Ayah Bunda, Ingin Mendukung Gerakan Literasi Sekolah Dasar dari Rumah? Terapkan Jam Produktif Keluarga dan Jadilah Keluarga Literasi
Secara
fitrah, anak menyukai belajar karena sudah tertanam fitrah belajar dan bernalar
dalam dirinya. Setiap anak adalah pembelajar tangguh, tidak ada anak yang tidak
suka belajar kecuali fitrahnya telah terkubur atau tersimpangkan. Tengok saja
anak-anak kita, terlebih yang masih berusia balita. Bukankah kita seringkali
kewalahan karena mereka merengek minta dibacakan buku terus menerus? Dari buku
yang satu beralih ke buku berikutnya, padahal suara kita sudah serak dan mata amat
sangat ingin terpejam.
Saat
melihat kakak atau anak yang lebih besar sedang mengeja bacaan, mereka
menirukan seolah-olah tak mau kalah, supaya juga terlihat sudah mahir membaca.
Apa yang ada di dalam buku, selalu menarik perhatian mereka. Mengamati halaman
demi halaman, dan menanyakan pada ayah bunda temuan-temuan yang mereka belum
paham maksudnya. Bukankah ini sebuah indikasi kecintaan mereka pada buku bacaan?
Tahapan
dalam Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Anak
Ada empat
tahapan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa anak, yaitu :
- Keterampilan mendengarkan
- Keterampilan berbicara
- Keterampilan membaca
- Keterampilan menulis
Setiap
tahapan ini idealnya dapat dilalui dengan matang oleh anak. Sehingga anak yang
bisa mendengarkan, menyimak pembicaraan dengan baik, secara otomatis juga bisa
berbicara dengan baik selama indera pendengaran dan indera pengecapnya
berfungsi dengan baik. Maka, untuk melatih anak memiliki kemampuan berbicara
dengan baik, dimulai dari melatih kemampuan mendengarnya dengan cara melakukan
dialog secara intensif dengan anak.
Gambar 1. Membacakan buku di Jam
Produktif Keluarga
Mendengar
dan berbicara merupakan tahap yang seringkali diabaikan oleh orangtua dalam
mengenalkan budaya baca untuk anak. Maka tak heran jika banyak anak yang bisa
membaca, namun kurang bisa menyimak pembicaraan dan berbicara dengan baik.
Gambar 2. Melakukan diskusi interaktif
untuk menguatkan struktur berpikir anak
Tahapan
setelah membaca adalah menulis. Menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan.
Betapa banyak anak yang kesulitan menuangkan buah pikirannya? Bahkan tak jarang
orang dewasa pun kesulitan jika diminta untuk menyampaikan hasil dalam sebuah
pembelajaran maupun ide yang dimiliki, ke dalam bentuk tulisan. Padahal mereka
semua bisa membaca. Ini juga merupakan akibat pembelajaran bisa membaca pada
anak, bukan suka membaca.
Ustad
Fauzil Adhim menyampaikan dalam sebuah tulisannya, sekurang-kurangnya, ada tiga
arti dalam membaca Al Qur’an.
Pertama,
memperdengarkan ayat-ayat yang dihafal pada anak (reciting aloud) atau
dibaca dengan melihat mushaf (reading aloud). Disini anak dikenalkan keterampilan
mendengar. Proses yang berlangsung adalah anak menerima dan merekam (receiving
and recording) sehingga memudahkan bagi anak untuk menghafal (memorizing)
apa yang sudah tersampaikan padanya.
Kedua,
memperdengarkan ke anak, lalu anak menirukan apa yang kita perdengarkan tersebut.
Disini, anak melalui dua tahapan, yaitu mendengar dan berbicara. Proses
memperdengarkan tersebut dapat berupa reciting aloud maupun reading
aloud. Kemudian anak diminta untuk menirukan. Dalam rangkaian ini, proses
yang terjadi lebih kompleks, yakni menerima, mengolah dan memproduksi ucapan
sesuai yang ia dengar.
Gambar 3. Memberi ruang pada anak untuk
melatih kemampuan berbicara
Ketiga,
mengajarkan kepada anak mengenali simbol-simbol berupa huruf dan mengubah
rangkaian simbol menjadi satu kata bermakna dan selanjutnya menjadi kalimat
utuh bermakna. Sebuah proses yang sangat kompleks. Inilah proses yang secara
umum dikenal masyarakat sebagai proses mengajarkan membaca (reading).
