Hari ini abiya akan melakukan perjalanan ke Jakarta
mengendarai kereta api. Maka sore tadi, ummi dan kakak bersiap untuk
mengantarkan abiya ke stasiun. Dalam perjalanan menuju ke stasiun, terbesit ide
untuk mengajak kakak ke suatu tempat atau membeli sesuatu yang merupakan
keinginan kakak sepulang dari stasiun nanti. Ummi ingin sejenak bonding time
dengan kakak, mumpung adik di rumah bersama om dan yangti. Di stasiun, jadilah
ummi mengutarakan rencana ummi pada kakak dan abi. Dan disambut antusias oleh
kakak. Tapi rupanya, kakak bingung mau apa dan kemana. Abi urun ide, mengusulkan untuk main ke taman
kebonrojo, siapa tahu disana ada mainan mobil-mobilan seperti yang sempat kakak
kendarai di taman Purwokerto saat mudik lebaran lalu. Kakak menyetujuinya
dengan riang.
Setelah mengantarkan abi, kami pun menuju Taman Kebonrojo. Meski sudah 8 bulan kami menetap di Jombang, ini kali pertama kali menginjakkan kaki di taman ini setelah renovasi. Daaaaaan…taman ini menjadi lebih indah dan menyenangkan, jauh lebih baik daripada sebelumnya. Hamparan rumput hijau membentang menyegarkan mata. Tak banyak orang yang berkunjung sore itu, membuat kami menikmati suasana dengan tenang.
Berdua kami mengelilingi taman dengan lomba lari ala-ala. Ada permainan anak-anak sederhana seperti mandi bola dan odong-odong, pujasera yang menebarkan aroma pengundang lapar, lapangan tenis yang sedang digunakan bapak dan anak, dan beberapa fasilitas olahraga peregang otot. Cukup puas berkeliling, kami duduk sejenak. Kakak menarik baju ummi, mengajak ke tempat duduk yang berada di bukit buatan.
Meniti tangga menuju puncak bukit buatan melatih motorik kasar kakak. Jumlah tangganya cukup banyak dan tidak ada pegangannya. Kakak berhasil naik tangga sendiri dengan ummi mengikuti di belakangnya. Saat berada di puncak ummi mengamati reaksi kakak, apakah kakak fobia ketinggian atau tidak. Karena ummi sendiri pun merasakan agak fobia jika berada di ketinggian. Kakak tersenyum sumringah, berhasil naik sampai puncak. Kemudian saat ummi minta agak mendekat ke pinggir dan berdiri di samping pagar pembatas, kakak menolak. Dia berujar, “Kakak duduk disini aja mi (di tengah), kalau ke pinggir, kakak nanti bisa jatuh ke bawah.” Oke, alasan logis. Setelah puas memandangi sekeliling dari ketinggian, kami pun turun. Saat ummi ajak turun melewati tangga, kakak minta untuk dipegangi karena memang tangganya tidak ada pegangannya. Oke, kakak tidak takut pada ketinggian dan cukup berhati-hati saat berada di ketinggian menjadi kesimpulan sementara pengamatan ummi di permainan ini.
Kami beralih ke permainan perosotan. Perosotannya terdiri
dari dua sisi dan satu tangga naik. Terbuat dari batu dan semen dengan postur
yang cukup tinggi. Rasa penasaran menggerakkan kakak untuk mencobanya. Kalau
ummi mengingat-ingat, terakhir kali kakak naik perosotan serupa adalah saat
bermain di Homeschooling ABATA, dan saat itu kakak belum berani mencoba sendiri.
Perlahan dia menaiki tangga dan sampailah dia di bagian atas. Dia
menginstruksikan ummi sigap di bak pasir untuk menyambutnya. Setelah ummi
bersikap siaga, dia mulai meluncur. Saat badan mulai meluncur, sepertinya kaka
cukup kaget dibuatnya sehingga gerak refleks yang kakak lakukan adalah
berpegangan pada besi sisi perosotan. Ini membuat kakak sedikit terjerembab. Ummi
meminta kakak segera melepas pegangan dan percaya ke ummi hingga tak lama,
kakak berhasil sampai di pelukan ummi di bak pasir. Setelah itu dia enggan naik
lagi, kakak memilih beralih ke permainan yang lain. Pengamatan sementara dari
permainan ini, kecelakaan kecil tadi membuat kakak agak kaget.
