Skip to main content

Benarkah dengan KonMari, Berbenah Cukup Sekali Saja? Melalui Kelas Intensif KonMari Indonesia, Saya Ingin Menjadi Bukti.


Mengikuti kelas intensif KonMari adalah salah satu ikhtiar menggapai impian saya dalam berbenah. Ya, berbenah adalah sebuah tantangan yang tak kunjung selesai bagi saya. Siapa yang tidak suka melihat ruangan tertata rapi nan apik? Saya yakin, mayoritas orang pasti menyukai dan mendambakannya. Hanya saja dengan level yang berbeda. Ada orang yang sangat menyukai kerapian, hingga jika tatanan berubah sedikit maka akan mempengaruhi emosinya. Ada orang yang menyukai kerapian, namun jika kondisi berantakanpun tak begitu berpengaruh padanya. Nah, saya tipikal orang yang kedua. Kondisi bersih, rapi dan tertata apik tentu saya idamkan. Namun jika belum bisa tercapai pun, tidak menjadi masalah bagi saya. 

Yang menjadi masalah bagi saya adalah saat saya membutuhkan sebuah benda, namun saya sulit mendapatkannya karena tidak tahu letaknya dimana. Akar permasalahan ini adalah saya tidak mengalokasikan tempat khusus untuk benda-benda tersebut. Kemudian, banyak benda yang menghuni rumah dengan alasan eman-eman. Eman, mungkin suatu saat akan terpakai. Eman, itu dulu dipakai saat momen penting (ada alasan historis yang mengikat). Nyatanya, benda-benda yang saya simpan tersebut tidak bisa saya gunakan saat “waktu penggunaan”nya tiba karena saya lupa lokasi penyimpanan benda-benda tersebut. Dua tantangan diatas melahirkan keinginan untuk berbenah secara tuntas. Akan sangat menyenangkan jika saya hanya dikelilingi dengan benda-benda yang saya inginkan dan butuhkan. Sangat menyenangkan dan semakin membahagiakan karena pada tahap ini artinya saya sudah bisa melepaskan banyak benda, merelakan benda-benda tersebut berpindah kepemilikan untuk lebih bermanfaat. Saya bisa fokus pada benda-benda yang saya butuhkan dan gunakan. Semua benda memiliki tempat dan berada di tempatnya masing-masing. Seiring dengan proses menata ruangan, pikiran saya akan terlatih untuk lebih fokus, sistematis dan terstruktur. Penempaan ini memang perlu dijalankan seorang muslim, terlebih seorang ibu yang pikirannya mudah bercabang. Seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an, 

Surat Al Insyirah ayat 7 
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Untuk memudahkan dalam proses, maka motivasi saya dalam berbenah saya turunkan ke dalam sebuah indikator dengan 3 poin berikut :
  1. Benda yang saya simpan adalah benda yang saya inginkan dan butuhkan di masa ini
  2. Semua benda memiliki tempat dan benda-benda tersebut berada di tempatnya
  3. Kebahagiaan meningkat seiring dengan peningkatan fokus, disiplin, rapi dan sistematis pada diri saya


Untuk lebih menguatkannya, maka saya perlu membuat visualisasi gaya hidup ideal versi saya. Karena saya sudah berkeluarga, maka saya mendiskusikan hal ini bersama suami . Kondisi keluarga kami saat ini adalah tinggal berjauhan. Saya tinggal di rumah orangtua sedangkan suami studi lanjut di luar negeri. Saya dan suami sama-sama suka hal-hal yang simpel. Artistik dan estetika tak menjadi fokus utama kami.  Setelah kami diskusikan, impian hunian keluarga kami adalah hunian yang bersih, nyaman, sederhana, fungsional dan hidup.
Bersih
Hunian yang bersih juga dihuni oleh orang-orang yang menjaga kebersihan fisik dan jiwanya. 
Nyaman
Hunian yang membuat nyaman penghuninya, yang mana para penghuninya juga saling menciptakan kondisi nyaman untuk penghuni lainnya. Adanya keterbukaan, kehangatan dan kompetensi mendengar yang tinggi.
Sederhana
Tak perlu besar dan mewah. Ketulusan seringkali bermula dari kesederhanaan.
Fungsional
Benda-benda tersimpan tanpa memakan tempat. Semua benda dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat. Perawatan cukup simpel dan tak memakan waktu.
Hidup dan Menghidupkan
Hunian bukan sekadar tempat, namun hunian yang selalu dirindukan oleh penghuninya. Hunian yang membuat penghuninya ingin segera pulang. Hunian yang hidup dengan program-program yang diinisiasi penghuninya. Hunian yang hidup dengan program-program yang mencerdaskan penghuninya dan orang-orang sekelilingnya. 

