Hingga hari ini, ummi masih beradaptasi dan mencari pola
paling tepat untuk membersamai kakak dan adik. Membersamai pembelajaran
keduanya, tanpa ada salah satu pihak yang merasa menjadi korban cuek. Kakak
yang kesehariannya telah terbiasa bermain bersama ummi dalam sebuah aktivitas
mini project, sempat protes karena ummi sering berhalangan saat diajak bermain
bersama. Ummi berhalangan dengan alasan klise, menyusui adik.
Ummi pun masih mencari pola bagaimana supaya dalam sehari
ummi dan kakak masih bisa beraktivitas bersama dalam sebuah mini project dan
adik terkondisikan dengan baik. Setelah berulang kali bongkar pasang jadwal,
beberapa hari lalu kami menemukan jadwal yang cukup menyenangkan untuk semua
pihak. Yaitu jam belajar ummi dan kakak secara intensif yang kami sebut sebagai
jam riset, kami lakukan pada jam 09.00 hingga adzan Dhuhur. Beberapa hal perlu
kami kondisikan supaya jam riset dapat berjalan dengan optimal, antara lain :
- Adik terkondisikan tidur saat jam riset. Artinya, sebelum jam 09.00 adik sudah selesai mandi dan makan. Juga bagaimana supaya sekitar jam 08.30 adik sudah mulai mengantuk. Maka jika ditarik ke belakang, adik idealnya sudah bangun maksimal pada jam 05.30. Dan alhamdulillah beberapa hari terakhir berjalan demikian.
- Ummi dan kakak sudah siap belajar di jam 09.00 tersebut. Artinya, kami berdua sudah makan, mandi dan sholat Dhuha. Sarapan cukup menu praktis saja, yang tidak membuang waktu banyak di dapur. Atau, karena kami sekarang tinggal di rumah yangti, maka biasanya menu makan pun ikut yangti. Ummi baru memasak untuk kakak jika kakak meminta. Untuk menu makan adik, biasanya ummi siapkan di siang hari usai Dhuhur.
- Penggunaan gawai. Di jam riset ini, gawai hanya ummi gunakan untuk mendokumentasikan mini project kami. Jam online ummi digeser ke jam siang, supaya ummi bisa fokus hadir penuh sadar utuh membersamai proses belajar kakak. Di jam riset ini, bukan cuma kakak yang belajar, ummi juga belajar dan melakukan observasi terstruktur yang membutuhkan konsentrasi penuh.
Jam riset ini berhasil kami lakukan beberapa hari ke
belakang. Dan setelah ummi amati, ini memberikan pengaruh positif pada kakak,
berupa mood yang baik. Beberapa hari belakangan, jika kakak lupa membereskan
mainan atau menaruh barang belum di tempatnya, lalu ummi ingatkan, kakak
merespon dengan sangat baik dan lembut. Jika biasanya dia merespon dengan
menolak atau meminta dilakukan bersama ummi, kali ini dia menjawab, “iya mi…”
dan bergegas membereskan. Setelah beres, dia akan memanggil ummi atau menemui
ummi untuk melaporkan hasil kerjanya. Daaaaaan….sangat rapi untuk anak
seusianya. Dari proses ini, ummi mencatat potensi bakat responsibility di
diri kakak.
Di saat jam riset, meski tidak melakukan mini project, kakak
juga belajar banyak hal. Pernah suatu hari, kakak sedang bermain mandiri,
kebetulan adik terbangun di sela jam riset kami sehingga ummi harus menyusui
adik. Ummi berikan bahan-bahan pada kakak untuk membuat beras warna dan minta
izin menyusui adik. Kakak pun anteng bermain beras warna. Belajar menuang, menakar
tetesan pewarna yang pas, mencampurkannya hingga merata, juga menambahkan beras
putih saat warna masih terlalu pekat. Lalu kakak meninggalkan beras warna itu
selama beberapa saat. Hingga tiba-tiba terdengar teriakan, “Ummiiiiii…beras
warna kakak dirubung semuuuuut…” kakak menemui ummi dengan wajah kebingungan.
