Antara Topik Manajemen Waktu Ibu Rantau dan Belajar Bahasa Jerman : Bagaimana Kesesuaian antara Rencana Aksi dan Realisasi?
Bismillahhirohmanirrohim…
Membuat jurnal kembali, menuliskan apa yang sudah dikerjakan
di pekan kelima program Mentorship ini. Berpijak dari apa yang
disampaikan bu Septi di Facebook Live pada hari Kamis lalu, hari Sabtu
saya mengalokasikan waktu untuk berdiskusi dengan mentor dan mentee.
Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur, artinya porsi family time lebih
banyak daripada hari efektif sehingga saya mencoba membuat timeline yang
realistis untuk pengerjaan jurnal pekan ini.
Jum’at : memahami materi yang disampaikan bu Septi, membuat
notulen saat menyimaknya.
Sabtu :
berkoordinasi dengan mentor dan mentee
Minggu : Video Call dengan mentee, sekaligus
mencatat poin penting untuk bahan penulisan jurnal
Senin : Video Call dengan mentor, sekaligus mencatat
poin penting untuk bahan penulisan jurnal
Selasa : menulis jurnal
Bersegera itu penting, dengan tetap menjaga keseimbangan.
Maka inilah timeline bersegera menuliskan jurnal versi saya. Karena memang
ada beberapa hal lain yang juga berada di prioritas utama untuk dikerjakan
dengan optimal.
Fehler feiern (Selebrasi Kesalahan) sumber : https://twitter.com/groeschelwalter/status/880674391352279041 |
Sesi
bersama mentee
Sebelum menentukan jadwal pertemuan, saya menanyakan
terlebih dahulu pada mentee, model forum seperti apa yang sesuai untuk beliau. Dan
beliau menghendaki berdiskusi berdua saja dengan saya. Video Call bersama
mentee dimulai dengan membahas perkembangan yang dicapai mentee
selama melatih keterampilan manajemen waktu bersama Al Qur’an. Strategi kandang
waktu yang dijalankan beliau, menemukan kunci pola di dua kandang waktu
berdurasi total empat jam di setiap pagi hari. Yaitu pada jam 05.00 – 07.00 dan
07.00 – 09.00. Jika target selama dua kandang waktu tersebut terpenuhi, maka
akan memudahkan diri untuk mencapai target harian secara keseluruhan. Alhamdulillah.
Kemudian kami membahas mengenai ketercapaian target pekanan.
Beliau mengakui bahwasanya tantangan berat beliau adalah menolak serondolan,
terutama yang berasal dari pihak lain. Setelah beliau menyampaikan kesalahan
beliau dalam proses ini, saya pun mengapresiasinya dan mengajaknya berdiskusi
bersama seputar tantangan yang dialaminya, seputar serondolan.
Bagaimana saya menyikapi serondolan?
Seperti yang pernah saya sampaikan, bahwasanya manajemen
waktu memang erat kaitannya dengan keterampilan diri lainnya, termasuk
komunikasi produktif. Untuk poin-poin yang bersifat serondolan, saya pun pernah
merasakannya. Yang saya lakukan untuk mengatasi hal ini adalah menuliskan
bentuk serondolannya dan mengklasifikasikan faktor pencetusnya. Saya membagi
faktor pencetus dalam dua bagian, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tak lain adalah
faktor yang berasal dari diri kita sendiri. Kita perlu awas, agar jangan sampai
faktor pencetus internal, kita masukkan ke faktor eksternal dan
mengkambinghitamkan pihak lain.
Saya ceritakan saja apa yang sering saya alami. Di pagi hari
biasanya saya alokasikan waktu untuk belajar bahasa Jerman atau mengerjakan PR
kursus. Namun sebelumnya, saat membuka WhatsApp saya melihat ada bahasan
di WAG komunitas. Ternyata ada hal yang penting, informasi perlu diteruskan atau
sesuatu yang perlu segera ditindaklanjuti. Kolaborasi bakat empathy dan relator
pada diri saya membuat saya menciptakan serondolan itu. Waktu pagi hari yang
seharusnya digunakan untuk belajar bahasa Jerman, saya gunakan untuk
mengerjakan tugas komunitas. Alhasil, PR jadi belum selesai dan ada target
belajar yang tak tercapai. Nah, faktor pencetus serondolan dari kasus ini
bukanlah hal yang diberikan orang lain pada kita (faktor eksternal), namun kita
yang mengizinkan kegiatan lain yang tak semestinya, masuk ke kandang waktu hal
lain yang sudah kita prioritaskan (faktor internal). Masalahnya ada pada diri
saya, dan saya harus berubah menjadi lebih saklek dan tegas dalam
bersikap.
