Sapaan bu Septi pada perwakilan peserta teleconference Konferensi Ibu Profesional |
Konferensi Ibu Profesional
menjadi sebuah event yang memberikan suntikan semangat bagi diri saya
secara pribadi, untuk tetap keep on track dalan menjalankan peran sebagai
istri, ibu dan agen perubahan dengan bahagia. Bukankah bahagia itu harus
diciptakan? Dan ini adalah satu cara saya untuk recharge energy.
Tidak semua sesi bisa saya ikuti
dengan optimal. Selisih waktu antara CEST dan WIB yang mana di sini lebih lambat
lima jam.Tapi tak mengapa, rekaman video full session akan didapatkan oleh peserta teleconference secara lengkap. Tugas saat ini adalah mengikuti sebaik-baiknya sesi yang bisa saya ikuti dengan mengantongi izin dari suami dan anak-anak.
Sesi yang sempat saya ikuti
antara lain :
- Every Mother is a Changemaker
- Pergerakan Perempuan Indonesia
- Cahaya Saujana : Pamella Swalayan
- Cahaya Saujana : Konseling Berperspektif Gender
- Tangan Terampil : Eco Enzyme
- Sesi Changemaker 1 : Jogokariyan
- Sesi Changemaker 2 : Kandidat Changemaker
- Perempuan Berdaya 1 oleh Pak Dodik Mariyanto
- Perempuan Berdaya 2 oleh Bu Tri Mumpuni
Beberapa bulan
lalu saat mengetahui informasi penyelenggaraan Konferensi Ibu Profesional, saya
tertarik untuk mengikutinya. Beberapa pertanyaanpun muncul di pikiran. Namun, sebelum
pertanyaan bagaimana cara mengikutinya, saya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang bermunculan seketika dan membuatnya menjadi sebuah daftar tanya
jawab.
Mengapa saya ingin mengikuti Konferensi Ibu Profesional?
Karena saya
membutuhkannya. Konferensi Ibu Profesional yang mengangkat tema Synergy for
Change menggelitik hati saya untuk semakin menguatkan langkah untuk menjadi
seorang Ibu Pembaharu.
Apa yang ingin saya ketahui dari acara KIP ini?
- Cara untuk menjadi seorang Agen Perubahan
- Cara untuk memfasilitasi anak Aqil Baligh menjadi seorang Pembaharu
- Strategi menjadi seorang Perempuan Berdaya
Apa yang ingin saya dapatkan di acara KIP ini?
- Transfer energi positif dari lingkungan lingkungan yang kondusif dan suportif
- Semangat membara untuk terus memantaskan diri menjadi Ibu Profesional kebanggaan keluarga
- Bekal untuk membuat Family Strategic Planning ke depan
Dari daftar
tanya jawab ini, saya menimbang dan memutuskan bahwa ya, saya perlu mengikuti event
Konferensi Ibu Profesional. Maka saya lanjutkan untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana
cara mengikutinya?”. Pertanyaan ini saya coba jawab dengan melakukan pendekatan
ke panitia dan mengajukan kemungkinan-kemungkinan yang ada sehingga muncullah
rencana Teleconference yang Alhamdulillah akhirnya bisa terwujud. Benar
adanya bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama kita terus berusaha.
Sesi pertama
yang saya ikuti bertajuk Every Mother is a Changemaker. Sesi ini sangat
menarik, dibuka dengan penuturan Rere dan Lita, dua perempuan usia aqil baligh
yang terpilih menjadi Ashoka Young Changemaker dan Ashoka Young Pioneer
mengenai social project yang sudah mereka jalankan dan dampak positifnya
sudah dirasakan oleh masyarakat luas.
Apa yang mereka lakukan di usia belia tersebut?
Maria Angelita
atau yang akrab disapa Lita menginisiasi sebuah proyek bertajuk Melukis dan
Berkarya Bersama. Lita menyampaikan
bahwa anak-anak harus berani bermimpi, karena mimpi adalah tujuan hidup. Melalui
proyek tersebut, Lita mengajak anak-anak
untuk bercerita mengenai mimpinya, kemudian dia membantu mereka untuk
memvisualisasikannya dan membuat karya bersama.
Sedangkan Rere atau Amarylisse MC
Ganz memulai perjalanannya dari aktivitas yang dia sukai, membaca dan menulis.
Rere menuturkan bahwa sejak kecil orangtua tidak memfasilitasi rumah dengan televisi.
