Ada pelajaran dalam setiap peristiwa, pun kemarin saat
membersamai ananda.
Hari kemarin, kakak memilih untuk bersepeda di luar rumah. Sembari
menggendong adik, saya menemani kakak bersepeda. Menyemangati kala kesulitan
mengayuh pedal, membantunya melewati jalan yang tidak rata atau memberikan
apresiasi saat kakak berhasil menyeberang. Adik tenang dalam buaian. Lambat
laun, stok energi saya menipis. Tak sebanding dengan semangat kakak untuk
bergerak kesana kemari. Mulailah saya melayangkan negosiasi.
Ummi : Kak, Ummi masuk sebentar ya. Mau taruh adik di kamar.
Kakak : Lho, jangan. Adik temani kakak main sepeda. Sambil
digendong Ummi.
Ummi : Tapi sebentar aja ya. Ini panasnya menyengat kak.
Kakak : Lho, kakak maunya main sepeda yang lama
Ummi : Hmm..begini saja ya. Ummi pasang alarm 10 menit,
nanti kalau alarmnya berbunyi, kita masuk rumah. Sepakat?
Kakak : Nah, iya. Sepakat Mi.
Bahu sudah pegal-pegal, ingin memintanya main di dalam
rumah, ingin meletakkan adik di kasur, ingin segera menuntaskan aktivitas
bersepeda ini. Tapi kakak masih sangat antusias. Tiba-tiba, air menitik dari
langit.
Ummi : Kak, ada air menetes. Hujan ya. Kakak mau
hujan-hujanan atau masuk rumah?
Kakak : Iya, ada air menetes ya Mi. Mau masuk aja, Mi
Ummi : Oke, sekarang sepedanya dikayuh sampai masuk teras
rumah ya.
Berkali-kali dia berusaha mengayuh, agak terburu-buru karena
air yang menitik semakin banyak. dan akhirnya kami pun berhasil masuk ke teras
rumah untuk berteduh. Lalu alarm pun berbunyi. Ya, setelah kami mengakhiri
acara bermain sepeda.
MasyaAllah… saya terkesima, masih kaget karena tiba-tiba ada
rintik hujan yang menghampiri kami. Dengan kuasa Allah, kesulitan saya teratasi
tanpa mengorbankan perasaan kakak. Lalu tersenyum geli mengingat ketidaksabaran
saya beberapa menit lalu.
#griyariset
#hari11
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Comments
Post a Comment