Hmm….belajar apa saja saya di kelas Bunda Produktif pekan ini?
Jika pekan lalu saya sudah membuat rancang rumah produktivitas diri, pekan ini sebenarnya saya masih mengutak-atik desain rumah tersebut dengan aplikasi planner 5d. Ya, durasi belajar pekan lalu baru cukup saya gunakan untuk memikirkan ruangan-ruangan apa saja yang benar-benar saya butuhkan untuk rumah selama berada di Hexagon City, bertemu dengan para tetangga di Co-House dan menyepakati siapa yang menjadi Co-House leader. Cerita detail tentang proses tersebut saya tuliskan di jurnal pekan lalu disini.
Pembelajaran pekan ini masih dalam cakupan teman Membangun Struktur Organisasi Kota (2). Jadi di hari Rabu lalu, pada jadwal live kami menyimak pemaparan dari enam calon Wali Kota terpilih. Sayangnya saya tak bisa mengikuti jadwal live tepat waktu di jam 20.00 WIB atau 15.00 CEST karena jamnya bentrok dengan jam keluar rumah untuk menjemput sekolah si sulung. Saya mencoba menyimak live tersebut di malam hari dengan terpotong-potong.
Sesi live hari Rabu baru saya alokasikan untuk disimak
di hari Jum’at karena di hari Rabu dan Kamis saya memiliki keterbatasan dalam
pengalokasian waktu. Kalau boleh jujur, di level kursus bahasa Jerman saat ini
saya merasa memiliki tantangan yang lebih besar daripada level sebelumnya
sehingga usai jam kursus di pagi hari saya perlu mengalokasikan waktu khusus di
sore atau malam hari untuk menyicil mengerjakan PR yang diberikan atau belajar
mandiri dengan membaca teks atau buku agar ta tetap bisa mengikuti kelas dengan pemahaman yang mencukupi. Menyikapi tantangan di bidang-bidang
yang sedang saya pelajari saat ini saya memutuskan untuk mengelola jadwal
belajar harian. Pembelajaran kelas Bunda Produktif dan koordinasi intensif
terkait amanah sebagai leader HIMA saya alokasikan di hari Jum’at. Namun
hal-hal yang bersifat urgent seperti meneruskan informasi seputar teknis
perkuliahan dari pusat ke HIMA regional juga mengikuti perkuliahan sesuai
jadwal kuliah yang diatur oleh tim pusat, tetap saya upayakan untuk bisa berjalan sesuai timeline
tim pusat.
Di rentang waktu Rabu dan Kamis, saya melakukan
koordinasi dengan teman-teman di Co-House. Seputar penataan
lingkungan bersama, logo hingga pengumpulan foto diri setiap warga. Mba Sari
selaku Co-House leader sangat mengayomi setiap warga. Saya sangat mengapresiasi
dan terbantu dengan chat pribadi dari beliau yang mengingatkan saya
untuk mengumpulkan sesuatu jika saya belum menyimak atau hadir di WAG Co-House.
Beberapa chat pribadi terkait dengan pemilihan Walikota pun masuk. Ada pertanyaan siapa calon Walikota pilihan saya dan jika sama, beliau mengajak saya untuk bergabung sebagai tim sukses. Hati saya menghangat. Ada gerak bersama yang cepat dari para ibu untuk memakmurkan Hexagon City ini. Namun saya belum memiliki kecondongan terhadap pihak mana pun. Dan saya merasa berkewajiban untuk memilih secara objektif berdasar data dan informasi yang para calon paparkan selama kampanye. Dan satu-satunya cara untuk dapat menentukan pilihan adalah dengan menyimak visi misi dan kampanye setiap calon Walikota. Maka saya pun menyatakan ketidakbersediaan saya untuk menjadi tim sukses salah satu calon sebagai langkah objektivitas diri.
Chat lain yang masuk yang masih terkait dengan pemilihan Walikota adalah, ajakan pada Hexagonia regional Efrimenia untuk menyimak kampanye para calon Walikota. Ini tentu erat kaitannya dengan peran saya sebagai ketua HIMA regional Efrimenia yang sekaligus tercatat sebagai warga Hexagon City. Sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak, saya merasa tak memiliki kuasa untuk menentukan, karena WAG warga Hexagonia Efrimenia tak lain adalah wadah bersama yang menyangkut kepentingan bersama. Maka saya memilih untuk menanyakan kesediaan teman-teman Hexagonia regional terlebih dahulu. Dan suara yang muncul dari warga adalah mereka memilih menyimak live di grup Facebook saja. Dan saya pun menyampaikan keputusan tersebut pada pihak yang mengajak.
