Bismillahhirrohmanirrohim…
Apa yang dilakukan di pekan ini?
Kembali menuliskan jejak perjalanan belajar yang memasuki
pekan keenam di program Mentorship ini. Di pekan ini kami ditugaskan
untuk fokus pada perkembangan proses belajar. Hal apa saja yang perlu dilakukan
terkait hal tersebut? Yang pertama, kami melakukan proses mentoring
seperti biasanya, kemudian membuat mastermind harian yang mencakup sudah
sukses apa hari ini, apa kunci sukses hari ini? Ingin sukses apa esok hari? Dan
ditutup dengan aliran rasa pekan keenam ini.
Selain membuat mastermind, kami juga diajak untuk
bermain dan berpikir kreatif dengan cara membuat analogi suasana diri, kemudian
membuat analogi untuk mentee dan mentor kita. Selanjutnya adalah kita
membutuhkan testimoni dari lingkungan terdekat kita mengenai proses belajar
yang sedang kita jalankan.
Bagaimana langkah yang saya lakukan?
Setelah menyimak materi dari ibu, sebenarnya pikiran saya
berfokus pada Abschlusstest yang dilakukan keesokan harinya. Namun
karena tugas pekan ini adalah tugas rutin harian, maka saya bertekad untuk
menjalankannya segera secara rutin untuk melatih konsistensi, bukan merekap
menjelang akhir periode tantangan. Maka
rencana aksi yang saya jalankan adalah menuliskan bahan mastermind di
buku agenda, sekaliyan dengan rencana kegiatan yang rutin dibuat per hari dan
membuat setoran gambar analogi per hari sebagai postingan di media sosial.
Hari Sabtu dan Minggu adalah hari untuk berkegiatan bersama
keluarga dan bersosialisasi secara luring. Sudah ada dua kelas daring yang
harus saya ikuti di akhir pekan, juga sesi TPA bersama santri yang masih
berjalan daring. Karenanya, tugas Bunda Cekatan maupun koordinasi terkaitnya,
selain rencana aksi rutin harian diatas, saya jadwalkan pengerjaannya di hari
Senin.
Hal apa saja yang didiskusikan dengan mentee?
Hari Senin saya melakukan telefon dengan mentee sesuai
permintaan beliau. Beliau
memilih untuk berdiskusi dengan telefon ketimbang dengan teks atau kirim suara.
Ada banyak poin yang beliau ajukan jadi bahan diskusi seputar manajemen waktu. Kami
memulainya dengan topik strategi menjaga fokus. Taraaa....menjaga fokus ini
sungguh tak mudah bagi mayoritas perempuan. Ditambah lagi diri ini
memang mudah terdistraksi. Hasil asesmen Talents Mapping sudah
mengkonfirmasinya koq. Alhasil, menjaga fokus ini cukup jadi tantangan
tersendiri. Strategi yang dijalankan saat ini adalah membuat to do list
rutin di buku agenda. Mencatat target harian dan membuat rencana kegiatan
dengan durasinya. Sengaja saya memilih buku agenda yang dilengkapi kolom per
jam, sehingga memudahkan saya untuk membuat kandang waktu harian.
Kami juga
membahas mengenai efektivitas penggunaan suatu aplikasi. Pada intinya, aplikasi
bisa jadi tak memiliki faktor pengganggu yang mengurangi kenyamanan diri dalam
menggunakannya. Wajar saja, karena sang pembuat pun tidak bisa dan tidak pelru
juga menyenangkan semua orang. Kita bisa menemukan solusi dengan mencari
alternatif aplikasi lain yang serupa, atau melakukannya secara manual tapi
bantuan aplikasi. Poin pentingnya adalah kita terus membangun support
system untuk keterampilan yang sedang kita asah ini. Jadi, mari fokus pada
solusi!
Bagaimana mastermind yang saya buat?
Di hari Senin, seperti pekan sebelumnya, saya juga
mengirimkan logbook harian kepada mentor. Kemudian saya mulai merekap
hasil mastermind dan analogi diri yang sudah dibuat secara harian.
Berikut mastermind saya :
Lalu, apa kabar analogi diri?
Untuk mentee, saya menganalogikan beliau sebagai
seorang yang merawat anggrek. Terinspirasi dari anggrek pemberian teman, yang
mana sempat layu karena saya belum bisa merawatnya, kemudian diselamatkan oleh
teman yang datang ke rumah. Dari mba Intan, saya belajar bagaimana merawat
anggrek. Saya memberikan analogi tersebut kepada mba Nurul karena mba Nurul
menjalankan program Mentorship dengan optimal. Sebelum jadwal telefon,
biasanya beliau sudah memiliki daftar pertanyaan dan menyetorkan progress
harian beliau. Hal ini memudahkan kami untuk berdiskusi dengan efektif, efisien
dan tepat sasaran.
Untuk mentor saya, saya menganalogikan beliau sebagai bibi
titi teliti. Beliau mengoreksi tulisan yang saya buat dengan sangat teliti, disertai
penjelasan yang detail dalam setiap koreksian. Hal ini memudahkan saya untuk
menangkap maksud beliau sekalipun beliau tak memberikan penjelasan secara
lisan. Ada kalimat kompleks yang saya buat, dan saya bingung bagaimana
merangkainya dengan tepat. Setelah
beliau mengoreksi, beliau memberikan alternatif memecahnya menjadi dua kalimat
sederhana. Ah iya, terasa lebih mudah dimengerti!
