Saat awal menyimak materi X-tra Miles ini, saya masih belum menangkap pemahaman detail yang jelas, terkait alur pengerjaan diagram Impact Effort Matrix. Mungkin saya yang terlalu memusingkannya. Mengapa tak memilih untuk berpikir simpel, menangkap garis besarnya, lalu mengerjakan tugasnya. Tuntaslah sudah! Tidak, saya tidak bisa demikian. Bukan gaya belajar yang gue banget. Saya perlu merunut agar paham, sekalipun konsekuensinya adalah perlu waktu pengerjaan yang lebih panjang.
Usai menyimak rekaman materi, saya membuat jurnal pribadi terlebih dahulu. Membuat project list kemudian mengklasifikasikannya ke dalam empat kuadran tersebut. Fokus saya saat mengklasifikasikannya terpaku pada effort dan impact dari setiap kegiatan. Mana yang high effort, low effort, mana yang high impact, low impact. Kemudian memikirkan, mau dipindah ke kuadran mana setiap kegiatan tersebut dan X-tra Miles apa yang mau dilakukan untuk memindahkannya.
Maka berikut jurnal pribadi awal yang saya buat :
Gambar 1. Jurnal Pribadi mengenai Impact Effort Matrix |
Hingga tiba jadwal diskusi via ZOOM, kami berkumpul berdiskusi mengenai jurnal. Senang rasanya ada diskusi rutin, ada ruang untuk berbagi buah pikiran dan menelaah bersama. Dari diskusi tersebut saya merasa ada yang perlu diperbaiki dari jurnal pribadi saya, yaitu lebih didetailkan rencana aksinya dan diberi keterangan letak kuadran dari setiap kegiatan usai dilengkapi dengan X-tra Miles. Baiklah, saya mencoba memperbaikinya dan menyetorkannya kembali di hari berikutnya.
Apakah tuntas, berhenti sampai di situ? Ternyata
tidak. Momen menuliskan jurnal adalah momen dimana saya merunut pemahaman atas
pembelajaran yang sedang berjalan. Saat menulis, saya kembali dibuat bingung
dengan definisi kuadran Major Projects dan Quick Wins. Ya, definisi
kuadran Quick Wins bukan sekadar kuadran yang diisi oleh kegiatan yang
saya rasa low effort, high impact saja. Namun juga merupakan kuadran
ideal dimana sebisa mungkin, kegiatan-kegiatan banyak terletak di sana. Mengerjakan
sebuah kegiatan dengan optimal, tanpa usaha ekstra yang berpotensi mengundang
kelelahan, namun menghadirkan dampak signifikan. Siapa yang tidak mau? Bukankah
hal tersebut erat kaitannya dengan makna sebuah produktivitas?
Maka saya mencoba berselancar, mencari
referensi untuk menguatkan struktur berpikir yang sedang saya bangun terkait
materi kali ini.
Pertama, saya mencermati makna
sebuah produktivitas. Pencarian ini membawa saya membaca buku Productive
Muslim yang ditulis oleh Mohammed Faris. Produktivitas erat kaitannya
sebagai output dari sebuah input. Jika saya memiliki waktu dua
jam dan menggunakannya untuk menulis jurnal (menghasilkan karya) maka saya
produktif. Namun ada rumus
produktif yang saya dapatkan dari buku tersebut, yaitu :
Produktivitas = Fokus x Energi x Waktu (untuk tujuan yang bermanfaat)
Menjadi produktif bukan menjadi sibuk, bukan
pula sebuah kejadian melainkan sebuah proses, produktif tidak membosankan dan
yang perlu diingat adalah, kita tidak bisa selalu menjadi orang produktif,
perlu ada jeda diantara produktivitas satu dengan lainnya. Logis sih ini, perlu
ada manajemen energi, manajemen fokus dan manajemen waktu yang saling
bersinergi. Makjlebb bangeeet!
Referensi berikutnya yang saya
cari adalah seputar Impact Effort Matrix. Dalam laman situs web expertprogrammanagement.com
ditemukan matriks setipe dengan nama The Action Priority Matrix. Matriks
tersebut sebagai alat bantu memanfaatkan waktu untuk memilih tugas dan peluang
yang akan dikejar berdasar prioritas. Dijelaskan pula bahwa kuadran Quick
Wins merupakan tempat hal-hal dengan prioritas tinggi. Sebisa mungkin tidak
ada lagi kegiatan di Thankless Tasks, minim kegiatan di Fill Ins
dan Major Projects.
