Ummi : Kakak, mau sarapan dengan apa?
Kakak : Telur mi…
Ummi : Telurnya diapain? Ceplok atau dadar?
Kakak : Ceplok itu yang gimana? Kalau dadar?
Ummi : Ceplok itu yang ada bagian putih dan kuning. Kalau dadar, kuning semua.
Kakak : Kakak mau yang dadar mi, yang kuning semua.
Ummi : Okeee… (sembari bergegas mengambil telur di kulkas, memecahnya dan mengocoknya di dapur)
Tiba-tiba,
Kakak : Lho miiiiii…. kakak aja yang ngocok telurnya (ekspresi kecewa)
Ummi : Ooo..ya udah, ini baru sekali kocok koq kak. Belum menyatu. Kakak lanjutin ya.
Kakak : Ngga mau, kakak maunya dari awal (dengan nada keukeuh)
Ummi : Hmm…terus ini buat siapa kak? Lanjutin yang ini aja ya kak?
Kakak : Ngga mi, kakak maunya yang baru. Kakak bisa koq. Kakak ambil telur sendiri ya mi. (Bergegas menuju kulkas, mengambil telur dan memperlihatkan pada ummi di dapur)
Ummi : Oke, kalau begitu ummi lanjutkan yang ummi kocok tadi ya. Biar buat abi aja telur yang ini.
Kakak mengangguk. Kemudian dia meminta mangkok untuk wadah telur yang dibuka dan akan dikocoknya. Haaa….sepertinya hampir saja ummi menciderai #fitrahbelajar dan kemandirian kakak. Dalam fase #kemandirian anak, usia tiga hingga lima tahun adalah saat dimana dia ingin melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan orang dewasa. Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa melakukannya. Maka, tugas ummi semestinya adalah memfasilitasi hal tersebut hingga fitrah anak tersemai dengan baik.
Pagi ini dia berhasil membuktikan bahwa dia bisa memecah telur sendiri, menaruhnya di wadah dan mengocoknya dengan rata. Ummi memberi jempol atas pencapaian kakak. Dan ada sorot bahagia yang tampak dari mata kakak atas kepercayaan dan apresiasi yang ummi berikan. Ini membuat mood kakak terjaga baik dan fitrah belajarnya terus bergerak. Usai mengocok telur, sembari menunggu telurnya matang kakak berinisiatif membantu ummi mencuci piring dan gelas. Kakak mengambil kursi pendek dan menaikinya supaya dapat mengambil dan mencuci piring gelas yang kotor. Gelas dan sendok dapat dicucinya sendiri. Tapi untuk piring, kakak belum kuat memegangnya dengan satu tangan sehingga ummi membantu memeganginya. Cucian piring kotor habis, telurpun matang. Kamipun sarapan bersama-sama.
Seringkali keengganan dalam mendampingi proses belajar anak menghinggapi diri ini. Karena ada waktu yang lebih panjang dalam menjalankan proses, ada kegiatan yang tertunda dan ada tumpukan pekerjaan domestik yang menanti untuk disapa. Tapi, bukankah hasil dari sebuah proses itu lebih indah daripada sesuatu yang instan? Bukankah membersamai lebih manis daripada menggegas?
Maka ummi, luaskan hatimu, perpanjang sumbu kesabaranmu. Karena sejatinya engkau sedang bertumbuh bersama mereka, investasi dunia akhiratmu, insyaAllah…
#fitrahbelajar
#kemandirian
#fitrahbernalar
#motorikhalus
membersamai lebih manis daripada menggegas, suka sama.closingnya *kiss
ReplyDelete