Membaca kata diatas sebenarnya saya sudah ciut nyali duluan. Kalau boleh jujur, saya merasa jauh dari kata kreatif. Mengapa? Karena saya tidak bisa menggambar, tidak menyukai hal-hal yang berbau seni dan kerajinan tangan, berkeringat dingin kalau diminta untuk menyampaikan ide yang out of the box, serta merasa imajinasi saya tidak cukup untuk bisa berinovasi dan berimprovisasi. Itulah definisi kreatif bagi saya. Dulu. Hingga kemudian di tahun 2016 lalu Allah pertemukan saya dengan teh Sri, founder Hayat School di Rumah Belajar Institut Ibu Profesional Bandung wilayah Cikutra. Saat itu beliau menjadi narasumber diskusi parenting kami bertema Kreativitas Anak. Beliau adalah founder flexischool dan Majelis Kreativitas Hayat School, dan pemikiran beliau banyak didominasi oleh otak kiri. Sebuah konsep yang beliau tularkan dan mengubah paradigma saya saat itu adalah, kreativitas adalah milik semua orang, tak terbatas hanya pada orang-orang berotak kana