Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Setiap usai mendapat materi di kelas belajar
Ibu Profesional, selalu saya upayakan untuk menarik korelasinya tidak hanya
untuk pengerjaan tugas jurnal, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk
saat memasuki tahap Enjoy, Easy, Excellent, Earn (4E) di kelas Bunda
Produktif kali ini. Zona 4E
dibuka dengan pemaparan materi dari bu Septi Peni Wulandani seputar melatih
kebiasaan baik.
Gambar 1. Cara Kita Bekerja |
Alih-alih memulai sebuah kebiasaan baru dengan
sebuah gebrakan besar, kita mulai saja melakukan sebuah hal sederhana, yang
ringan dan realistis untuk mulai kita lakukan. Karena ternyata motivasi yang
kita miliki juga pasang surut. Sehingga, memulai perubahan dengan sebuah
kebiasaan yang ringan akan lebih mudah diasah konsistensinya. Ah, saya jadi
teringat ketidakkonsistenan saya dalam mengisi aplikasi Habit Tracker
yang sudah saya pasang di aplikasi Gewohnlichkeit. Tak apa, ini pengingat
untuk memperbaiki dan merutinkannya kembali.
Gambar 2. Memulai Kebiasaan dengan Hal Sederhana Sumber gambar : https://jamesclear.com/habit-guide |
Selain memulai kebiasaan dari melakukan hal sederhana, poin kedua yang James Clear sampaikan adalah tingkatkan kebiasaan dengan hal yang sangat kecil. Setelah diingatkan untuk jangan memulai kebiasaan dengan melakukan sebuah gebrakan besar, selanjutnya adalah jangan muluk-muluk dalam melakukan perbaikan. Supaya tidak keburu merasa berat, enggan, atau berputus asa. (eh, itu aku aja mungkin ya? hehe)
Gambar 3. Perbaikan Kecil Berdampak Besar Sumber gambar : https://jamesclear.com/habit-guide |
Bahasan Atomic Habit hasil penelusuran saya di website James Clear saya cukupkan di dua poin itu dulu, Selain karena cakupan materi di zona 4E ini adalah seputar hal tersebut, saya juga masih perlahan mencerna artikel demi artikel terkait kebiasaan di situ. Sepertinya buku Atomic Habit ini perlu masuk wishlist nih! Nah, lalu bagaimana dengan Identity based Habits atau Outcome based Habits? Bu Septi menyampaikan perbedaan keduanya adalah, jika Identity based Habits maka dimulai dengan mencanangkan identitas diri. Kemudian memetakan kebiasaan untuk mencapai identitas tersebut. Tolok ukurnya adalah perubahan diri dari waktu ke waktu. Sedangkan Outcome based Habits basisnya adalah hasil. Mencanangkan target kemudian memetakan kebiasaan untuk mencapai target tersebut. Tolok ukurnya adalah hasil atau karya. Sehingga kuncinya adalah improvisasi yang berkelanjutan sehingga tak berhenti.
Saya merasa tak ada yang lebih baik diantara keduanya. Akan optimal jika keduanya dipilih berdasar karakteristik diri seseorang. Pun adalah sebuah hal yang saya rasa memungkinkan, jika ada yang ingin mengkombinasikan keduanya. Misalnya, identity atau identitas saya pasang menjadi tujuan akhir dalam perjalanan mengasah jam terbang atas passion ini. Sedangkan outcome atau hasil menjadi target berjangka yang saya pasang selama proses tersebut. Saya mencoba membuat contoh dari praktik kebutuhan diri saat ini :
Identitas yang sedang diupayakan : seorang yang fasih bahasa Jerman
Kebiasaan yang dilatihkan : belajar bahasa Jerman dua jam setiap hari dalam bentuk : mengikuti kursus intensif; bergabung dalam forum belajar bertema Islam, perempuan atau keluarga dalam bahasa Jerman; membaca buku berbahasa Jerman; menonton film berbahasa Jerman dan sebagainya.
Hasil yang ingin dicapai saat ini : lulus OeSD B2 Pruefung
Nah, capaian yang dicanangkan tersebut terus diperbarui sehingga menjadi anak tangga untuk mencapai tujuan akhir yaitu identitas diri. Seiring proses, kebiasaan yang dilatihkan pun bisa jadi berubah bentuknya menyesuaikan capaian outcome. Wallhu a’lam. Saya pun masih perlu mengulik lebih dalam terkait pemahaman mengenai poin tersebut.
Bagi saya secara pribadi, setiap materi yang disampaikan sebagai pembuka zona baru ibarat pijakan yang perlu saya miliki sebelum membuat rencana aksi dan melangkah. Maka setelah usai menyimak materi dari bu Septi, penting bagi saya untuk mencari referensi terkait mengenai bahasan tersebut sehingga saya bisa memiliki pemahaman yang utuh dan menyeluruh sebelum berpindah ke ranah diskusi kelompok, praktik dan menuliskan jurnal. Jika tidak, maka saya merasa bingung saat mengaitkan satu dan lainnya.
Bagaimana dengan pengerjaan project passion terkait aktivitas 4E?
Kami memulai langkah dengan mendata aktivitas pribadi terlebih dahulu, mengidentifikasi mana saja aktivitas yang 1E, 2E, 3E hingga 4E. Kemudian memilih beberapa aktivitas yang menjadi prioritas dalam pengerjaan project passion (hal yang erat kaitannya dengan kerja tim) untuk menjadi bekal dalam diskusi tim.
