enak namun sensasi rasanya berbeda-beda. Sebelum meninggalkan stan tersebut, kami membeli jus varian rasa apel - wortel dan pir masing-masing satu liter.
Usai berkeliling dan mengantongi jus dan popcorn, kami menggelar tikar di taman. Menikmati suasana sore hari sekeluarga. Anak-anak berlari mendekati seorang peniup balon gelembung besar, berkejar-kejaran bersama anak-anak lainnya. Momen ini cukup efektif bagi saya dan suami untuk bersantai sejenak menghilangkan penat dan pegal pasca beraktivitas seharian. Alhamdulillah.
Keesokan harinya, di hari Sabtu, saya berencana untuk pergi ke Genuss Festival kembali. Rasanya belum puas mengelilingi stan-stan dan menemukan hal baru seputar pangan di sana. Karena suami sedang ada deadline penulisan terkait studi beliau, maka saya berangkat bersama anak-anak. Agar lebih optimal dan seru, saya membuat janji dengan teman sekelas di Ausbildung untuk datang bersama. Teman asal Kamboja ini ternyata datang bersama anak beliau juga yang berusia sepuluh tahun.
Stan yang Ramah Anak
Karena menjelajah bersama anak-anak, tentu kami berkompromi dengan kebutuhan mereka juga. Kami singgah di stan-stan yang penuh warna, atraktif dan menarik perhatian anak-anak. Stan pertama yang kami kunjungi adalah stan sebuah peternakan ayam petelur dari Niederösterreich. Telur berbagai ukuran yang menyembul di balik keranjang di atas meja stan mengundang rasa penasaran anak-anak. Gayung bersambut, pemilik stan meminta anak-anak menebak telur-telur apa saja yang ada di sana, sembari memberikan beberapa clue sebagai umpan. Di situ anak-anak juga sempat mencocokan telur berdasarkan kode yang tertera di tiap butirnya. Mana yang Biohaltung (telur organik), Freihaltung (telur kampung), dan Bodenhaltung (telur dari peternakan umumnya). Sebenarnya ada satu kategori lagi, yaitu Käfighaltung (telur dari ayam yang di kurungan). Namun telur kategori ini sudah tidak ada lagi karena sejak tahun 2020 penggunaan Käfighaltung (kurungan atau kandang sempit) sudah dilarang di wilayah Austria (sumber : www.landschafftleben.at).
Belanja Gagasan dari Produk-Produk Hasil Inovasi
Ada banyak produk yang baru kami lihat untuk pertama kalinya, tak lain karena produk tersebut adalah hasil inovasi, dan belum populer di kalangan masyarakat. Tapi bisa jadi beberapa waktu ke depan produk tersebut tersebar luas penggunaannya. Ambil satu contoh dari pengalaman diri sendiri, yaitu produk Textured Vegetable Protein (TVP) atau yang biasa dikenal dengan sebutan daging tiruan. Di akhir tahun 2010 saat mengajukan ide topik skripsi pada dosen pembimbing kala itu, saya memiliki ketertarikan dan ingin mengangkat gagasan TVP atau daging tiruan ini ke dalam penelitian skripsi, yang kala itu masih asing. Namun kini, dua belas tahun kemudian, saat saya berkesempatan menjejak di bumi Eropa, pelaku pola hidup vegan dan vegetarian menjadi tren yang cukup populer di masyarakat kota Wina. Ada banyak daging tiruan yang terdapat di pasaran, berbahan dasar kacang-kacangan dengan rasa yang menyerupai daging sapi maupun ayam. Tersedia dalam banyak bentuk, mulai dari nugget, patty hingga irisan doner kebab meat. See?
Maka, saat sampai ke stan jamur, dengan aneka olahannya, saya tertarik! Ada pesto jamur diantaranya, salah satu inovasi yang masih jarang saya temui di pasaran. Saya koq jadi random membayangkan kehadiran jamur krispi, pepes jamur atau martabak jamur turut memeriahkan produk olahan di stan ini, ya! Hehe. Pesto merupakan salah satu olahan yang banyak digunakan masyarakat di sini untuk mengawetkan suatu bahan pangan sehingga memperpanjang umur simpannya. Biasanya pesto dibuat dari bahan utama (yang paling sering adalah daun basil, atau kalau sedang musim semi maka daun bärlauch), minyak zaitun, bawang putih, garam, biji pinus dan keju parmesan. Penggunaan pesto di sini sangat populer untuk menu makanan praktis sehari-hari. Biasanya dikonsumsi dengan cara dijadikan olesan roti.
Stan berikutnya yang menarik perhatian saya adalah stan minyak nabati dari beraneka kacang-kacangan. Selama di Indonesia, saya hanya mengenal minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak zaitun, dan minyak jagung. Tiga tahun awal di sini pun saya hanyak mengenal minyak bunga matahari, minyak kanola dan minyak jagung. Baru akhir tahun lalu, saat belajar membuat sup krim labu atau Kürbiscremesuppe saya berkenalan dengan minyak labu atau Kürbiskernöl yang ternyata rasanya gurih dan aromanya sedap. Di stan ini saya menemui biji bunga matahari, biji labu, biji anggur dan biji-bijian lain yang masih asing. Semuanya bersanding dengan olahan minyak masing-masing.
Stan unik berikutnya adalah stan Black Garlic! Bawang putih yang biasanya digunakan dalam memasak itu, penampakan kulitnya berubah menjadi lebih kecoklatan, dan bawang di dalamnya berubah warna menjadi hitam karena proses fermentasi. Bahan yang kaya manfaat tersebut setelah mengalami proses fermentasi menjadi black garlic bertambah kandungan fungsionalnya karena mengandung probiotik serta lebih tinggi kandungan antioksidannya.
Alhamdulillah, cukup seru rasanya berkeliling bersama ke aneka stan bahan pangan lokal. Ada satu stan yang belum berhasil saya temui, yaitu stan produsen bekicot yang bernama Gugumuck. Tapi tak apa, semoga hadir kesempatan lain untuk mengunjungi Gugumuck.
Sebagi penutup, ada tips singkat mengelilingi festival bersama anak-anak dengan menyenangkan :
1. Lakukan briefing sebagai awalan. Menyampaikan goal yang saya ingin capai di awal kepada anak-anak, ternyata membuat mereka merasa dilibatkan dalam proses belajar sang ibu
2. Banyak jeda. Agar tak jadi hal yang membosankan bagi anak, masukkan agenda anak ke dalam rangkaian. Temani anak ke stan yang mereka sukai, seperti stan schminken atau rias wajah. Saya juga mengajak anak-anak ke Spielplatz di dekat tempat Festival. Sembari anak-anak bermain, saya menandai nomor stan yang menarik untuk dikunjungi berikutnya. Setelah jeda bermain satu jam, kami berkeliling kembali. Setiap setengah jam menepi ke taman. Duduk-duduk, makan camilan, atau kembali mengejar gelembung sabun raksasa.
3. Bangun rasa ingin tahu bersama.
Apa?
Mengapa?
Bagaimana?
Mengapa tidak?
Bagaimana jika?
Adalah lima kata tanya kunci yang sering kami gunakan dan diterapkan di kegiatan ini. Sehingga anak-anak pun terpantik rasa ingin tahunya dan kami bisa belajar bersama-sama di kesempatan ini.
Alhamdulillah selesai sudah catatan perjalanan kami selama mengikuti Genuss-Festival 2022. Semoga menghadirkan manfaat bagi yang menjalankan, yang menuliskan juga yang membacanya. Terima kasih sudah berkenan mampir. :)
Mesa Puspita
Wina, 23 Mei 2022
Comments
Post a Comment