Kondisi hari ini, hari di saat tulisan ini dibuat, kami sedang menjalankan lockdown entah yang keberapa, mungkin ketiga. Di masa ini, saya sebagai warga berkesempatan untuk mengikuti tes massal COVID-19 di tempat yang sedang kami tinggali untuk sementara waktu ini, Wina – Austria. Tes massal di bulan Januari ini adalah kali kedua pemerintah membuka kesempatan untuk tes COVID-19 secara gratis dan mengajak warga berbondong-bondong menggunakan fasilitas tersebut. Langkah ini merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi warga yang terpapar COVID-19 untuk kemudian dapat dilakukan tindak lanjuti lebih secara dini.
Periode pertama berlangsung di bulan Desember
2020. Kala itu saya mendaftarkan diri sendiri saja. Suami ada deadline pekerjaan
mendesak yang membuat beliau belum bisa mengikuti tes tersebut. Sedangkan saya,
hal yang mendorong saya untuk mendaftarkan diri di tes massal COVID-19 adalah
rencana saya untuk mengikuti ujian bahasa Jerman di pertengahan bulan Desember.
Saya akan bertemu dengan teman-teman dalam satu ruangan dengan mematuhi
protokol kesehatan yang berlaku. Dan sebelum hal itu terjadi, penting bagi saya
untuk memastikan kondisi kesehatan saya, bahwa saya memang negatif COVID-19.
Apa saja yang harus disiapkan?
Sedangkan di bulan Januari ini, di periode
kedua, saya mendaftarkan diri sendiri, suami dan anak sulung kami. Batas
minimal usia untuk mengikuti tes COVID-19 ini adalah 6 tahun, sehingga anak
kedua kami belum bisa ikut didaftarkan. Kami memilih jadwal di tengah pekan,
dengan harapan datang ke lokasi tes dengan situasi yang lengang. Saya
mendaftarkan diri dan si sulung melalui e-mail pribadi saya, sedangkan
mendaftarkan diri suami dengan e-mail pribadi beliau. Pendaftaran dilakukan
secara daring melalui laman https://wien.oesterreich-testet.at/#/registration/start.
Kami sebagai pendaftar mengisi data pribadi di
formulir yang tertera di laman tersebut. Setelah selesai, kami mendapatkan
konfirmasi melalui e-mail yang perlu dibuka untuk melanjutkan pendaftaran
dengan pemilihan jadwal tes. Dalam formulir yang dikirim via e-mail tersebut,
tertera pilihan di lokasi mana dan pada hari apa juga tanggal berapa kami ingin
melakukan tes. Setelah pengisian selesai, maka ada konfirmasi lagi yang dikirim
via e-mail.
Karena di periode kedua ini si sulung juga
mengikuti tes, dan ini merupakan pengalaman pertama baginya, maka kami pun
mulai melakukan briefing intensif. Bagaimana proses menjalani tes
menurut pengalaman saya di periode pertama, apa yang dirasakan, apa manfaatnya
mengikuti tes dan meredam kekhawatiran yang terpancar dari sorot mata si
sulung. Meyakinkannya bahwa proses akan berjalan baik-baik saja.
Beberapa hari setelahnya, seorang teman mengabarkan
bahwa ia bersama anaknya (yang notabene merupakan teman si sulung) mendaftarkan
diri untuk mengikuti tes di jadwal yang sama dengan kami. Kabar ini menjadi
kabar gembira untuk si sulung dan cukup menentramkan hatinya. Meskipun tetap
saja, menjelang hari H, ia kerap bertanya, „Ummi, alatnya diusap di hidung sepuluh
detik? Sepuluh detik kan lama (sembari menghitung angka satu hingga sepuluh)?“
Bagaimana proses di hari H?
Dalam e-mail konfirmasi,
disebutkan bahwa kami perlu membawa beberapa dokumen saat hari H, yaitu tanda
pengenal yang disertai foto (Lichtbildausweis), kartu asuransi (e-Card)
dan tanda bukti registrasi (Registrierung erhaltenen QR-Code) baik
versi cetak maupun softfile di gawai. Di depan gedung lokasi tes, sudah
diatur pagar pembatas yang menuntun pendaftar untuk masuk perlahan. Mendekati
pintu masuk, dibagikan juga masker FFP-2 untuk semua peserta yang harus
digunakan selama berada di lokasi tes. Sebelum dipersilakan masuk ke dalam gedung, kami dibagikan kertas berisi
aturan yang harus dipatuhi selama berada di lokasi tes.
