Yeay! Ummi dan kakak masih melanjutkan mengerjakan tantangan
10 hari di kelas bunda sayang materi #6. Ummi dan abi menyadari bahwa banyak
orang dewasa yang menganggap matematika sebagai momok. Kami beruntung karena
kami menyukai matematika, meskipun juga tidak tergolong mahir. Namun kami
merasakan sekali bahwa berpikir secara logis, runut dan sistematis sangat
memudahkan kami dalam beraktivitas, menyamakan frekuensi dan berkomunikasi
produktif. Maka saat mendapat tantangan mengenai matematika ini, yang menjadi
titik tekan kami adalah bagaimana memfasilitasi anak supaya menyukai
matematika.
Dunia anak adalah dunia bermain, namun mereka tak pernah
bermain-main (sekedarnya) dalam bermain. Maka, dalam menjalankan tantangan ini
kami memperbanyak stimulasi matematika logis dalam bentuk permainan. Waktu
sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, ini adalah jam riset di pendidikan rumah
keluarga kami. Sebelumnya, kami mengondisikan supaya ummi dan kakak sudah siap
belajar, adik juga sudah tidur pagi. Sehingga kami berdua bisa fokus bermain
dan belajar bersama, berdua saja.
Hari ini kami belajar mengenai kuantitas. Kakak sudah bisa
menghitung bilangan 1 sampai 10, namun belum mengenai simbolnya. Maka kami
membuat flashcard angka dari kardus. Kardus bekas kami potong kecil-kecil.
Disini kakak belajar menggunakan penggaris dan menarik sebuah garis lurus. Ummi
tuliskan angka di potongan kardus tersebut. Kemudian di sampingnya, ummi
bubuhkan titik-titik sebanyak angka yang tertulis.
Kartu bertuliskan angka dan titik-titik perlahan kakak
cermati. Kami hitung satu persatu jumlah titiknya. Lalu ummi kenalkan angka
yang tertera di sebelah titik-titik. Kakak mengenal angka satu, tujuh dan empat
sebagai sekelompok garis lurus. Angka 2
dan 5 seringkali terbalik karena serupa. Begitupun angka 9 dan 6, juga 3
dan 8. Aha! Ummi sepertinya perlu
membuat analogi benda yang menyerupai bentuk masing-masing angka untuk
memudahkan kakak. Kakak cukup fokus dalam mengamati. Jika suatu menarik bagi
kakak, maka kakak bisa abai pada kondisi sekelilingnya hingga menemukan apa
yang kakak cari.
Tiba-tiba terdengar suara adik. Adik sudah bangun rupanya.
Ini adalah sebuah tantangan bagi ummi untuk memberikan contoh pada kakak,
bagaimana mengubah kondisi yang awalnya dirasa sebagai masalah berubah menjadi
tantangan. Membangkitkan mental kakak supaya berperan sebagai pemberi solusi.
Ummi menggendong adik dan melihat balok susun.
Aha!
Bagaimana kalau adik diajak untuk bermain balok susun?
Bagaimana jika kakak dan adik bermain bersama dengan tema
berbeda?
Mengapa tidak menjadikan balok susun sebagai media belajar
menghitung kuantitas?
Balok susun pun dibawa ke tempat kami belajar. Kebetulan pagi
ini kami belajar di teras rumah yangti. Dan adik juga sedang senang
bereksplorasi di luar rumah. Balok susun dibuka, adik mengambilnya secara acak.
Sedangkan ummi mengambil balok-balok yang berbentuk persegi. Ummi susun kartu angka
tersebut memanjang dari atas ke bawah. Di sampingnya ummi susun balok-balok
persegi sejumlah angka yang tertulis. Ummi ajak kakak menghitung jumlah titik
di kartu dan menyamakannya dengan jumlah balok persegi yang sedang disusun.
Menghitung kuantitas pun terasa riang.
Tak terasa pujian terdengar dari masjid. Sebagai tanda adzan
Dhuhur akan segera berkumandang. Kami membereskan mainan dan bersiap mengambil
wudhu. Siap belajar matematika lagi di esok hari.
#portofolioRaysa3y3m
#focus
#discipline
#harmony
problemsolver
Comments
Post a Comment