Kami beralih ke lokomotif kereta. Sebenarnya permainan ini
agak dipaksakan untuk kakak mainkan. Lokomotif berada di sebuah wadah besi yang
terkunci. Tapi karena wadah besi itu berongga, lokomotif tetap saja bisa
dinaiki oleh anak-anak seusia kakak. Maka, kakak pun mengendarainya dan
berimajinasi sebagai masinis. Di sebelah lokomotif ini ada rel kereta berbentuk
silinder. Maka kami membahas tentang hal ini. Bahwa saat ini lokomotif belum
beroperasi. Jika saatnya beroperasi, maka lokomotif akan dikeluarkan pemiliknya
dari wadah besi dan akan berjalan di atas rel jika aliran listriknya terhubung.
Kakak mengajak ummi ke Taman Kebonrojo di lain hari saat kereta ini beroperasi.
Hari sudah beranjak sore. Ummi mengajak kakak pulang tapi
kakak masih ingin bermain. Ajakan pulang dimulai dengan ummi menyalakan alarm. Ummi
mengajak, saat alarm berbunyi maka kami akan pulang ke rumah. Kakak diam saja,
belum menyetujui. Alarm berbunyi dan ummi mengajak kakak pulang. Kakak menego
ummi, mengajak pulang setelah bermain perosotan. Ummi menyepakatinya.
Perosotan kembali kami hampiri. Ummi bersyukur, insiden
kecil tadi tak membuat kakak trauma. Kakak menaiki anak tangga satu demi satu.
Sesampainya diatas, sebelum meluncur kakak
meminta ummi siaga menangkap. Bukan di bak pasir, tapi sembari berdiri dengan
tangan menengadah di jalur perosotan. Ummi sudah menengadahkan tangan sambil
berdiri, tapi menurut kakak masih kurang mendekat. Hingga kemudian kakak
meminta ummi mendampinginya ikut meluncur di perosotan. Haaa…
Sebagai bentuk totalitas dalam mendampingi anak (alasan nih,
padahal memang pengen mencoba :D), ummi pun naik ke atas. Bersiap meluncur
sembari memangku kakak. Saat kakak sudah dalam pangkuan, baru terasa oleh ummi.
“Bikin deg-degan juga ya ternyata…” batin ummi dalam hati. Sempat ingin
mengurungkan niat, tapi enggan juga memberi contoh pada kakak untuk menyerah.
Akhirnya dengan mengucap basmalah, meluncurlah ummi di perosotan dengan
memangku kakak. Alhamdulillah BERHASIL! Meski bagi sebagian orang yang melihat
mungkin terkesan kekanak-kanakan, tapi ummi belajar banyak dengan mendampingi
kakak perosotan tadi. Ummi bisa merasakan kekhawatiran yang kakak alami sebelum
meluncur, sehingga ummi paham mengapa kakak sempat refleks memegang pegangan
besi di sisi perosotan. Dan yang baru ummi sadari setelah mencoba sendiri
adalah ternyata jalur perosotannya berongga. Ada beberapa lubang disana-sini
yang selain membuat kurang nyaman di badan karena agak sakit tapi juga membuat lintasan
peluncur agak sedikit berkelok akibat gerak refleks dari badan.
Sesuai kesepakatan, aktivitas bermain kami pun selesai. Saat
berjalan menuju tempat parkir motor, ada penjual es puter kesukaan yangti.
Terbesit ide membawakan es puter untuk keluarga di rumah. Eits, tapi kakak
berencana beli vita**min. Maka dialog singkat pun terjadi,
Ummi : Kakak, ummi mau beli es puter buat yangti ya.
Kakak : Kakak mau es puter juga mi.
Ummi : Katanya mau beli vita**min. Jadi? Pilih mana,
vita**min atau es puter?
Kakak : (terdiam dan berpikir keras, hihi)
Ummi : Kalau beli vita**min sekarang, kakak ngga beli es
puter. Tapi kalau mau beli es puter, beli vita**minnya ditunda dulu. Besok-besok
lagi.
Kakak : Es puter aja mi. Beli vita**minnya besok-besok aja
ya mi…
Ummi : Oke, sepakat ya…
(Toss berdua)
Ummi pun memesan es puter tiga gelas. Untuk kakak, om dan
yangti. Ummi batuk, jadi menghindari minuman dingin dulu. Alhamdulillah,
bonding time sore tadi singkat tapi begitu bermakna untuk ummi dan kakak.
Terimakasih ya Allah atas kesempatannya, terimakasih abiya atas idenya dan
terimakasih yangti dan om sudah berkenan dititipi adik sejenak. J
Comments
Post a Comment