Untuk memindahkan kegiatan-kegiatan ke kuadran lainnya dengan proporsi lebih tepat sehingga hasilnya berlipat pula, maka perlu ada ide X-tra Miles yang harus djalankan. Ide yang paling mendasar adalah memperbaiki manajemen waktu, energi dan fokus. Terkait hal tersebut, strategi yang akan diterapkan adalah :
- Mengalokasikan waktu 15 menit per dini hari untuk mengikuti diskusi WAG Co-House. Menandai chat penting dan melakukan clear chat secara berkala.
- Mengalokasikan waktu lima jam dalam satu pekan untuk mengerjakan artikel berkualitas.
- Membuat kandang waktu yang lebih ketat dan saklek untuk membuka FBG. Dengan jadwal : menyimak live materi dan pengayaan di dini hari Kamis dan Jum’at (@satu hingga dua jam), mengikuti perkembangan Hexagon City di Sabtu dini hari (15 menit)
- Memakai aplikasi YourHour untuk mengidentifikasi seberapa lama penggunaan gawai saya per hari, juga memunculkan pengingat saat saya sudah melewati batas jam daring yang saya tetapkan di awal.
- Membagi proses pengerjaan jurnal dalam beberapa bagian yang dikerjakan bertahap. Antara lain berdiskusi dengan tetangga Co-House, membaca buku dan web sebagai acuan referensi, menyimak materi dengan seksama, berdiskusi dengan orang terdekat, menyusun kerangka hingga menuliskan jurnal utuh. Alokasikan waktu untuk setiap bagian.
Selain strategi diatas, ada juga X-tra Miles lain yang dilakukan. Antara lain :
- Mengikuti Training of Trainer Read Aloud selama bulan Desember
- Menemukan dan membaca buku referensi yang sesuai dengan materi setiap zona
- Menyimak aktif pelatihan internal Co-House dengan seksama
Setelah melakukan X-tra Miles maka kegiatan-kegiatan bermuara ke mana? Saya mengupayakan untuk dominan di kuadran Quick Wins. Melatih otot-otot menuju keseimbangan baru tentu berat ya. Karenanya X-tra Miles dilakukan. Melipatkan hasil dengan durasi pengerjaan yang tetap sama. Perlu meningkatkan fokus, menggunakan waktu dengan lebih efisien dan menjaga ketersediaan energi.
Maka saatnya masing-masing Hexagonia menentukan aksi X-tra Miles-nya maka saatnya mengumpulkannya sehingga menjadi action items tim Co-House. Berikut hasilnya :
Gambar 2. Impact Effort Matrix tim Co-House |
Mengikuti sebuah kelas belajar, sejatinya bukan hanya untuk menerima ilmu namun juga untuk berubah ke arah yang lebih baik. Bergabung di kelas belajar Institut Ibu Profesional selalu saya rasakan berbeda. Bukan sebagai sebuah proses disuapi, namun diberi kail yang membuat saya bisa meluaskan pandangan, terbuka terhadap sumber pembelajaran yang lebih luas lagi. Mengajak untuk berkelana di hutan ilmu pengetahuan.
Beragam fasilitas di Hexagon
City merupakan tanda produktivitas sebuah kota sekaligus merupakan godaan, selama
tidak sesuai dengan kebutuhan belajar diri. Founding mothers pun
mengingatkan mengenai hal ini. Maka kuatkan tekad untuk cukup tertarik dengan
hal-hal yang sudah menjadi fokus kebutuhan belajar selama berada di kelas Bunda
Produktif. Dalami dan tekuni
hal tersebut hingga menjadi sebuah karya produktif. Bismillah, semoga Allah
tuntun selalu.
Wina, 9 Desember 2020
Sumber Referensi :
Faris, Mohammed. 2015. Muslim Produktif :
Ketika Keimanan Menyatu dengan Produktivitas. Jakarta : Penerbit PT Elex
Media Komputindo.
Anonim. 2018. The Action Priority Matrix. https://expertprogrammanagement.com/2018/12/the-action-priority-matrix/. Diakses tanggal 9 Desember 2020.
Comments
Post a Comment