Materi kedua di kelas Bunda Cekatan ini menjadi salah satu
jawaban atas gejolak yang sempat saya rasakan. Menjadi seorang ibu merupakan
peran yang diambil secara sadar oleh seorang perempuan, yang membuatnya
berkesempatan menjadi madrasah pertama dan utama untuk anak-anaknya. Sebuah
peran istimewa yang berpotensi membuka ragam jalan kebajikan untuk dirinya. Lalu,
apakah karena peran mulia tersebut, adalah wajar jika seorang ibu mengorbankan
kebahagiaannya? Namun jika tidak, bagaimana beliau bisa menjalankan beragam peran
diri beriringan dengan menjalankan aktivitas yang beliau suka dan bisa?
Kata kuncinya adalah,
Temukan aktivitas suka dan bahagia, kemudian asah keterampilan sehingga indeks kebahagiaan akan naik.
Mengasah keterampilan di sini, bukan hanya keterampilan yang
berkaitan dengan aktivitas di ranah bisa dan suka. Namun juga keterampilan
menyelesaikan faktor tambahan yang berpotensi mengganggu keseimbangan peran dan
kebahagiaan dalam mengerjakan aktivitas bisa dan suka.
Mengapa perlu mengasah keterampilan?
Karena keterampilan akan meningkatkan kompetensi seorang
ibu, termasuk dalam hal mengatasi konflik antara aktivitas yang ibu suka dan
bisa dengan kondisi yang harus dihadapi. Ibu terampil juga akan menghadirkan
kebahagiaan bagi diri dan para customer utama.
Berpijak pada lima aktivitas suka dan bisa yang pekan lalu
saya temukan, saya membuat kuadran keterampilan sebagai berikut :
Keterampilan di kuadran penting dan mendesak juga penting
dan tidak mendesak dirumuskan dengan mengacu pada lima aktivitas suka dan bisa
di telur hijau yang sudah ada di tulisan sebelumnya. Sedangkan keterampilan di
kuadran tidak penting dan mendesak merupakan keterampilan yang perlu saya
kuasai sebagai faktor pendukung sehingga saya memiliki alokasi waktu untuk
semakin mengasah keterampilan penting dan mendesak. Bagaimana di kuadran tidak
penting dan tidak mendesak? Bagi saya, keterampilan di kuadran tidak penting
dan tidak mendesak adalah keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas di
kuadran tidak suka dan tidak bisa. Saya tidak perlu mengasah keterampilan untuk
aktivitas di kuadran tersebut namun saya perlu menguatkan diri untuk terampil
menahan diri saat melihat sebuah peluang belajar. Bagi orang lain mungkin
mudah,namun bagi saya yang memiliki kombinasi kekuatan diri empathy,
maximizer dan significance, ingin rasanya tak membiarkan kesempatan
berlalu begitu saja. Padahal kemudian saat saya mengambilnya, saya belum
memiliki keterampilan manajemen pikiran dan alokasi waktu pengerjaan yang cukup
memadai, sehingga terjadi ketidakseimbangan peran. Apakah hal itu pernah
terjadi? Pernah, dan memang ketidakseimbangan itu tidak sehat. Tidak apa-apa,
sebuah pengalaman yang sangat berharga. Untuk menjaga keseimbangan ini, saya
meminta bantuan suami yang memiliki kekuatan focus untuk senantiasa
mengingatkan.
Setelah menimbang dan memilah, saya menemukan lima
keterampilan yang penting dan mendesak untuk segera saya latihkan pada diri
saya sehingga meningkatkan kompetensi diri dalam menjalankan aktivitas bisa
suka. Kelima keterampilan yang saya letakkan di telur merah yaitu :
Berikut penjelasan setiap keterampilannya :
Manajemen Pikiran
Saya berada di era keramaian, masa yang penuh dengan
distraksi. Distraksi berdatangan tanpa jeda dan tanpa diminta, bahkan saya seringkali
mendatangkan distraksi di saat saya tak menghendakinya. Seperti apa bentuknya? Bagi
saya, membuka media sosial berupa Facebook, Instagram atau WhatsApp sudah
merupakan aktivitas mendatangkan distraksi pikiran. Di sisi lain, untuk bisa
menghasilkan sesuatu dengan optimal, saya perlu mindfulness dalam
menjalankan aktivitas. Maka saya merasa perlu untuk membentuk beberapa gerbang
pertahanan untuk beragam informasi yang mendesak masuk ke pikiran.
Gerbang pertama adalah dengan menjalankan manajemen gawai
dan jam online dengan disiplin. Bagaimana kalau gagal? Coba kembali,
berulang kali. Saya merasakan penerapan jam online membuat saya memiliki
catatan singkat mengenai siapa saja yang perlu saya hubungi, diskusi apa saja
yang harus dijalankan dengan efektif dan tugas apa saja yang harus dikerjakan
saat jam online tiba sehingga jam online bisa termanfaatkan
dengan optimal.