Jika faktor pencetusnya adalah pihak eksternal atau berasal
dari orang lain, maka saya menyarankan untuk membuat klasifikasi langkah yang
harus diambil, yaitu lakukan sekarang juga seperti misalnya anak sakit,
agendakan misalnya ajakan menjenguk tetangga yang melahirkan atau abaikan misalnya ajakan untuk ghibah.
Untuk menyampaikan langkah kita pada orang lain, diperlukan sebuah komunikasi
produktif. Misalnya saya dengan
teman terbiasa untuk menanyakan agenda terlebih dahulu sebelum mengajak bermain
bersama. Contoh praktik : „Ada agenda apa sore nanti? Kalau ada waktu luang, bisakah
kita bertemu di taman dan anak-anak bermain bersama?“ Nah, untuk poin ini
diperlukan pemahaman kedua pihak untuk berkomunikasi versi orang dewasa, yang mana
mendahulukan nalar ketimbang emosi atau dominasi perasaan.
Bagaimana dengan pendelegasian tugas?
Setelah
berdiskusi panjang mengenai serondolan, diskusi kami berlanjut ke cara
mendelegasikan tugas yang tepat. Wajar adanya jika kita membutuhkan
bantuan orang lain. Pun jika orang lain membutuhkan bantuan kita. Namun jika
hal tersebut terjadi berulang, maka perlu adanya komunikasi dan kesepakatan
bersama antara kedua belah pihak agar salah satu pihak tak merasa menjadi
korban. Saya kembali menceritakan apa yang saya jalankan seputar pendelegasian
dalam keluarga.
Misal, karena sedang ada deadline pekerjaan selama
sekitar tiga pekan, suami menyampaikan bahwa pada hari X tidak bisa
mengantarkan si sulung ke sekolah seperti biasanya. Keterbatasan tersebut
dikomunikasikan beberapa hari sebelumnya sehingga saya bisa mempersiapkan diri
dan anak-anak agar kondusif untuk saya antar dan jemput sebelum dan sesudah
saya kursus. Pun jika saya belum bisa membereskan rumah untuk beberapa hari
karena harus mempersiapkan diri menjelang ujian bahasa, saya menyampaikannya
pada suami sejak awal pekan atau jauh hari sebelumnya. Sehingga kondisi
tersebut bisa dipahami bersama dan satu sama lain bisa saling menjadi
support system.
Diskusi saya
bersama mentee berlangsung selama sekitar satu jam. Saya merasa cukup
banyak poin yang kami bahas dan diskusikan bersama. Semoga apa yang sudah kami
diskusikan, bisa memudahkan mentee untuk berproses menapaki action
plan berikutnya.
Sesi
bersama mentor
Saat mentor menawarkan ingin sesi seperti apa di Mentorship
pekan ini, saya mengusulkan untuk membuat forum bersama dengan mentor dan mentee
beliau yang lainnya. Sehingga kami bisa saling menyemangati dan mendapatkan
feedback lebih banyak. Sebagai awalan, mentor mempersilakan saya untuk
menyampaikan perkembangan proses saya mengasah keterampilan belajar bahasa
Jerman di pekan ini. Saya pun menjelaskan poin-poin berikut :
Tujuan Saya
|
Langkah Saya
|
Deadline Saya
|
Progress Saya
|
Perbaikan Kesalahan
|
Fasih
berbahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.
Indikator
kesuksesan :
Lulus B1 Pruefung dengan
nilai optimal
Tidak canggung dan berbicara
aktif di forum diskusi
Bisa memahami isi diskusi di
forum belajar dengan jelas
Bisa bertanya dengan cepat
dan benar
Orang lain bisa menerima
penjelasan yang saya sampaikan
Strong Why:
Memudahkan dalam mengurus
segala sesuatu dan berkegiatan.
Bisa bersama anak belajar
bahasa Jerman.
Optimal memanfaatkan
kesempatan join forum-forum belajar.
Pintu pembuka memahami ilmu
baik lisan maupun tulisan.