Fakta
Lapangan : Rendahnya Minat Baca dan Budaya Literasi di Indonesia
Bagaimana
kondisi literasi dan minat baca di Indonesia? Mari kita simak paparan data
berikut ini,
Berdasarkan
data UNESCO tahun 2012, indeks tingkat membaca orang Indonesia baru 0.001. Ini
artinya dari 1.000 penduduk, hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan
serius. Penelitian UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 lagi-lagi
menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia membaca hanya 27 halaman buku dalam satu
tahun.
Berdasarkan
studi “World’s Most Literate Nations” yang dilakukan oleh Central Connecticut
State University pada tahun 2016, peringkat literasi Indonesia dinyatakan
menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang diteliti. Indonesia hanya lebih
baik dari Bostwana, negara di kawasan selatan Afrika. Fakta ini didasarkan pada
studi deskriptif dengan menguji sejumlah aspek. Antara lain, mencakup lima
kategori, yaitu perpustakaan, koran, input sistem pendidikan, dan ketersediaan
komputer.
Fakta
tersebut didukung juga oleh survei tiga tahunan Badan Pusat Statistik (BPS)
mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia, yang terakhir kali
dilakukan pada tahun 2012. Dikatakan, hanya 17.66% anak-anak Indonesia yang
memiliki minat baca. Sementara, yang memiliki minat menonton mencapai 91.67%
Fakta dan
sajian data diatas menghasilkan sebuah simpulan, bahwa budaya literasi dan
minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Dibutuhkan kerjasama berbagai
pihak untuk memperbaiki kondisi ini, terutama dari pihak-pihak yang paling
dekat dan berhubungan secara intensif dengan anak.
Anak-anak
dalam rentang usia 7 hingga 12 tahun yang duduk di bangku Sekolah Dasar, waktu
kesehariannya masih didominasi dihabiskan bersama keluarga. Jika 1 hari adalah
24 jam maka 5-8 jam anak habiskan di sekolah dan 16-19 jam sisanya dia habiskan
di rumah. Berkaitan dengan kondisi tersebut, perlu ada langkah sinergi antara
pihak keluarga dan sekolah untuk menggaungkan gerakan literasi pada anak.
Jam Produktif
Keluarga sebagai Agenda Rutin di Rumah
Anak bisa
saja salah mencerna perintah, namun mereka adalah peniru ulung. Maka cara
efektif untuk menumbuhkan kecintaan membaca adalah dengan memberikan
sebaik-baik keteladanan. Dengan jam produktif keluarga, pembiasaan dimulai dari
kesepakatan dan dijalankan dengan semangat kebersamaan. Karena bermula dari
kesepakatan, maka masing-masing anggota keluarga menjalankannya dengan bahagia,
dan menjadi sesi yang ditunggu-tunggu setiap harinya.
Apa yang
dimaksud dengan jam produktif keluarga?
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produktif artinya bersifat atau mampu
menghasilkan, mendatangkan, menguntungkan dan mampu menghasilkan terus dan
dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru. Berangkat dari
definisi tersebut, jam produktif keluarga bertujuan memberikan slot waktu keluarga
untuk berkumpul setiap harinya untuk berdiskusi dan belajar bersama. Sejalan
dengan program penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (sesuai
dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015), kami menerapkan jam produktif keluarga.
Jam produktif keluarga adalah waktu yang sudah kami sepakati setiap harinya
untuk mendampingi anak-anak menjalankan proses belajarnya dengan fokus, sepenuh
hati, hadir secara fisik maupun batin. Tidak dilakukan sembari memegang gawai,
melakukan tugas domestik maupun pekerjaan lainnya.
Kapan jam
produktif dilakukan?
Kami
adalah keluarga kecil dengan dua anak yang berusia bayi dan balita. Setahun
belakangan kami juga sedang menjalani Long Distance Marriage karena
suami sedang menempuh studi lanjut di luar negeri. Dengan kondisi tersebut dan
mempertimbangkan jam jelang tidur anak-anak, jam produktif keluarga kami dilakukan
di jam 09.00-12.00 WIB. Tidak harus 3 jam dan di rentang waktu tersebut.
Keduanya bersifat fleksibel menyesuaikan kondisi masing-masing keluarga. Bagi
keluarga yang anak-anaknya sudah sekolah di Sekolah Dasar, jam produktif
keluarga bisa dilakukan bersama ayah dan ibu di malam hari. Tak perlu lama, 30
menit saja jika dilakukan secara konsisten akan sangat baik.
Dimana
jam produktif keluarga dilakukan?
Tempat
utama adalah di rumah, namun jika hari libur, kjam produktif keluarga bisa
dilakukan dengan bermain di alam, bersilaturahmi ke saudara maupun di tempat
umum dengan kondisi yang kondusif.
