Siang kemarin suara pak pos mengagetkan kami. Ada sepucuk
kertas yang mendarat. Sebuah kartu pos manis dari Salatiga, kiriman padepokan
Margosari. Beberapa waktu lalu memang mba Ara meminta alamat-alamat keluarga perak,
karena akan mengirimkan kartu pos – kartu pos kepada kami. Dan, kiriman itu
kini sudah sampai di tempat tinggal kami.
Kartu pos itu disambut kakak dengan mata berbinar. Maklum,
ini pertama kalinya dia melihat dan memegang kartu pos. Maka, jadilah ini mini
project dengan tema kartu pos. Dengan cepat dia bertanya,
“Ini apa Mi?”
“Dikirim sama pak pos? Kenapa?”
“Ada gambarnya juga ya, kayak punya kakak yang gambar hello kitty…”
Pernyataan terakhir ini membuat saya agak berpikir. Hooo….ternyata
gambar yang kakak maksud adalah stempel berwarna merah yang dibubuhkan
disamping tulisan. Kalau kata mba Ara di grup perak, cap merah itu sama fungsinya
dengan tanda tangan. Bertulisankan Zheng Feng Ing, yang artinya Zheng adalah
marganya, feng adalah lebah dan ing adalah perkasa. Nah, kebetulan kak Raysa
juga punya stempel yang dibelikan Abiya waktu beliau sempat mengikuti
konferensi di Korea. Cuma bedanya bergambar Hello Kitty, hihi.
“Apa isinya?”
Hmmm…apa ya isinya? Selayaknya kartu pos lainnya, isinya
adalah sebuah pesan. Pesan ucapan
selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan disertai bumbu pengingat,
“It is only 1% of not eating and drinking, the rest 99% is bringing our heart closer to Allah.”
Ah, benar. Puasa memang tak hanya menahan diri dari lapar
dan haus. Tetapi tentang sebuah proses membawa hati untuk lebih mendekat pada
Allah.
Pengingat ini membawa saya membuka kitab ringkasan Ihya’ Ulumuddin.
Kebetulan beberapa waktu lalu saya dan suami sempat membahas mengenai tiga
tingkat dalam puasa. Dalam kitab ini, dipaparkan bahwa puasa memiliki tiga
tingkat, yaitu puasanya orang awam, puasanya orang khusus dan puasa khususnya
orang khusus.
Puasanya orang awam adalah menahan makan dan minum dan
menjaga kemaluan dari dorongan syahwat. Sedangkan puasanya orang khusus adalah
selain poin tingkat pertama, ditambahkan pula menahan pendengaran, pandangan,
ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Dan puasa
khususnya orang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan
pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya
pada selain Allah.
Ya Allah, malu rasanya. Tujuan kami tentu ingin meraih
tingkatan tertinggi. Tapi usaha yang dilakukan, masih sekedar di tingkat
pertama saja, itupun entah tercapai atau tidak. Tak apa, yang terpenting adalah
keuletan dan ketangguhan untuk pantang menyerah. Mencoba lagi dan lagi.
Setidaknya, Allah menilai semangat perbaikan yang kita upayakan.
Untukmu anakku, kakak dan adik, dari sini kita melihat
contoh cara membahagiakan orang lain. Tak perlu mewah, cukup dengan ketulusan
dan kehadiran hati. Maka semangatmu dalam memberi, akan memberi kehangatan dan
kegembiraan bagi sang penerima. Hingga Allah gerakkan hati mereka untuk berbagi
lebih luas lagi. Pemberian mendatangkan kebahagiaan, bukan? Untuk penerimanya,
dan terlebih, adalah untuk pemberinya J
Referensi :
Grup WhatsApp PERAK 2017
Kitab Ringkasan Ihya’ ‘Ulumuddin – Imam Ghazali
Comments
Post a Comment