Home Education dan mengajar TPA dengan multibahasa
|
Konversationsstunde 1x
|
Juni – Agustus 2020
|
W-24
mengikuti Konversatiosstunde di NZ16, membahas mengenai Wortschatz tapi
mikrofon rusak, jadi bisa dengar ngga bisa bicara. Mengoptimalkan belajar dengan mendengarkan.
W-25
jadwal KS bentrok dengan jadwal offline. Tapi sempat konsultasi dengan
Frauenberatung, Bezirkamt, Beraterin di VFI dan ngobrol dengan siapapun yang ditemui dengan bahasa Jerman, sehingga target tetap bisa tercapai. (70%)
|
Terlalu
banyak mengikuti forum belajar membuat saya target menjadi tak realistis
untuk dicapai.KS memang memberi ruang untuk latihan berbicara tapi saya perlu
cek agenda dalam pekan tersebut. Sampai dengan Juli 2020 Konversationsstunde
target ditiadakan dulu. Optimalkan waktu buat persiapan Pruefung. Setelah Pruefung bisa ikut Deutsch im Park selama Sommer.
|
Kursus
VFI 4x
|
Maret
– Juli 2020
|
Alhamdulillah
bisa hadir setiap hari. Kadang ngga mindfulness karena proses di kelas
terasa lambat. Jadi kepikir nyambi ngerjain yang lain (nulis agenda harian,
koordinasi komunitas). Setelah evaluasi,
saya salah. Ngga boleh gitu. Harus sabar dengan proses. (80%)
|
Mencoba mindfulness selama jam
kursus. Mendengarkan dengan aktif dan menjadikan jam kursus sebagai kesempatan
untuk CnC pemahaman. Mumpung masih kursus! Jaga adab pada guru dan ilmu.
|
|
OeIF
B1 onlinekurs
|
Mei
– Juni 2020
|
W-25
Ngga ikut karena bentrok jadwal offline. (20%)
|
Sama
seperti Konversationsstunde, saat ini ngga jadi prioritas.
|
|
Lulus
OeIF B1 Pruefung
|
Agustus
2020
|
Persiapan
|
Ikhtiar
& tawakkal.
W-26
: tuntas baca semua materi kursus, buat menyambut Abschlusstest
W-27
: baca buku yang dipinjam dari perpustakaan, utamakan buku persiapan OeIF Pruefung.
W-28
: Sprechen, E-Mail Schreiben
W-29
: SIAP TEMPUR. Istirahat jelang ujian.
|
|
Memahami
Deutsch level B2 baik via kursus, atau belajar mandiri
|
Desember
2020
|
Mentor juga
memberikan saran saya untuk menentukan prioritas kegiatan utama agar tidak overload
Strategi saya untuk memfokuskan langkah ke persiapan Pruefung juga menunda
untuk mengikuti Konversationsstunde dan OeIF B1 Kurs disetujui
sebagai langkah realistis yang bisa dijalankan saat ini.
Alhamdulillah,
perasaan saya jauh lebih lega dan merasa memiliki support system
tambahan dalam menjalankan proyek Mama lernt Deutsch ini. Jurnal ini dituliskan untuk mendokumentasikan perjalanan belajar selama satu pekan ini, dalam rangka memantaskan diri menuju Cekatan di keterampilan yang sedang diasah saat ini. Semoga Allah
rida dan jaga ikhtiar ini agar senantiasa dalam bingkai ketaatan padaNya. Aamiin.
Di pekan
ini saya juga mulai menjalankan target yang sudah saya canangkan dan sampaikan
ke mentor sejak awal pertemuan kami yang terlambat. Yang mana saya berkomitmen
untuk menghubungi beliau setiap hari Jum’at untuk mengkonsultasikan hal yang
belum saya pahami seputar materi yang sedang saya pelajari dan setiap hari
Senin untuk menyetorkan perkembangan belajar harian (saya membuat logbook
harian untuk proyek Mama lernt Deutsch, terinspirasi saat penelitian di
laboratorium saat di bangku kuliah S1 dahulu).
