Perjalanan pekan kedua program Mentorship di tahap Kupu-Kupu
Institut Ibu Profesional baru saya mulai di hari ketiga. Hal ini dikarenakan materi dan diskusi
berlangsung di akhir pekan, yaitu di hari Sabtu dan Minggu. Secara pribadi,
hari Sabtu dan Minggu adalah hari dimana saya mengurangi aktivitas daring.
Gawai di akhir pekan sengaja saya gunakan hanya untuk mengikuti kajian, dan
mengajar TPA. Di sisi lain, saya perlu menerapkan adab menuntut ilmu dan
memahami bahwasanya guru baru berkesempatan menyampaikan materi di akhir pekan.
Lalu, bagaimana strategi saya menjalaninya?
Saya baru menyimak materi dan diskusi di hari Senin pagi
sembari mencatat hal penting, kemudian segera saya tindak lanjuti dengan
membuka chat diskusi di WAG Ketua HIMA dan meneruskan informasi-informasi
penting seputar teknis pengerjaan tugas pekan kedua ini. Setelah itu, saya koordinasi dengan mentor dan mentee,
membuat kesepakatan kapan akan melakukan video call.
Apa yang
harus dikerjakan pekan ini?
Poin intinya adalah, Self Assessment terhadap
keterampilan yang akan dan sedang diasah. Maka saya memulai dengan menilai
tingkat keahlian saya terhadap keterampilan Adaptif ala Ibu Rantau dan Beauty
Care from Heart.
Keterampilan Adaptif ala Ibu Rantau
Keterampilan adaptif ala ibu rantau sebenarnya merupakan topik
yang saya rumuskan, yang di dalamnya mencakup hal-hal spesifik yang sedang saya
pelajari dan latihkan dalam diri tiga tahun belakangan ini. Setelah saya
mencoba menyusun peta belajar yang selama ini dijalankan, perjalanan terdiri
dari empat fase, yaitu persiapan, keberangkatan, kedatangan kemudian menjadi
diaspora pembaharu di tempat baru.
Ada beberapa tantangan khas yang dirasakan seorang ibu
rantau, antara lain : kerinduan dengan tanah air, keharusan untuk menjalankan
multi peran, kesibukan suami di kampus yang menuntut kemandirian diri, dan
minimnya intensitas bertemu dengan teman dekat tak jarang memberikan tekanan
batin tersendiri. Maka penting bagi seorang ibu rantau untuk menemukan metode Self
Care versi dirinya sehingga bisa senantiasa berbahagia. Di musim dingin kemarin, kulit wajah saya
sangat bermasalah. Saya akui memang saya abai akan hal ini. Kulit saya pun semakin
kering dan sempat mengelupas. Bermula dari kondisi inilah, saya mantap
untuk mengambil topik Beauty Care di tahap Kupu-Kupu ini. Sebagai bentuk
Self Care dengan memperhatikan kebutuhan diri saat ini.
Bagaimana dengan Self Assessement untuk keterampilan
ini?
Saya baru memulai dan belum pernah mengasah keterampilan ini
sebelumnya. Di pekan pertama lalu saya banyak mengulik kebutuhan dasar
perawatan wajah. Mentor sangat membantu saya untuk memahami teknik-teknik dasar
dalam perawatan wajah. Saya pun menyampaikan pada beliau target yang saya
canangkan selama tahap Kupu-Kupu ini adalah memiliki kulit yang sehat dan terawat
dengan benar dan baik. Beliau pun memberikan dukungan, bahwa jika saya
berproses dengan kesungguhan selama sebulan, maka perubahan signifikan akan
saya rasakan. Kuncinya komitmen da konsisten. Bismillah.
Bagaimana rasanya bertemu dengan mentor dan mentee melalui
Video Call?
Saya melakukan video call via Facebook Messenger dengan mentor dengan durasi sekitar tiga puluh
menit. Saya mengajukan beberapa pertanyaan dan beliau menjelaskan poin-poin
penting terkait hal tersebut. Senang rasanya mendapat mentor yang perhatian dan
aktif memberikan bimbingan. Terima kasih mba Rini.
Keesokan harinya, saya melakukan video call dengan kedua mentee. Dengan mba Nurul
sekitar lima belas menit. Kami membahas mengenai manajemen waktu, karena
tantangan terbesar beliau untuk beradaptasi di lingkungan baru ada di subtopik tersebut.
Kami cukupkan karena anak kedua saya sudah terbangun dari tidurnya. Berlanjut sesi video call dengan
mba Mita, mentee kedua yang hanya bisa berlangsung selama lima menit karena
situasi kurang kondusif. Hari setelahnya, saya melanjutkan berkomunikasi dengan
mba Mita melalui pengiriman audio. Dan hari Kamis pun mba Mita mengirimkan
audio suaranya yang saat ini masih bertahap saya dengarkan.
Dengan
mendengarkan mentee menyampaikan apa yang sudah dijalankan beliau
terkait keterampilan tersebut, saya merasakan bahwasanya kami sedang
menaklukkan tantangan serupa. Seperti misalnya seorang mentee
mengkonsultasikan manajemen waktu. Poin yang sempat kami garis bawahi bersama
adalah hal yang serondolan yang sering menjadi tantangan dalam manajemen waktu.
Bagaimana mentee banyak mendapatkan tantangan berupa sering menerima
ajakan dari pihak lain yang berakibat banyaknya hal serondolan yang masuk di
agenda keseharian. Saya pun berbagi mengenai komunikasi produktif dan asertif
yang sudah saya jalankan untuk menghindari hal serondolan. Juga mengenai
kandang waktu, cut off time, penjadwalan kegiatan pekanan yang menjadi
benteng berlapis saya dalam menerapkan manajemen waktu.
Comments
Post a Comment