Sumber gambar : https://www.kekenaima.com/2012/07/ke-bobo-fair-bertiga-ajah.html |
Kemudian dari mentee, saya mendapat analogi penguin jantan.
Maknanya sangat mendalam. Ternyata ada kebiasaan khusus para penguin jantan ketika masa berkembang biak. Dan mba Nurul menganalogikan dengan hal tersebut karena di proses belajar yang kami jalankan bersama, mentor memberikan teladan konsistensi menjalankan waktu dari pengalaman langsung, seperti halnya penguin jantan yang menunjukkan arti konsistensi kepada anaknya lewat proses pengeraman telur. Memberikan nasehat/ilmu/hikmah saat mentee membutuhkan, yang dianalogikan dengan suapan susu dari penguin jantan kepada anaknya. Aamiin. Semoga proses memfasilitasi mentee dalam hal manajemen waktu ini juga menjadi langkah bagi saya menguatkan manajemen waktu diri dan Allah mudahkan menghadapi tantangan terkait hal tersebut. Aamiin. Bukankah semua ilmu dan keterampilan adalah untuk beribadah padaNya?
Kini saatnya menyimak testimoni
Pemberian testimoni untuk diri saya, haruslah dari seorang
yang memahami proses belajar bahasa Jerman saya selama ini. Saya mengajukan
permintaan testimoni pada suami, guru kursus dan teman dekat yang juga teman
sekelas di tempat kursus. Guru kursus belum memberikan jawaban, sehingga saya
baru menerima testimoni dari suami dan teman. Testimoni dari teman, beliau
menilai saya belajar bahasa Jerman tidak hanya di tempat kursus saja, tapi juga
di kehidupan sehari-hari. Hahaha. Beliau tahu persis getolnya saya mengikuti
forum belajar kesana-kemari. Beliau sering bertanya, „Mesa ngga capek?“ atau
berkata, „Mesa kan hobinya gitu.“ Saat saya menghubungi pihak tertentu untuk mencari
informasi atau mendaftar ke sebuah acara.
Testimoni dari suami adalah testimoni yang paling saya
nantikan. Meskipun sebenarnya saya perlu menyiapkan mental untuk bisa
menerimanya dengan tetap tenang. Beliau seorang yang serius dan cespleng
dalam memberi masukan. Bukan devil advocate sih, karena bahkan
beliau adalah seorang yang sangat jarang marah atau mengkritisi dengan ekstrem. Namun saya yang dulu cenderung sensitif ini,
mudah tersinggung saat mendengarnya. Setelah tujuh tahun menjadi mentee
beliau, sekarang saya lebih mudah menerima, terlebih setelah lambat laun paham bahwa
ternyata yang beliau sampaikan terbukti benar.
Beliau mengapresiasi saya yang memiliki semangat belajar
tinggi dan target yang jelas. Nah, karena ada target maka tentu memiliki standar. Untuk mencapai standar tersebut, diperlukan
manajemen agar prosesnya berjalan seimbang dengan peran saya lainnya, juga efektif dan efisien. Beliau mengingatkan saya
untuk memperbaiki manajemen secara umum, dari beragam aspek, saya membedahnya menjadi manajemen diri, juga waktu, emosi, dan energi. Yang beliau
garis bawahi adalah, segera kerjakan tugas di malam hari sehingga tidak ada
lagi tanggungan di pagi hari dan bisa fokus ke pengerjaan standar pagi dan
persiapan berangkat kursus. Di musim panas ini waktu Isya' baru masuk di jam 22.30 CEST, seringkali anak-anak baru beranjak tidur jam segitu dan saya alih-alih mengerjakan tugas, kerap terlena untuk ikut tidur saat menemani anak-anak. Bismillah perbaiki diri!
Beliau berpesan bahwa seorang
profesional adalah seorang yang mengalokasikan suatu hal dan bisa mencapainya. Bergeraklah ke
arah sana. Tugas seorang ibu itu banyak dan ibu di ranah domestik memiliki
fleksibilitas tinggi. Itu tantangan. Jam kerja
ditentukan sendiri, target capaian pun ditentukan sendiri, tidak ditagih-tagih
orang lain atau mengikuti jadwal pihak eksternal. Maka, disiplinkan
fleksibilitas diri dan jangan terlena dengan fleksibilitas itu. Ahamdulillah, lega rasanya mendapat testimoni langsung dari beliau, di tengah keheningan malam, duduk bersebelahan di depan meja belajar masing-masing. Ya Allah, ampuni kekhilafan hamba dan mudahkan hamba untuk berproses untuk lebih baik lagi, dalam upaya meraih rida-Mu. Aamiin... Setiap orang memiliki lintasan masing-masing, dan lintasan inilah yang hamba pilih dan jadikan jalan menuju-Mu.
Wina, 30 Juni 2020
Comments
Post a Comment