Di hari kedua ini, mica belajar dari sebuah kejadian yang
berlangsung secara tidak sengaja.
Saat di Bandung dulu, Raysa hampir steril dari TV, karena di
rumah kami memang tidak ada TV. Sejak 6 bulan lalu saat kami pindah domisili ke
rumah yangkung yangti, kakak mulai mengenal TV. Meski demikian, alhamdulillah
keluarga sangat kooperatif terhadap prinsip kami yang tidak memberikan TV pada
anak. Bukan kami yang menyesuaikan dengan kebiasaan keluarga besar, namun keluarga
besar berbesar hati, mengalah dengan mengurangi frekuensi menonton TV. Menggantinya
dengan mengobrol dan diskusi.
Sekarang, TV hanya menyala saat om butuh refreshing sepulang
sekolah, atau diatas jam 21.00 WIB saat yangkung butuh melihat berita. Toh
Raysa saat ini sudah berumur 3 tahun, ada waktu screen time harian sekitar
1 jam untuk anak seusianya. Nah, di suatu siang saat Raysa sedang menonton film
bersama om, tiba-tiba dia berteriak, “Jangan…bayinya jangan ditinggal…lhooo….itu
bayinya ketinggalan.” Dia mengatakan itu sambil menangis. Adegan film tersebut
adalah sebuah adegan yang menanyangkan seorang anak bayi yang sedang belajar
jalan, tertinggal di rumah sedangkan kedua orangtuanya pergi dengan mengendarai
mobil. Sang bayi terlihat memanggil-manggil orangtuanya dari balik jendela,
namun tidak terdengar oleh orangtuanya. Mobil terus melaju dan sang bayi terus
memanggil orangtuanya. “Lho, itu cuma film. Ngga beneran.” Ujar om menenangkan.
Tapi Raysa tetap menangis, hingga kami memutuskan untuk mematikan acara TV.
Kejadian siang tadi membuat mica berkontemplasi. Begitu
dahsyatnya dampak tontonan TV bagi seorang anak.
Apa yang menarik dari tontonan TV untuk seorang anak?
Tontonan TV membuat beberapa indera anak bekerja. Indera
penglihatan dan indera pendengaran berperan aktif. Emosi pun turut
berpartisipasi. Tak heran jika saat disajikan tontonan TV, anak mudah terbius
dan sulit berpaling.
Apa yang bisa mica pelajari dari kejadian ini?
Menyambung dengan gaya belajar yang sedang mica pelajari di
materi Bunda Sayang bulan ini, sajian materi yang kita pelajari jika terkemas semenarik
tayangan televisi akan membuat penyerapan informasi menjadi sangat mudah.
Visualisasi yang apik berpadu dengan pemaparan berupa suara, akan memberikan
pemahaman yang baik untuk seorang audio visual seperti mica. Tentu, jika
ditambah dengan praktik langsung, ini akan semakin mematangkan pemahaman.
Comments
Post a Comment