Pertanyaan-pertanyaan seputar Sang Pecipta menghiasi pembelajaran kami beberapa hari terakhir. Membuat ummi semakin tersadar bahwa memang benar, sejatinya fitrah belajar dan bernalar sudah terinstall dalam diri anak-anak. Tugas orangtua hanya jangan sampai mencederainya. Hingga yang tersemai itu tumbuh semakin menguat, untuk kemudian kokoh dan mengokohkan. Namun, bukankah tak mencederai artinya memfasilitasi dengan baik? Sehingga tak ada pilihan lain selain memantaskan diri? Ah, ummi tertohok dan tertunduk malu.
Usaha apa aja yang sudah ummi lakukan sebagai bentuk
pertanggungjawaban amanah besarNya ini? Betapa semakin bertambah usia anak-anak
tak disertai dengan bertambahnya ilmu ummi secara signifikan. Banyak perkara
kecil bin printhilan yang menjadi alasan klasik tak berujung. Haaaa….ayo lelah,
berubahlah menjadi lillah :D
Mi, Allah itu tidur ngga?
Pertanyaan ini muncul sewaktu kami sedang membaca buku
bersama-sama. Ummi lupa awal mulanya, tapi ummi jadi penasaran apa yang kakak
bayangkan mengenai Allah. Tugas ummi adalah bagaimana mentransfer pemahaman
mengenai iman ke pikiran konkrit khas anak-anak. Pertanyaan kakak membuat ummi
membuka asmaul husna. Allah bersifat Al Hayyu Al Qayyum, yang artinya memiliki
sifat hidup yang sempurna dan tidak bergantung pada makhlukNya. Mengantuk dan
tidur adalah sifat kekurangan, yang mustahil dimiliki oleh Allah. Jika Allah
itu mengantuk dan tidur, siapakah yang menjaga, memberi rezeki dan mengatur
bumi beserta isiNya? Dan Allah memiliki sifat sempurna secara mutlak. Sehingga
tentu Allah tidak mengantuk dan tidak tidur.
Hal ini dipertegas oleh Ayat Kursi, dalam Surat Al Baqarah
ayat 255,
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.
Mi, Allah itu gimana? Kita bisa melihat Allah?
Pertanyaan kedua ini pun membuat ummi garuk-garuk kepala.
Kita tidak dapat melihat Allah dan tak kuasa membayangkanNya. Dan atas petunjuk
Allah yang menggerakkan tangan dan mata ummi, Allah pertemukan ummi dengan
jawaban di kitab tafsir.
Surat Al An’am ayat 103
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.
Dalam tafsir surat Al An’am ayat 103 dipaparkan bahwa Allah
merupakan Zat yang Maha Agung yang mana tidak dapat dijangkau oleh indera
manusia, karena indera manusia itu memang diciptakan dalam susunan yang tidak
siap untuk melihat zatNya. Manusia diciptakan dari sebuah materi, inderanyanya
hanya menangkap materi-materi belaka dengan perantara materi pula, sedangkan
Allah bukanlah materi. Maka Allah tidak dapat dijangkau oleh indera manusia.
Matahari terik yang tak kuasa kita lihat silaunya saja adalah ciptaan Allah.
Melihat Sang Penciptanya tentu kita tak kuasa.
Namun ternyata, pada hari Kiamat, orang-orang beriman akan
dapat melihat Allah.
Nabi Muhammad bersabda,
Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu di hari Kiamat
seperti kamu melihat bulan di malam bulan purnama, dan seperti kamu melihat
matahari di kala langit tak berawan. (HR Bukhari)
Sedangkan bagi orang kafir, kemungkinan melihat Allah
tertutup bagi mereka.
Allah berfirman,
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu
benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya. (Al Mutaffifin ayat 15)
Mi, Allah itu dimana?
Singgasana Allah itu di Arsy. Namun Allah memiliki sifat
Maha Mengetahui, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah dapat melihat
segala sesuatu yang dapat dilihat, dan bashirah (penglihatan)Nya dapat menembus
seluruh yang ada, tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagiNya, baik bentuk
maupun hakikatNya. Di surat Al An’am ayat 103 diatas juga dipaparkan bahwa
Allah Maha Halus, tidak mungkin dijangkau indera manusia dan betapa halusnya
segala sesuatu, tetap akan diketahui oleh Allah, tidak ada yang tersembuny dari
pengetahuanNya. Sehingga Allah selalu mengawasi dan mengetahui apa yang kita
lakukan.
Nak, singgasana Allah itu di Arsy, namun pengawasan Allah
sangat dekat dengan kita. Ada di depan kita, ada di belakang kita, di kanan kita,
di kiri kita, di atas kita, di bawah kita, semuanya Allah ketahui. Allah selalu
bersama kita, dimanapun kita berada. (Al Hadiid ayat 4)
Nak, ummi sadar ummi jauh dari mumpuni untuk dialog keimanan
ini. Namun memfasilitasi rasa penasaranmu, menanamkan aqidah yang kuat dan
tauhid yang lurus adalah tanggungjawab kami, orangtuamu. Maka, semoga Allah
memberikanmu pemahaman yang benar.
#fitrahbelajar
#fitrahbernalar
#fitrahkeimanan
Comments
Post a Comment