Sebagai gantinya, buku-buku disediakan di rumah dalam jumlah banyak. Membaca
buku menjadi sebuah aktivitas rutin yang menyenangkan bagi Rere. Rere kecil
tumbuh menjadi seorang anak yang lekat dengan dunia literasi. Kecintaannya pada
membaca dan menulis bertemu dengan tergugahnya empati saat melihat kondisi di
lingkungan sekitar menggerakkkan hatinya untuk membuat Rumah Baca Mc Ganz. Darinya
saya belajar untuk bersegera melakukan hal kecil untuk sebuah perubahan besar,
dimulai dari diri kita sendiri.
Lalu, bagaimana bentuk dukungan orangtua bagi Ashoka Young Changemaker dan Ashoka Young Pioneer ini?
Rere menuturkan,“Orangtua
adalah sebagian dari diri saya. Orangtua selalu mendukung apa yang kita
lakukan. Orangtua adalah elemen terbesar dari anak-anak.”
Bu Wiwin, ibu dari Rere pun
menyampaikan,“Support itu total! Saya merelakan ruang tamu di rumah
enjadi lebih sempit agar ada ruang untuk rumah baca yang diinisiasi Rere.”
Beliau pun melanjutkan dengan
memberikan pesan,“Jika kita ingin
memiliki anak yang berjiwa besar, maka perlakukan anak-anak seperti orang besar
sekalipun secara fisik mereka masih kecil.”
Bu Indri, ibunda dari Lita
membagi cerita mengenai kesepakatan beliau dan suami untuk menjadikan sekolah
inklusi sebagai partner dalam bekerjasama untuk pendidikan Lita tidak
lain dengan tujuan agar putrinya tumbuh menjadi seorang yang lebih peka dan respect.Bermula
dari kesadaran beliau diamanahi seorang anak yang tumbuh di era perubahan, yang
mana orangtua pun harus siap belajar dan terbuka terhadap perubahan serta bisa
mendukung hal positif dari sang anak. Beliau mengingat-ingat masa beliau seusia
Lita, disibukkan dengan hal-hal akademik namun tak memiliki dampak positif bagi
lingkungan.
Beliau pun mengajak untuk terus
mendukung para generasi pembaharu. Tak lupa keluarga sebagai support system pertama
dan utama harus memberikan value yang kuat sehingga anak memiliki pegangan dan
koridor yang kuat. Bagaimana, siap menjadi agen perubahan yang mengawali
langkah dari rumah?
Sesi ini disarikan dengan sangat
baik oleh Ara Kusuma sebagai pemandu sesi, yang menceritakan pengalaman masa
kecilnya yang kaya akan pertanyaan. Jika secara umum, kata kunci yang dikenal
untuk bertanya adalah 5W+1H, maka keluarganya menambahkannya dengan kata kunci “Bagaimana
jika” dan “Mengapa tidak”. Tidak perlu
takut untuk bertanya, karena dengan sering bertanya daya imajinasi dan empati
anak akan terlatih dengan baik. Bukankah seorang anak luar biasa terlahir dari
rahim seorang ibu yang luar biasa? Maka siapkan kita untuk terus belajar,
senantiasa memantaskan diri menjadi ibu dari seorang anak luar biasa?
Penutup dari sesi ini adalah
sebuah tantangan dari program keluarga pembaharu yang digagas Ashoka Indonesia,
yaitu :
- Ide apa yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi anak?
- Dapatkah kita memulai upaya bersama untuk mendukung anak-anak?
- Bagaimana kita bisa menciptakan sinergi ini sebagai satu tim?
- Siapa saja yang perlu kita libatkan dalam pergerakan ini?
Yuk, mari kita jawab tantangan
bersama ini.
Saya mencoba menjawab tantangan
diatas di sini :
- Untuk memfasilitasi anak, saya mencoba untuk mendengar dengan hati, membersamai dengan mindfulness dan mengajak eksplorasi agar mereka tumbuh dengan kaya aktivitas dan kaya wawasan di tahap tujuh tahun pertamanya.
- Bisa. Langkah untuk hal ini yang saat ini saya lakukan ada dua. Secara online dan offline. Secara offline, saya sedang berkolaborasi dengan tim TPA Masjid WAPENA, bergerak bersama orangtua untuk menjalankan pendidikan Islam untuk anak-anak Indonesia di kota Wina. Secara online, saya mengambil peran di bidang Training and Consulting di komunitas Ibu Profesional Non ASIA.
- Memetakan potensi masing-masing, bergerak sesuai potensi tersebut dan mengajak orang lain untuk berkolaborasi membangun sebuah tim.
- Diri sendiri, keluarga, teman terdekat. Bergerak dulu, meluas kemudian.
Menurut teman-teman bagaimana?
Yuk, silahkan turut menjawab juga.
Petjaaah
ReplyDeleteSelalu sukkak dengam tulisan cik guuu
Micaaa makasih tulisannya, sangat bermanfaat, reminder banget, menanti tulisan selanjutnya <3
ReplyDelete