Alhamdulillah, atas izin Allah,
kuliah WhatsApp perdana di grup Magang Internal Ibu Profesional Non ASIA telah
terlaksana dengan baik. Program ini bermula dari kebutuhan diri untuk semakin
profesional dalam mengemban peran dan amanah baik sebagai diri, dalam keluarga
maupun komunitas. Yang kemudian dirasa perlu untuk membuat sebuah sesi
pembekalan bagi para pengurus Ibu Profesional Non ASIA sehingga memiliki
pijakan yang kuat, pemahaman yang terintegrasi sebelum melangkah menjalankan
amanah kepengurusan.
Gambar 1. Flyer Program Magang Internal |
Kuliah WhatsApp sesi pertama
mengambil tema “Mengasah Peran Diri dalam Komunitas” dengan menghadirkan
narasumber Direktur Resource Center Ibu Profesional, mba Nesri Baidani.
Materi yang disajikan bisa jadi terkesan tidak banyak, namun justru itu ciri
khas mba Nesri. Beliau menyampaikan sesuatu dengan singkat dan padat, kemudian
melanjutkannya dengan lontaran pertanyaan yang membuat diri merenung dan
mengasah logika berpikir. Maka, cara untuk menyerap banyak pembelajaran dari
sesi ini adalah dengan terlibat aktif dan langsung menjalankannya melalui praktik.
Gambar 2. Cuplikan materi dari mba Nesri Baidani |
Pendidikan adalah tanggungjawab keluarga dan komunitas. Keluarga dan komunitaslah yang paling paham peran yang paling bermanfaat untuk dirinya, yang paling tahu sisi kekuatan dan kelemahan dirinya.
Dalam materinya, mba Nesri
mengajak kita untuk membuka kembali materi di kelas matrikulasi mengenai misi
hidup. Dimulai dari misi diri, kemudian misi keluarga lalu misi komunitas. Jika
ketiga misi ini sudah terjawab, maka kita bisa menemukan irisan antara
ketiganya, dan menemukan keselarasan antara misi diri, keluarga dan komunitas.
Gambar 3. Keselarasan misi berlanjut membangun peradaban |
Lalu saya pun merenung dan
kembali membuka catatan…
Hasil talents mapping menunjukkan
kombinasi bakat kuat saya adalah input, discipline, maximizer, significance,
empathy, relator, futuristic. Menilik masa kecil, sejak usia Sekolah Dasar
saya selalu memiliki buku catatan kecil. Saya gunakan untuk mencatat hal-hal
penting, karena saya menyadari bahwa saya pelupa. Kebiasaan itu pun berlanjut
hingga saat ini. Dan terverifikasi dengan adanya bakat kuat discipline.
Aktivitas dalam komunitas belajar selalu membuat saya berbinar, usut punya
usut, ternyata berkomunitas menjadi jawaban untuk saya dalam memenuhi kebutuhan
bakat relator, maximizer, significance, futuristic maupun input. Untuk
bakat empathy, ada kaitannya dengan kecintaan pada dunia anak-anak.
Dikelilingi banyak anak kecil menghadirkan energi positif dan membangun mood
yang baik, entah mengapa. Meski tentu
saya pernah memarahi anak, pernah bersuara tinggi ataupun tersulut emosi. Sembari
terus berlatih untuk semakin sabar dan istiqomah. Saya juga menyukai ranah
pengembangan diri. Itulah mengapa saya mendalami Talents Mapping, berawal
dari kebutuhan memahami diri seutuhnya, suka mendengar dan menginterpretasikan.
Gambar 4. Training TM Dynamics bersama Abah Rama dan Pak Endro |
Maka, jika boleh mencoba merumuskan, misi individu saya saat ini adalah sebagai konselor.
Gambar 5. Learning by sharing mengenai Talents Mapping |
Bagaimana dengan misi keluarga?
Hingga saat ini pun kami masih
terus menggali. Kolaborasi yang cukup terasa adalah dinamika bakat saya dan
suami yang saling melengkapi. Beberapa bakat yang menempati urutan terendah
saya, terlihat dominan pada diri suami, seperti bakat focus, restorative
dan analytical. Begitu pun sebaliknya. Aktivitas yang sama-sama kami
sukai adalah diskusi serta mengambil insight dari kejadian. Maka di
waktu yang sempit, kami upayakan mengalokasikan waktu untuk bertukar pikiran
dan pendapat. Hal ini juga yang mendasari penamaan hometeam Griya Riset
untuk keluarga kami.
