Tiga hari ini kami tidak melakukan aktivitas bermain khusus
untuk mini project harian. Kakak dan adik belajar bersamaan dengan ummi
mengerjakan tugas domestik. Kakak sangat gembira jika dilibatkan dalam
aktivitas memasak. Untuk tugas domestik satu ini, ummi sengaja baru melakukannya
saat adik terlelap tidur. Karena memasak identik dengan kompor, cipratan air
atau minyak panas, benda-benda tajam yang mana cukup riskan jika dilakukan
bersama adik yang masih berusia delapan bulan.
Barang apa saja yang ummi pegang saat memasak di dapur,
kakak pun ingin memegangnya. Siang itu ummi memarut kelapa untuk mendapatkan
santan kental sebagai campuran memasak bubur mutiara. Karena kelapa parut di
tukang sayur habis, jadilah ummi membeli kelapa utuh dan memarutnya sendiri.
Kebetulan nih, bisa jadi mini project keterampilan hidup kakak. Kakak mengamati
apa yang ummi lakukan dengan seksama. Sengaja ummi menahan diri untuk tak lekas
bicara. Menantikan suara kakak yang terlebih dulu terlontar. “Kakak boleh coba
memarut, mi?” suara kecilnya bertanya. Kalau ummi menuruti keinginan pribadi
ummi yang berharap pekerjaan dapur ini segera tuntas supaya bisa beralih ke
tugas domestik berikutnya, maka ummi akan menjawab dengan gelengan kepala.
Namun karena aktivitas ini adalah rangkaian proses belajar keluarga dan ummi
berharap Allah pahamkan kakak dalam proses belajar sederhana ini, maka ummi
berhenti memarut dan memberikan parutan kelapa tersebut ke kakak.
Peluang itu langsung kakak tangkap, hap! Dengan sigap dia
mempraktikkan apa yang dilihatnya. Memegang parutan dan menggerakkannya ke atas
dan ke bawah. “Koq susah ya mi?” tuturnya setelah beberapa saat. Ummi tersenyum
meringis, “Mau ummi ajari?” Tawaran ummi disambut dengan anggukan antusias.
Ummi arahkan tangan kakak ke parutan, tangan kiri memegang parutan dengan kokoh
sedangkan jemari tangan kanan menggenggam kelapa melingkar. Mulailah kakak
memarut. Srek…srek…srek…bunyi kelapa diparut perlahan. Kakak menyakinkan diri
dan ummi bahwa dia bisa memarut dengan baik. Lalu, muncul pertanyaan, “Mi, koq
kelapa yang sudah diparut ini keluarnya ke atas, ngga ke bawah kayak keju?”
Ternyata kakak membandingkan parutan kelapa dengan parutan keju yang biasa dia
gunakan. Ada kecerdasan logika yang terpantik. Ah, sebuah aktivitas
sederhana memang akan kaya makna dan rasa jika kita hadir membersamai proses
belajar mereka.
Fitrah bernalar bisa tersemai dalam diskusi atas
pertanyaan kakak tadi. Kakak ternyata membandingkan bahwa kalau kelapa diparut,
hasil parutannya keluar ke atas, sedangkan kalau keju diparut hasil parutannya
keluar ke bawah, ke sisi sebaliknya. Kira-kira mengapa ya? Aha! Perhatikan
lubang parutannya dan bandingkan. Ternyata, lubang parutan kelapa jauh lebih
kecil dan rapat daripada lubang parutan keju. Ummi jadi penasaran, siapa orang
yang berhasil menemukan parutan dengan prinsip kerja seperti ini. Sesi memarut
kelapapun diselesaikan oleh ummi. Dan kakak belajar banyak hal dari proses
tadi.
Di lain waktu, kakak meminta menu telur dadar. Dan menawarkan
diri untuk mengambil telur dari kulkas lalu mengocoknya sendiri di mangkok. “Kakak
bisa kan mi, kayak waktu itu?” Bela dia saat ummi menanyakan kesanggupannya. Kakak
benar-benar membuktikannya, ummi tinggal membantu menambahkan garam sedikit dan
menggorengkannya.
Sesi mengulek juga menjadi sesi favorit kakak di dapur. Baik
mengulek sambal atau bumbu, kakak meminta untuk diberi kesempatan melakukannya.
Aktivitas ini menguatkan otot-otot tangan kakak dan menstimulasi motorik
halusnya. Termasuk bentuk latihan pre-writing skills ngga ya? Hehe
Apa kabar adik?
Adik belum ummi libatkan jika ummi memasak. Adik
berpartisipasi di tugas domestik yang tergolong aman saja ya, contohnya
menyapu. Waktunya ummi menyapu teras adalah saat yang dinantikan oleh adik.
Karena adik akan ikut merangkak di teras dan bereksplorasi ke sepeda kakak atau
sepeda om. Dia senang memutar-mutar roda sepeda kakak, menggerakkannya ke depan
dan belakang. Mencari pegangan untuk berdiri dan meraba seluruh permukaan
sepeda. Ya, indera perabanya masih mendominasi bersamaan dengan perkembangan motorik
kasar dan motorik halusnya. Respon adik terhadap suara juga semakin
tajam, jika ada suara irama dia dengan cepat akan menggerakkan badan secara
teratur. Mungkin ini potensi kecerdasan musik bagi adik.
Anak-anak, belajarlah dimana saja, kapan saja dan dengan
siapa saja. Karena sejatinya dunia dan seisinya adalah fasilitas yang Allah
hadirkan untuk membersamai proses belajar kalian. Belajarlah sebagai bentuk
ibadah seorang hamba Allah…
#kecerdasanmusik
#fitrahbernalar
#motorikkasar
#motorikhalus
#kecerdasanlogika
Comments
Post a Comment