Mengapa
perlu diadakan jam produktif keluarga?
Keluarga
merupakan orang-orang terdekat bagi anak-anak. Namun banyak kejadian yang
dialami anak-anak dan remaja justru tanpa sepengetahuan keluarganya. Mengapa?
Karena kebersamaan yang terjalin hanya secara fisik. Pikiran dan hati tersekat,
tenggelam dalam kesibukan diri masing-masing.
Jam
produktif bagi keluarga kami merupakan momen untuk berkumpul bersama. Hadir
sepenuhnya, sadar seutuhnya. Momen yang dinanti setiap anggota keluarga untuk beraktivitas
bersama, saling bercerita dan mendengarkan. Sarana mengisi ulang energi dengan
keluarga sebagai bekal beraktivitas kembali di lingkungan luar.
Menghadirkan
hati sepenuhnya, membuka mata fisik dan jiwa dalam mendampingi anak selama
sehari penuh tentu bukan hal yang mudah. Masih ada tugas domestik, amanah
pekerjaan dan hal lainnya yang menanti untuk ditunaikan. Jam produktif keluarga
hadir dalam porsi kecil setiap harinya namun berkelanjutan menjadi agenda
rutin. Jika ada agenda lain yang tiba-tiba hadir, jam produktif keluarga tetap
menjadi prioritas utama.
Siapa
yang melakukan jam produktif keluarga?
Jam
produktif keluarga ini dilakukan oleh anggota keluarga inti, yaitu ayah, ibu
dan anak-anak. Penanggung jawab teknis keseluruhan sesi adalah ibu. Jika ayah
berhalangan hadir di keseluruhan sesi, bisa disepakati bersama bagaimana
strategi menyiasatinya.
Bagaimana
cara melakukan jam produktif keluarga?
Perlu
dilakukan koordinasi antar anggota keluarga dahulu untuk mendapat kesepakatan
pada jam berapa setiap harinya akan dilakukan jam produktif. Tak harus lama,
disesuaikan saja dengan kesempatan yang dimiliki masing-masing anggota keluarga.
Jika memang hanya bisa 30 menit, lakukan saja. Yang penting, konsistensi dalam
melakukannya.
Dari jam
produktif keluarga, akan muncul ide-ide yang menjawab kebutuhan masing-masing anggota
keluarga. Semisal,
Mini project Pojok Baca
Latar
belakang : rendahnya minat baca di lingkungan sekitar. Porsi anak-anak berinteraksi
dengan gawai jauh lebih banyak daripada membaca buku. Hal ini membuat anak-anak
mulai tergoda untuk mengikuti perilaku teman-teman dan tetangga sekitar
Ide :
Membuat pojok baca di bazar murah yang diadakan majelis ta’lim perumahan.
Mengajak teman merasakan serunya berpetualang melalui buku
Realisasi
: buku koleksi pribadi diletakkan dalam satu wadah untuk dibaca bersama peserta
bazar. Membuat banner buatan sendiri untuk menarik perhatian anak-anak.
Gambar 4. Banner buatan sendiri untuk pojok baca di bazar
Menuju
Keluarga Literasi
Ada
tujuan besar di balik pembiasaan melakukan jam produktif keluarga. Yaitu tercapainya
keluarga literasi, keluarga yang mampu memecahkan masalah, menggunakan segenap
potensi dan keterampilan yang dimiliki serta memiliki struktur berpikir yang
kuat.
Prosesnya
memang panjang namun kita bisa memulainya dari sekarang, dari hal-hal kecil,
dari yang terdekat, dengan cara yang menyenangkan. Sehingga seluruh anggota keluarga menjalankan
dengan bahagia.
Gambar 5. Pojok baca mulai menarik perhatian anak-anak
Keluarga
yang hebat, adalah keluarga yang terlibat. Mari budayakan sikap solutif dan
kontributif!
Sumber
Referensi :
Santosa, Harry.
2014. Fitrah based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur :
Bekasi
Januwati,
Eka. Peringkat Literasi Indonesia, Nomor Dua dari Bawah. http://www.femina.co.id/trending-topic/peringkat-literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah. Diakses tanggal 10 Oktober 2017
Wulandani,
Septi. Menstimulasi Anak Suka Membaca. Materi dan Review #5 Kelas Bunda
Sayang Institut Ibu Profesional. 2017
Mohammad
Fauzil Adhim. Mengajarkan Membaca Sejak Lahir. Suara Hidayatullah, Juni
2015
Comments
Post a Comment