Gambar 6. Griya Riset, nama hometeam keluarga |
Kemudian, untuk misi komunitas.
Tak dipungkiri, informasi saat ini sudah amat sangat mudah untuk didapatkan.
Justru tantangannya saat ini adalah mencegah terjadinya banjir informasi, bersikap
skeptis untuk setiap informasi yang didapatkan, serta menjaga fokus. Ibu
Profesional adalah komunitas yang sudah saya ikuti sejak akhir tahun 2013.
Wadah yang menjadi rumah kedua sekaligus tempat saya bertumbuh. Mengawali
perjalanan dengan bergabung di Ibu Profesional Bandung saat baru saja
diinisiasi. Kemudian mengajukan diri terlibat sebagai tim admin WAG untuk
mendapat akses belajar langsung ke para teteh-teteh pengurus senior. Di periode
berikutnya mengemban amanah sebagai sekretaris yang masuk dalam jajaran
kepengurusan inti. Sempat keteteran, suami juga sempat mengingatkan kala itu.
Terus belajar manajemen waktu dan prioritas. Mendapat kesempatan belajar juga
menjadi fasilitator kelas Matrikulasi dan Bunda Sayang. Sempat pindah domisili
ke Jombang dan bersama teman-teman menginisiasi Ibu Profesional Jombang. Dan
saat ini mendarat di Ibu Profesional Non ASIA dan mengasah peran diri dengan
berkecimpung di divisi Training and Consulting.
Gambar 7. Sudahkah saya mengasah peran diri di komunitas? |
Jika kita sudah mengenali diri,
mulai memahami misi diri dan mengidentifikasi misi keluarga, maka saat bertemu
dengan banyak wadah belajar, kita bisa mengenali dan memilih mana yang selaras.
Jika sudah menemukannya, maka kita bisa berkontribusi aktif di dalamnya dengan
memilih peran yang sesuai dengan misi diri dan keluarga. Sehingga, emban amanah
dalam komunitas akan mengasah misi diri, menguatkan misi keluarga dan
menciptakan sebuah sinergi yang meluaskan kebermanfaatan.
Bergabung di komunitas belajar
yang memiliki misi yang selaras dengan misi diri dan keluarga, akan memudahkan
perjalanan kita. Saat pertama kali merantau di Wina, dengan beragam
tantangannya, saya merasa terbantu dengan materi-materi yang sudah didapatkan
di Institut Ibu Profesional. Antara lain materi Manajemen Menu 10 Hari,
Manajemen Waktu, Keluarga Multimedia, A Home Team dan lain sebagainya. Durasi
kerja suami di kampus yang 12-14 jam setiap harinya, tugas domestik yang tak bisa
didelegasikan ke pihak lain dan ragam tantangan lainnya alhamdulillah bisa
dijalani dengan emosi yang cukup stabil. Ditambah dengan bergabungnya saya di
Ibu Profesional Non ASIA, memberi kesempatan saya untuk banyak bertanya dan
mendapatkan ilmu dari para ibu diaspora yang sudah banyak pengalaman di rantau.
Secara offline pun, Allah
takdirkan kami sekeluarga tinggal di kota yang mana terdapat masjid Indonesia –
Asia Tenggara, yang di dalamnya sudah berjalan aktif beragam kegiatan, sudah
ada komunitas WAPENA (Warga Pengajian Austria) yang hangat. Sudah ada Taman
Pendidikan Al Qur’annya juga dengan kegiatan rutin setiap akhir pekan.
Alhamdulillah, rezeki yang amat saya syukuri. Maka, saat kemudian saya bergabung
dalam kepengurusan TPA pun, saya merasa ini adalah tugas yang Allah berikan
untuk mengasah peran diri. Yang mana beberapa bulan kemudian periodisasi kepengurusan
pun berganti, amanah sebagai koordinator
TPA disematkan di pundak, maka innalillahi wainna ilaihi rojiun, semoga saya
bisa menjalankannya dengan penuh sungguh.
Gambar 8. Apa maksud Allah menempatkan kita disini saat ini? |
Terus belajar dan berproses
memperbaiki diri. Memantaskan diri menjalankan misi hidup yang digariskan
olehNya.
Wien, Januari 2019
Barakallaaah michaaa :") masyaaAllaah kereen bgt
ReplyDelete