Nak, Ummi tidak ingin kau makan dengan terpaksa. Maka, saat
sarapan tadi kau menolak untuk menyantap nasi yang sudah terhidang, ummipun
membiarkan. Hingga hari semakin siang dan kau pun tak kunjung menyentuh nasi di
piring. Ummi menanti dengan mawas hati.
Hingga kemudian ada penjual roti yang suara belnya sudah
akrab di telingamu sejak kita masih tinggal di Bandung. Dan kau pun meminta
untuk membelinya. Setelah roti berada dalam genggamanmu, kau menyantap dengan
lahap. Dua potong besar kau habiskan. Ummi pun sedikit tersenyum lega.
Di lain waktu, kakak juga lebih melirik kolak pisang
dibanding piring makan yang terhidang di meja. Mica pun membolehkan. Kakak
bebas menentukan mana yang dikonsumsi terlebih dahulu.
Asupan karbohidrat memang telah terpenuhi di porsi itu, tapi
belum merupakan gizi seimbang. Tapi kakak sudah menolak jika ditawari menu
makanan yang lain. Bagi kakak, tak mudah mengidentifikasi rasa lapar. Kakak
baru mengatakannya jika sudah merasa sangat lapar. Sebelum itu, kakak belum
bisa merasakannya dan terlarut dengan aktivitas bermainnya. Ini masih menjadi
tantangan yang harus Mica pecahkan.
#hari3
Comments
Post a Comment