Saat tiba hari Jum’at, hari
dimana saya menjadwalkan menyimak sesi live dengan mindfulness, saya
menghadapi fakta bahwa saya sudah tertinggal jauh. Bahkan mungkin sangat jauh. Karena ternyata
sudah berderet bahan kampanye dari setiap calon Walikota. Baik itu pemaparan
visi misi setiap calon, testimoni warga lain seputar sepak terjang calon selama
beraksi nyata di Ibu Profesional hingga jadwal kampanye live satu jam
untuk setiap calon di hari Jum’at dan Sabtu. Ternyata gerak kampanye sudah
berjalan sangat cepat! Pergerakan cepat ini bisa jadi sebuah analogi kecepatan
perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Lalu langkah apa yang perlu saya
lakukan agar tak tertinggal? Saya memilih untuk membaca visi dan misi setiap
calon Walikota dan mendukung semuanya dengan mengapresiasi dalam komentar postingan para calon dan menyimak forum live ARGUMEN
di hari Sabtu malam yang menghadirkan keenam calon Walikota.
Proses pemilihan Walikota ini menyadarkan saya akan kesungguhan para Hexagonia dalam menjalankan setiap peran yang diembannya. Bagaimana founding mother menyiapkan paduan berupa playbook dengan segenap hati. Bagaimana para tim formula merancang sistem pemilihan yang runut, sistematis, adil dan beradab. Bagaimana setiap calon Walikota adalah orang-orang yang visioner, berpengalaman dalam memimpin dan berkilau dengan potensi uniknya masing-masing. Bagaimana tim sukses setiap calon Walikota mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan kreativitas untuk menyukseskan ajang pemilihan pemimpin ini. Bagaimana setiap warga tak cukup puas jika hanya sebagai penonton saja sehingga setiap warga sibuk menelaah dan mengapresiasi setiap kampanye dari siapapun calon Walikotanya. Ada mimpi yang dititipkan setiap warga untuk setiap calon Walikota terpilih. Ada tujuan bersama yang diperjuangkan. Ada kesungguhan dalam setiap keberjalanan peran.
Fakta unik khas seorang ibu pun terlihat di sepanjang
prosesnya. Seorang calon Walikota tampil menyampaikan argumen dengan menyusui
putranya. Warga pun mengapresiasi sikap beliau. Bukankah apresiasi dan
pengertian adalah respon yang amat berarti bagi perempuan saat berada di kondisi
sulit? MasyaAllah. Seorang calon lain berpendapat ditemani putra di sampingnya.
Sang anak menyaksikan langsung bagaimana sang ibu unjuk diri menampilkan versi
terbaik dirinya. Kelak saat dia dewasa dan tampil di podium, mungkin bayangan
momen ini akan otomatis melintas di benaknya.
Dari proses ini, saya menyaksikan teladan dengan
jelas, bahwa saat setiap perempuan mengenali diri dan berproses menuju versi
terbaik diri, memiliki ruang gerak dan berkolaborasi satu sama lain, maka akan
menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Saat setiap perempuan memiliki
kepedulian pada perempuan lain, mengakui kekuatan perempuan lain, dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama maka kolaborasi akan membuahkan hasil yang
lebih dahsyat dan berdampak ketimbang berkompetisi.
Di hari Ahad, ternyata saya berhalangan menyimak analisa pemilu Hexagon City bersama pak Dodik dan cerita seru di balik layar kampanye bersama tim sukses setiap calon Waikota. Baiklah, bergerak ke jadwal berikutnya saja, menggunakan hak pilih di hari Senin. Di pagi hari saya melakukan cek WAG Ketua HIMA dan mengingatkan teman-teman Bunda Produktif regional untuk menyiapkan ID Card.
Sore hari usai menuntaskan urusan domestik dan menjemput anak-anak, saya memilih calon Walikota. Dalam formulir, sebelum memilih kami mengisi data diri, seputar alamat e-mail, NIM dan no.ID Card. Kemudian calon pemilih bisa membaca ulang visi dan misi dari setiap calon Walikota untuk meyakinkan diri dalam menentukan pilihan. Selain pilihan enam kandidat, juga tersedia pilihan untuk tidak memilih kandidat siapapun. Ini menarik, artinya tim panitia menghargai dan memberi ruang untuk semua ragam pilihan. Kemudian, disediakan pilihan juga terkait peran yang kami ambil di pemilihan Walikota ini. Saya mengambil posisi sebagai penggembira. Berperan aktif dalam proses pemilihan dengan mengikuti setiap proses, menjalankan amanah sebagai ketua HIMA regional dan terlibat aktif dalam diskusi di Co-House.
Dan syukur Alhamdulillah, terima kasih untuk diri sendiri, yang sudah berhasil menunaikan target pribadi yaitu menuntaskan jurnal pekan ini sebelum akhir pekan berlalu. Semoga kebiasaan baik ini bisa berlanjut di pekan-pekan berikutnya dan mejadi kebiasaan baik baru yang terlatih dalam diri. Semoga Allah seantiasa tuntun dan istiqomahkan langkah ini. Aamin.
Salam Hexagonia bahagia,
Wina, 4 Oktober 2020
Comments
Post a Comment