Aha! Ini momen untuk mengajak kakak menganalisa dan memecahkan
masalah. Ummi meminta kakak menceritakan kronologis kejadian. Dengan kakak
bercerita, ummi bisa memahami kronologis kejadian, melihat pola kakak bercerita
apakah cukup runtut atau tidak. Keruntutan penyampaian kakak ini menganalogikan
seberapa runtut pula proses berpikir kakak. Dari apa yang kakak sampaikan, ummi
melihat ada potensi bakat discipline.
Ternyata semut datang saat kakak meninggalkan beras warna
tersebut beberapa saat. Oke, ummi pun mengajak kakak menggali ide, kira-kira
bagaimana cara mengusir semut itu ya? Bagaimana kalau coba kita jemur di teras
depan rumah? Siapa tahu hangatnya sinar matahari membuat semut beranjak dari
beras? Wajah kakak yang sudah menahan tangis berubah menjadi ceria, dia
bergegas menjemur beras warna di teras. Lalu terdengar laporan, “Ummi, beras
warnanya kakak jemur di teras ujung, biar terkena sinar matahari semuanya…”
Sepuluh menit berikutnya kembali terdengar, “Ummiiiiiii…..semutnya tinggal
sedikit…tinggal di pinggir-pinggirnya aja…” Dan sepuluh menit berikutnya kakak
kembali masuk ke rumah dengan keberhasilan menyelesaikan misi mengusir semut.
Dari proses ini kakak belajar menjadi problem solver. Mengubah masalah
jadi tantangan.
Tak setiap jam riset adik terlelap tidur. Pernah adik belum
tidur saat jam 09.00 datang menjelang. Kakak sudah tidak sabar ber-mini
project, tapi karena adik belum tidur, kakak belajar bersabar dan memilih
membaca buku untuk mengusir ketidaksabaran, hehe… Pernah juga di sela-sela kami
belajar, adik menangis terbangun dan enggan tidur kembali. Maka, jadilah jam
riset kami lakukan bersama adik dengan tema dan media belajar yang sama, namun
objek yang berbeda. Seperti kemarin. Kakak asyik mencetak beras warna dengan
puzzle huruf. Saat adik bangun, kakak beralih membaca buku dengan ummi,
sedangkan adik bermain puzzle huruf yang usai dimainkan kakak. Sesekali kakak
mengajarkan adik cara memainkannya. Terlihat potensi bakat harmony dan emphaty
dari kakak ke adik.
Sedangkan adik, di setiap permainan yang disediakan , adik
senang menciptakan bunyi-bunyian. Entah dengan memukulkan benda ke lantai atau
menepukkan tangan ke meja. Jika menemukan benda berbentuk silinder, adik suka
mengambil dan menggulingkkannya ke lantai, mengamati pergerakannya.
Menstimulasi perkembangan aspek kognitifnya. Tempat favorit adik adalah
tempat dimana dia bisa berpegangan karena adik sedang suka belajar berdiri
sendiri. Benda-benda kecilpun tak luput dari perhatiannya. Dia amati kemudian
jumput menggunakan jemari kecilnya. Tak jarang dia masukkan ke mulut. Proses
ini menunjukkan gerakan tubuh yang terkoordinasi.
Adik mengetahui siapa namanya dan akan menoleh jika
dipanggil namanya. Namun, ada respon berbeda yang dia tunjukkan saat dipanggil
oleh kakak. Saat ummi dan yangti memanggil nama adik, dia cukup menoleh lalu
tersenyum. Sedangkan jika dipanggil oleh kakak, dia membalas dengan teriakan,
“Haaaa…” dan bergerak menghampiri kakak. Baginya mungkin panggilan kakak adalah
ajakan main untuknya. Tak jarang ummi menemukan mereka berdua sedang tertawa
bersama. Kakak melucu, dan adik tertawa terbahak-bahak. Naluri saudara kandung
mengiringi komunikasi mereka. Terlihat perkembangan aspek sosial emosional
dalam proses tersebut. Sebuah peristiwa manis yang mengukir senyum ummi hari
itu.
#analyze
#problemsolving
#emphaty
#harmony
#discipline
#responsibility
#kognitif
#sosialemosional
#koordinasi
Comments
Post a Comment