Yang saya
konsultasikan saat hari Jum’at lalu adalah Schreiben menggunakan Praeteritum
sedangkan logbook yang saya tuliskan adalah sebagai berikut :
Ein Bordbuch fuer ein Mentorship-Program
im Schmetterling Schritt - Bunda Cekatan
Institut Ibu Profesional
Tujuan :
fasih berbahasa Jerman dengan benar
Nu.
|
Datum
|
Schritte
|
Notizen
|
0
|
Awal
mentorship – 7 Juni 2020
|
Kursus
online B1
Futur
1
Praeteritum
Obwohl,
trotzdem
Konnektoren
Um...zu...
damit
|
Awal
kursus, langsung ujian materi. Banyak yang lupa. Perlu belajar lagi.
|
1
|
8
Juni 2020
|
OeIF
Kurs
|
-
|
2
|
9
Juni 2020
|
(an)statt
= zu + Infinitiv
nicht...
+sondern
Sprechen
: unterschiedlichen Rollen haben Frauen, Karriere
|
-
|
3
|
10
Juni 2020
|
Hoereuebung
Lesen
: Die Elternkarenz
|
-
|
4
|
11
Juni 2020
|
LIBUR
KURSUS : baca buku anak
|
Membaca
buku anak adalah salah satu cara belajar bahasa Jerman yang menyenangkan,
baik buat saya dan anak-anak. Manfaatnya pun ganda. Maka, langkah ini terus
dijalankan dan dirutinkan.
|
5
|
12
Juni 2020
|
OeIF
Kurs
Ke
Perpustakaan pinjam buku anak
|
-
|
6
|
13
Juni 2020
|
Baca
buku anak
|
-
|
7
|
14
Juni 2020
|
mit
Verkauferin sprechen
|
-
|
8
|
15 Juni
2020
|
OeIF
Kurs
Mit
Frauen Beratung besprechen
|
-
|
9
|
16 Juni
2020
|
Hoereuebung
: OeIF Vorbereitung
Lesen
verstehen
Nachdem,
bevor, waehrend
|
-
|
10
|
17 Juni
2020
|
Hoereuebung
: OeIF Vorbereitung
E-Mail
Schreiben : beschwerden
|
-
|
11
|
18 Juni
2020
|
Hoereuebung
: OeIF Vorbereitung
Konjunktiv
II : haben, sein, wuerde
|
Pinjam
banyak buku dari perpustakaan. Optimalkan buat persiapan.
|
12
|
19 Juni
2020
|
Hoereuebung
: OeIF Vorbereitung
Konjunktiv
II
|
Perbanyak
latihan Hoeren. Hoeren B1 banyak kosakata baru dan pilihan jawaban pun sering
menjebak
|
13
|
20 Juni
2020
|
Konsultasi
Schreiben Praeteritum
|
Lebih
teliti dalam penentuan kasus (Dat-Akk)
|
14
|
21 Juni
2020
|
Revisi
Schreiben Praeteritum
|
-
|
15
|
22 Juni
2020
|
Fehlerfeiern
|
Sadari
kesalahan, pasang strategi perbaikan, bangun mental pejuang.
|
Schreiben
Eine Geschichte ueber mich als Kind
Als ich ein
Kind war, schwamm ich zweimal pro Woche. Ich blieb in der Volksschule bis 3
Uhr. Danach ging ich ins Schwimmbad, weil ich an einem Schwimmkurs teilnahm. Es
gab einen Schwimmlehrer, der mich und andere Kinder zu schwimmen unterrichtete.
Der Schwimmkurs war jeden Donnerstag und Samstag von 15:30 Uhr bis 17:30 Uhr.
Bevor ich
schwamm, machte ich eine Aufwaermung. Die Aufwaermung und Dehnuebungen vor dem Schwimmen waren sehr
wichtig. Sie halfen der Koerper, sich auf die intensive koerperliche Aktivitaet
vorzubereiten. Nachdem ich eine Aufwaermung gemacht hatte, unterrichtete meiner
Schwimmlehrer mich und meine Klassenkameraden. Er gab uns vier Schwimmarten
oder Schwimmtechnik. Zuerst lernte ich Freistilschwimmen oder Kraulschwimmen,
zweite war Brustschwimmen, dritte war Schmetterlingsschwimmen und vierte war
Rueckenschwimmen.
Fuer mich
war das Brustschwimmen die einfachste Technik und das Schmetterlingsschwimmen
die schwierigste Technik. Meine Lieblingstechnik war aber
Schmetterlingsschwimmen, weil damit ich sehr schnell schwimmen konnte. Jetzt
schwimme ich nie. Seit zwei Jahren, wenn ich nach Wien kam, schwamm ich noch
nicht.
Wina, 23 Juni
2020
Comments
Post a Comment