Setelah di
pekan ketiga lalu saya menjalankan tantangan puasa belajar sadar dalam
menggunakan gawai, saya jadi tahu dan bisa membuat kategori pemakaian gawai
saya selama ini. Ini penting bagi saya yang peka perasaan. Biar ngga sering
kejebak dengan persepsi, „Rasanya baru sebentar deh buka Facebook-nya“, “koq
kayaknya dari tadi aku scrolling doang belum jadi-jadi posting
atau cari informasi“
Nah, di
pekan keempat ini, saya merasakan beberapa tantangan setelah menerapkan
strategi berkomunikasi yang efektif dan efisien. Dari sana saya merumuskan
beberapa strategi lanjutan, antara lain :
Memasukkan kegiatan online di target capaian harian.
Kegiatan online seringkali dirasa bisa dikerjakan sambil lalu. Terutama jika kegiatannya berupa koordinasi. Tanggungjawab
atas peran terkadang memang menuntut untuk membersamai. Dan hal tersebut memang
membutuhkan alokasi waktu tersendiri. Maka masukkan jadwal koordinasi dan
fasilitasi ke gelondongan waktu harian. Menyisipkannya sebagai kegiatan
sambilan justru akan mengganggu kegiatan utama dan berujung dengan ketidakoptimalan hasil bagi kedua kegiatan tersebut (yang utama dan yang sambilan).
Mengukur kapasitas dan cukupkan diri.
Jika gadget hours
tidak cukup mengcover pekerjaan online, artinya perlu ada yang
dikurangi. Contohnya kemarin saya mengikuti empat kelas online dadakan. Di awal, saya merasa semuanya memanglah hal yang saya butuhkan. Namun saya memiliki waktu yang terbatas. Kesemuanya memiliki sesi-sesi lanjutan. Saya belajar dengan sangat baik di
kelas Selfcare. Banyak insight yang saya dapatkan selama prosesnya, saya pun mengerjakan keseluruhan worksheet dengan tuntas, memperbaiki sesuai dengan tanggapan lalu mengirimkannya kembali, serta berbalas pesan dengan mba Farda selaku narasumber. Namun
saya harus ikhlas melepas kelas manajemen waktu, problem solving dan
program i-kuttab yang sudah keburu expired sebelum saya optimal mencerna
materinya dan menuntaskan setiap tahapannya. Dari sini lagi-lagi saya belajar
skala prioritas.
A great leader creates more leaders.
Seorang leader yang sukses adalah seorang leader yang
mampu mencetak leaders berikutnya. Bukan mencetak banyak followers.
Ini sedang saya bangun. Saya sedang berada di titik mempraktikkan apa yang sudah saya pelajari dan mengajak orang lain untuk berproses bersama-sama dengan saya. Saya
mencoba fokus pada proses dengan bergerak dan menggerakkan. Memang, dengan gadget
hours yang terbatas, seringkali kita tidak bisa langsung merespon. Namun
kalau memang kecepatannya baru bisa demikian, menurut saya tak apa. Dan jika kedekatan emosionalnya sudah terbangun, maka komunikasinya semakin mudah, semacam ada telepati, haha. Di sisi lain, pemahaman setiap orang akan peran yang dijalankan pun merupakan suatu poin penting yang perlu dibangun di awal, karena akan menjadi pondasi seseorang untuk bergerak. Dengan pemahaman yang jelas, seseorang mengetahui kapasitas perannya. Dengan pemahaman konsep yang matang, seseorang akan sadar akan tanggungjawabnya. Bergerak optimal dengan porsi yang ideal. Karena kami
juga sedang berproses bersama menjalankan beragam peran (sebagai hamba Allah,
istri, ibu, perempuan produktif dan agen perubahan) dan berupaya menjaga
keseimbangannya. Gadget hours juga berperan menjaga kewarasan ibu,
menghindarkan diri dari sikap berlebihan dalam menggunakan gawai. Saya belajar
bergerak sesuai porsi dan kendali.
Demikian
catatan puasa pekan keempat ini. Semoga senantiasa Allah jaga setiap langkah
prosesnya.
Comments
Post a Comment