Pintu masuk menuju lokasi tes massal |
Aturan tersebut antara lain : menyiapkan kartu
pengenal diri (Lichtbildausweis und e-card), menyiapkan tand abukti
registrasi (online Anmeldung), menggunakan masker FFP-2, menjaga jarak
minimal satu meter, tidak mendokumentasikan proses atau apapun di lokasi baik
berupa foto maupun video juga mengikuti instruksi dari petugas pengarah (yang
memakai rompi khusus yang khas). Lokasi tes juga dilengkapi dengan garis kuning
sehingga memudahkan pendaftar untuk mengikuti alur yang diarahkan petugas. Kami
juga perlu mengisi formulir seputar data diri terlebih dahulu di tempat yang
sudah disediakan (formulir ini juga bisa diunduh dari internet sehingga bisa
diisi di rumah dan saat di lokasi tinggal mengumpulkannya saja).
Aturan selama di lokasi tes massal
Kami bertemu di pintu gerbang dengan teman kami
yang memiliki jadwal serupa. Namun karena beliau sudah mengisi formulir dari
rumah, beliau pun menuju tempat antrian lebih dahulu sedangkan kami masih
mengisi formulir. Setelah pengisian formulir selesai, petugas mengarahkan kami
ke antrian. Situasi saat tes periode kedua tidak seramai periode pertama,
proses antri pun tak berlangsung lama. Karena rombongan kami ada anak kecilnya,
petugas mengarahkan kami ke bagian tertentu. Saat giliran kami tiba, kami
diminta untuk menunjukkan formulir yang sudah kami isi dan dokumen yang
menunjukkan identitas diri. Kemudian bersiap untuk melakukan tes.
Si
sulung rupanya masih khawatir membayangkan kesakitan yang akan dirasakannya
saat tes. Suami mendapat giliran pertama dari kami, saat si sulung melihat
abinya tes, ia merasa takut. Maka saat giliran kedua adalah gilirannya, ia
menangis. Alhamdulillah, ibu dokter yang menangani sangat sabar dan ramah. Ia
menyapa si sulung, menanyakan nama dan usianya, bahkan menanyakan nama dan usia
anak kedua kami pada si sulung untuk meredam rasa takutnya. Kemudian perlahan
beliau menjelaskan pada si sulung, apa yang akan beliau lakukan. Metode yang
dilakukan untuk si sulung hanya mengoles bagian belakang lidah, bukan dari
hidung seperti yang ada dibayangannya juga yang dilihatnya dari proses tes
abinya. Tangis si sulung berganti menjadi senyuman. Ia berkata bahwa prosesnya
cepat dan sama sekali tidak sakit, tidak seperti bayangannya. Alhamdulillah.
Setelah kami bertiga sudah menjalankan tes,
kami menunggu hasil tes dengan duduk di lokasi tunggu. Si sulung bertemu dengan
temannya. Di kursi masing-masing mereka sempat mewarnai bersama selama beberapa
menit, sembari menunggu hasil tes diberikan. Oh iya, tes yang kami jalankan
adalah jenis Rapid Antigen Test (Antigen-Schnelltest). Selang
lima belas menit, hasilnya keluar, tertulis di kertas formulir yang sudah kami
isi di awal. Hasil secara softfile pun kami dapatkan menyusul, beberapa
saat setelah tes melalui e-mail yang kami gunakan saat pendaftaran.
Alhamdulillah hasilnya negatif. Namun hasil
negatif hanyalah keterangan diri kami hingga sesaat sebelum kami menjalankan
tes. Bukan jaminan tidak terpapar setelahnya. Maka protokol kesehatan harus
senantiasa dijaga untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Berikutnya,
kami menunggu pengumuman terkait vaksin COVID-19. Tes antigen ini juga masih
bisa diakses oleh warga kota Wina saat ini, meskipun sudah tidak dalam periode
tes massal. Informasi terkait hal tersebut dan pendaftarannya bisa diakses di
laman https://coronavirus.wien.gv.at/site/testangebote/#schnelltestohnesymptome
Semoga pandemi ini segera berlalu dan kita senantiasa berada dalam
lindungan-Nya. Aamiin.
Wina, 27 Januari 2021
Comments
Post a Comment