Maka sebelum masuk di diskusi kelompok, saya mendata aktivitas yang saya kerjakan di Hexagon City secara keseluruhan, baik yang sudah dikerjakan, sedang berjalan maupun estimasi pekerjan ke depan :
- Menulis jurnal belajar (3E)
- Menjadi anggota aktif Co-House (2E)
- Merumuskan project passion (3E)
- Membaca nyaring buku anak berbahasa Jerman (2E) √
- Membuat ulasan buku anak berbahasa Jerman (2E) √
- Mendata kosakata bahasa Jerman-Indonesia terkait emosi (3E) √√√
- Menulis artikel pratik Read Aloud di kota Wina, Austria (3E) √√
- Membuat video Read Aloud (1E) √√
- Menjadi tim editor e-book project
passion (3E) √√√√
Setelah mendata aktivitas,
mengidentifikasi 4E-nya dan menentukan prioritasnya, maka ada enam aktivitas prioritas
saya untuk tim :
- Membaca nyaring buku anak berbahasa Jerman
- Membuat ulasan buku anak berbahasa Jerman
- Mendata kosakata bahasa Jerman-Indonesia terkait emosi
- Menulis artikel praktik Read Aloud di kota Wina, Austria
- Membuat video Read Aloud
- Menjadi tim editor e-book project passion
Gambar 4. Roadmap Personal 4E |
Setelah merumuskan aktivitas prioritas pribadi, maka kami menjadikan ini sebagai bekal diskusi di Co-House. Berpadu dengan daftar kebiasaan yang sudah dijabarkan dari milestone 1 hingga milestone 4, kami diskusi menentukan rumusan aktivitas 4e tim. Berikut hasil diskusi kelompok kami :
Gambar 5. Roadmap Project Passion 4E to Nation |
Maka, inilah saya dengan aktivitas prioritas yang sudah saya pilih untuk saya jalankan dengan bahagia selama berada di Hexagon City :
Gambar 6. Aktivitas 4E Prioritas Pribadi selama di Hexagon City |
Lalu, bagaimana perkembangan
situasi terkini di Hexagon City?
Layaknya sebuah kota riil, kota virtual Hexagon City yang menaungi kami para Hexagonia yang saat ini berjumlah sekitar 900 orang terus menjalankan pembangunan infrastruktur dan sarana. Pekan ini banyak sekali kejutan yang disampaikan oleh City Leader terkait fasilitas-fasilitas yang akan hadir untuk menyuplai kebutuhan Hexagonia dan mendukung pengerjaan project passion sekitar 90 Co-House. Hexa-News hadir dua kali setiap pekan untuk menyampaikan berita aktual seputar aktivitas di Hexagon City. Mulai pekan lalu, parade project passion-pun berlangsung semarak. Kemudian, aka nada Hexa-Market untuk memfasilitasi transaksi produk-produk hasil project passion para warga. Juga Hexa-Link untuk menaungi karya project passion warga yang berupa jasa. Teknis detailnya pun masih menjadi kejutan yang dinanti kelanjutannya oleh setiap Hexagonia.
Nah, setelah berproses, insight apa yang saya temui di zona 4E ini?
Belajar untuk menjaga fokus dan keseimbangan.
Sedari awal, sudah diingatkan
oleh bu Septi, bahwa kelas Bunda Produktif ini jelas lebih berat dari kelas
belajar sebelumnya. Perjalanan semakin menanjak, namun kita bisa terus
menjalankannya dengan bahagia jika paham strateginya. Saya bersyukur di zona 4E ini kami diajak
belajar menentukan dan menjalankan prioritas. Saya kembali mencari benang merah
antara pengerjaan tugas kelas Bunda Produktif dengan peran yang sedang dijalani
di dunia nyata. Menarik keterkaitan antara habit yang dilatihkan dengan
proyek belajar bahasa Jerman, menghubungkan habit Read Aloud dengan
upaya membangun keluarga sadar literasi, menemukan korelasi antara mengerjakan project
passion bersama dengan tantangan yang sering dihadapi saat berkomunitas dan
bermasyarakat.
Kembali menata kandang waktu dan prioritas
dalam menjalankan peran diri.
Lagi-lagi saya bersyukur memiliki rekan-rekan Co-House sebagai sebuah support system. Kami belajar mengutarakan dengan jujur dan terbuka dalam meet up via Zoom yang berlangsung hari Sabtu dua pekan lalu. Kami sama-sama merasa kewalahan, terengah-engah dengan pola yang ada. Maka kami sepakat untuk menjalankan pola baru, yaitu dengan menuntaskan tugas jurnal sesegera mungkin setelah tugas diberikan tim formula. Setelah itu baru melanjutkan diskusi seputar perjalanan project passion. Kami pun belajar komunikasi produktif di WAG, yaitu dengan memendekkan jangka waktu diskusi sehingga bahasan WAG tidak stagnan dan berlarut-larut. Bagi yang ketinggalan, dipersilakan menyetor jawaban ke ketua atau sekretaris. Secara pribadi, saya merasa pola ini lebih efektif, efisien dan adil bagi semua pihak.
Alhamdulillah jurnal zona 4E tertunaikan sudah, semoga menjadi anak tangga kebaikan, menuju rida Allah. Aamiin.
Wien, 24 November 2020
Sumber bacaan :
https://jamesclear.com/habit-guide
https://jamesclear.com/identity-based-habits
Comments
Post a Comment