Gerbang kedua adalah dengan membuat ruang-ruang imajiner di
pikiran. Ruang imajiner yang dibuat menyesuaikan amanah yang saat ini sedang diemban,
seperti ruang tugas domestik, ruang home educator, ruang koordinator
TPA, ruang Ibu Profesional, ruang Deutschkurs dan sebagainya. Ruang
imajiner ini mencegah sesuatu dipikirkan dengan berlarut-larut. Misalnya, saya
memiliki waktu luang satu jam yang ingin saya gunakan untuk diskusi pengurus
inti Ibu Profesional regional Efrimenia dan mengerjakan PR Deutschkurs. Maka
saat setengah jam pertama berlalu, saya perlu berpamitan dari diskusi,
menyimpan tantangan yang belum terselesaikan dan menutup ruang Ibu Profesional. Segera beralih fokus membuka
ruang imajiner Deutschkurs lalu mengerjakan PR.
Keterampilan manajemen pikiran yang masih ingin saya tajamkan
adalah kecepatan untuk switch dan menjaga fokus saat sedang mengerjakan
suatu hal.
Komunikasi Asertif
Dalam berkomunitas dan mengemban peran sentral seperti leader,
ada kebutuhan menyampaikan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, merespon
pesan dengan bijak , bersikap tegas dan terbuka namun tanpa menyakiti orang
lain. Saya ingin meningkatkan keterampilan saya dalam berkomunikasi dengan
menguasai keterampilan komunikasi asertif.
Bertanya
Belajar mengenai cara belajar identik dengan proses
pembelajaran yang merdeka. Bukan lagi duduk manis dan bersiap menerima materi,
namun saya pribadi memiliki peta belajar yang sudah dipelajari selama ini,
sudah memiliki tujuan belajar yang jelas dan bisa mengidentifikasi kebutuhan
belajar diri. Nah, keterampilan bertanya perlu saya miliki untuk bisa bertanya
dengan benar sebagai upaya memfasilitasi intellectual curiosity atau
rasa ingin tahu diri.
Membuat jurnal kegiatan
Saat menyimak pemaparan mas Pandu mengenai Metakognisi
kemarin, hal yang paling mengena pada diri saya adalah dokumentasi proses
belajar. Selama ini, perencanaan dan proses pembelajaran bisa saya rasakan
sudah berjalan cukup baik, namun saya sering menunda untuk menuliskan jurnal
kegiatannya hingga kemudian tak terlaksana karena sudah tertimpa oleh
kegiatan-kegiatan berikutnya. Padahal poin dokumentasi ini sangat penting untuk
menelusuri jejak pembeajaran yang sudah saya jalani. Maka, keterampilan
pembuatan jurnal penting untuk saya latihkan pada diri. Saya mulai menggali apa
yang membuat saya sering menundanya. Tidak sempatnya mengapa? Karena merasa
terlalu berat dan ribet? Jika iya, mari sederhanakan dengan cukup menuliskan
poin-poin pentingnya saja. Lebih baik sederhana, sembari perlahan melengkapi
ketimbang sekadar wacana saja.
Bahasa Jerman
Aha, ini menarik! Sejak lulus dari bangku kuliah, saya
mengikuti banyak kelas belajar, namun mayoritas dilakukan online dengan
jam belajar yang fleksibel. Kelas bahasa Jerman yang saya ikuti belakangan ini
merupakan kelas belajar intensif pertama yang saya lakukan secara offline
dengan penuh kesungguhan dan mata berbinar dalam mengerjakannya. Saya
mengambilnya karena saya menyukainya dan saya membutuhkannya. Saya jelas
membutuhkannya karena saya hidup di negara dengan bahasa Jerman sebagai bahasa
pengantarnya. Kefasihan dalam berbahasa tentu sangat bermanfaat untuk mengurus
dokumen, mengakses fasilitas publik dan memahami surat-surat yang kita terima. Tapi
mengapa saya menyukainya? Tak lain karena lingkungan yang kondusif. Lembaga kursus
bahasa Jerman saya di setahun belakangan
ini memiliki tempat penitipan anak sehingga saya bisa membawa serta Ahsan
setiap harinya. Lembaga kursus ini memiliki sistem pembelajaran yang
profesional, guru yang berpengalaman dan teman-teman sekelas dengan semangat
belajar yang tinggi. Lingkungan positif ini menjadi sebuah support system
yang sungguh menyenangkan. Karenanya, saya belajar dengan penuh kesungguhan dan
mengerjakan tugas dengan seoptimal mungkin. Saat ini kelas bahasa sedang jeda
sekitar dua bulan. Di masa liburan ini saya berencana untuk belajar mandiri
dengan meminjam buku-buku dari perpustakaan dan mengikuti kelas diskusi yang
diadakan di perpustakaan maupun di Nachbarschaftszentrum.
Demikian lima keterampilan yang saya prioritaskan untuk
segera saya kuasai dalam waktu dekat. Saya merasa perlu untuk menggali kebutuhan
diri akan keterampilan-keterampilan dari setiap aktivitas suka dan bisa. Saya
juga merasa perlu membuat peta belajar untuk melihat jejak perjalanan belajar
selama ini juga sebagai bentuk praktik dari materi yang sudah saya terima dari
mas Pandu. Perlahan dan bertahap insyaAllah mencoba dikerjakan. Semoga Allah
mudahkan, aamiin...
Wina, 23 Desember 2019
Comments
Post a Comment