Masih dalam rangka
merapikan catatan dari kelas belajar yang sudah diikuti. Setelah kemarin
menulis resume mengenai menjaga kesehatan mental, kali ini
adalah tentang rasa syukur dan pengaruhnya dalam kehidupan. Secara
lengkapnya, acara Bedenkzeit kali ini mengangkat topik „Herzenssache
Dankbarkeit und ihre Auswirkungen auf mein Leben“. Menulis resume acara
ini sekaligus menjadi pengingat diri untuk menambah rasa syukur setiap saat.
Sebelumnya, mau curhat dulu, perasaan
setelah selama sepekan ini berlatih menulis tema tertentu (yang saya tentukan
sendiri). Berlatih konsisten itu memang berat ya. Menghasilkan satu tulisan per
hari itu ternyata tidak mudah, sekalipun sebelumnya saya sudah membuat jadwal
tematik mengenai topik yang ditulis setiap harinya. Membuat resume acara
di hari dimana acaranya sudah beberapa pekan berlalu ternyata juga cukup sulit,
tidak selancar dan sesemangat jika menulis sesegera mungkin beberapa saat
setelah acara tersebut selesai diikuti. Jadi, mari nikmati rasa
ketidaknyamanan, keengganan, maupun lupa. Perjalanan ini sebagai bagian ikhtiar
untuk mengikat ilmu dengan tulisan, sebelum yang terlupa menjadi semakin samar
lalu luput dari ingatan.
Menyimak materi yang dipaparkan dalam
bahasa Jerman memang menantang. Dan saya memilih mengambil tantangan ini karena topiknya amat
menarik bagi saya. Tentu saja, topik serupa banyak ditawarkan oleh beragam
kelas berbahasa Indonesia. Bahkan selama pandemi ini, beragam kelas daring pun
bisa diakses dengan mudah. Namun saya memilih untuk mengikuti workshop berbahasa
Jerman ini karena secara bertahap saya sedang belajar untuk mindfulness. Salah
satunya dengan mendukung proses belajar bahasa Jerman yang sedang saya jalani
dengan mengikuti workshop yang kira-kira saya sudah cukup
familier dengan topik yang diangkat. Selain juga topik tersebut sangat
mendukung saya dalam menjalankan peran dalam keseharian.
Narasumber sesi kali ini merupakan salah satu narasumber favorit
saya. Namanya sudah cukup akrab di telinga. Metode penyampaiannya saya suka dan
cocok dengan gaya belajar saya. Sesosok muslimah muda yang energik, terampil
menyampaikan ilmu yang digeluti dikaitkan dengan ayat Al Qur'an dan Hadis.
Apakah rasa syukur itu?
Narasumber menyampaikan bahwasanya rasa syukur berkaitan dengan
hati. Hati secara spiritual, bukan hati secara fisik. Dimana hati
merupakan pusat kehidupan. Disebutkan bahwa sebanyak 40.000 neuron terhubung
dengan otak. Bahkan kebiasaan bersalaman, sebuah interaksi fisik yang
identik dengan berjabat tangan pun koneksinya terhubung sampai ke hati.
Ada tiga jenis kondisi hati, yaitu hati yang
hidup (sehat), hati yang sakit dan hati yang mati. Quran dan hadits.
Bagaimana cara bersyukur?
Bersyukur merupakan proses latihan bagi hati. Kita tentu amat
familiar dengan jurnal syukur. Sebuah metode menulis syukur setiap hari
melalui journaling. Karena ternyata perasaan syukur juga
bagaikan otot, yang akan semakin kuat jika dilatih setiap hari. Disebutkan
dalam ayat Al Qur´an bahwasanya jika kalian bersyukur, maka akan
Kami tambahkan nikmat kepadamu.
Pada siapa kita bersyukur? Sampaikan penyebab kita bersyukur.
Dalam sebuah hadis disampai bahwa, "Orang yang tidak berterimakasih kepada
manusia seperti orang yang tidak bersyukur kepada Allah, sedangkan orang yang
berterimakasih kepada manusia seperti orang yang bersyukur kepada Allah."
Sebuah temuan neurobiologis menyampaikan bahwasanya wilayah yang sama di otak
menjadi aktif saat kita bersyukur dan saat kita membantu orang lain.
Selain hal diatas, ada banyak manfaat dari bersyukur, antara lain
terjadi rilis hormon dopamin, peningkatan empati, munculnya kedamaian dan
ketenangan hati (sakinah). Sama halnya seperti otot, rasa syukur merupakan
sesuatu yang perlu dilatih. Dalam surat An Nahl ayat 78 disampaikan bahwa, "Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur."
Dalam workshop kami juga diminta untuk praktik. Teknisnya, peserta
diminta menulis rasa syukurnya. Kemudian berlanjut dengan mendata
berterima kasih kepada siapa dan bersyukur karena apa. Dilanjutkan dengan
bagaimana cara menunjukkan rasa syukur tersebut. Latihan ini idealnya dilakukan
setiap hari agar menjadi kebiasaan baik bagi diri.
Wina, 29 Januari 2021
Comments
Post a Comment