Untuk mencapainya dan mempraktikkannya di kelas intensif KonMari level Shokyuu ini, maka kami membuat target pencapaian untuk 2 bulan ke depan. Target pencapaian yang realistis untuk dicapai dalam jangka waktu 2 bulan ke depan adalah :
Berbenah dengan metode KonMari untuk barang-barang keluarga kecil kami yang ada di rumah orangtua. Memilah mana yang digunakan, disimpan, dipindahtangankan serta yang akan kami bawa jika berangkat menyusul suami. Kemudian menatanya di kamar, ruang main anak dan gudang. 
Sehingga output konkritnya adalah:
  • Saya memahami konsep berbenah metode KonMari secara utuh (dengan menuntaskan membaca buku dan menuliskan resumenya)
  • Saya memiliki kamar yang senantiasa bersih dan rapi, layak untuk menjadi tempat istirahat melepas penat setiap saat
  • Anak-anak memiliki ruang bermain dan belajar yang nyaman. Aneka buku dan mainan tersimpan rapi, mudah dicari dan ditata kembali. Anak-anak semakin ceria dan bersemangat dalam menjaga kerapian
  • Saya memiliki tempat bekerja sederhana. Saat ada waktu luang, saya bisa duduk mengetik dan menulis di buku serta mencetak bahan ajar anak dengan mudah. Laptop, printer, buku, alat tulis dan kipas angin saling berdekatan. Terbebas dari masuk angin atau pinggang pegal.
  • Saya memiliki daftar benda yang disimpan dan yang akan dibawa baik secara fisik maupun file excel. Jika saya mencari sebuah benda, saya dengan mudah mendapatkannya. 
Berikut jadwal berbenah yang saya alokasikan untuk durasi 2 bulan ke depan :

Dan berikut jadwal harian yang berkaitan dengan program berbenah yang sedang dijalankan :

Akhir kata, semoga Allah mudahkan proses ini, senantiasa luruskan niat dalam menjalani proses ini. Masukan dan kritik positif dari fasilitator, teman-teman kelas juga pembaca di kolom komentar akan sangat membantu proses berbenah saya. Terimakasih :)



#shokyuuclass
#task1
#konmariindonesia
#konmarimethod
#intensiveclass







Comments

Popular posts from this blog

Menulis Cerita Anak : Pengenalan Anggota Tubuh

CERITA TENTANG PENGENALAN ANGGOTA TUBUH Udara hangat, suara burung berkicau dan air bergemericik, menemani sang mentari menyingsing dari arah timur. “Assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…. Selamat pagi anak-anak… Bagaimana kabar hari ini?” ibu guru membuka ruang kelas batita dengan sapaan penuh semangat. Anak-anakpun menjawab dengan antusias, bahkan mereka berlomba-lomba mengeraskan suara, “Wa’alaykumsalam warahmatullah wabarakatuh… Selamat pagi ibu guru… Alhamdulillah….Luar biasa…Allahu Akbar!” Jawaban sapaan berlogat cedal khas anak-anak membahana di seluruh isi ruangan. Ibu guru tersenyum lebar. (Coba, siapa yang bisa peragakan, bagaimana senyum lebar itu?). Jawaban nyaring anak-anak tadi tak ubahnya pasokan energi yang membuat semangatnya menggebu sehari penuh. Pagi ini sang ibu guru akan mengenalkan pada anak-anak mengenai anggota tubuh. Sengaja beliau datang dengan tangan hampa. Tanpa buku, tanpa alat peraga. Rupanya beliau ingin tahu seberapa jauh anak-

Mini Project : Belajar Siklus Air

Mini Project 20 Juli 2016 Belajar Siklus Air Beberapa sore belakangan, hujan selalu menyapa. Allahumma shoyyiban nafi’an Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat. Salah satu kebiasaan yang Mentari Pagi lakukan saat hujan adalah melihat kamar belakang sambil melapor, “Ngga bocor koq Mi,alhamdulillah kering.” Hihihi..Atap kamar belakang memang ada yang bocor. Sehingga jika hujan turun, terlebih hujan besar, saya selalu mengeceknya, apakah bocor atau tidak. Dan kebiasaan inilah yang damati dan diduplikasi oleh MeGi. Dari sini jadi terpikir untuk mengenalkan siklus air padanya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Saat membuka facebook timeline , ada teman yang membagi album foto mba Amalia Kartika. Berisikan ilustrasi menarik mengenai informasi ayat-ayat yang berkaitan dengan air dan hujan. Jadilah ini sebagai salah satu referensi saya saat belajar bersama mengenai siklus air. Untuk aktivitas ini saya menggunakan ilustrasi siklus air untuk stimulasi m

Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas

Membuat Skala Prioritas Beberapa pekan lalu, kami sebagai tim Training and Consulting Ibu Profesional Non ASIA mengundang mba Rima Melani (Divisi Research and Development – Resource Center Ibu Profesional, Leader Ibu Profesional Banyumas Raya sekaligus Praktisi Talents Mapping ) di WhatsApp Group Magang Internal. Bahasan yang disampaikan adalah mengenai Manajemen Prioritas dalam Berkomunitas.  Bahasan ini kami jadwalkan sebagai materi kedua dari rangkaian materi pembekalan untuk pengurus IP Non ASIA karena bermula dari kebutuhan pribadi sebagai pengurus komunitas. Masih berkaitan dengan materi sebelumnya, yang bisa disimak di tulisan sebelumnya . Di materi pertama lalu kami diajak uni Nesri untuk menelusuri peran diri sebagai individu, yang kemudian dipetakan dan dikaitkan dengan peran dalam keluarga sebagai lingkaran pertama, dilanjutkan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan sosial sekitar. Sehingga antara peran diri, peran dalam keluarga serta peran komunal dapat di