Sudah sekitar 2 minggu ini saya dan MeGi tinggal di rumah
orangtua. Sejak itu, MeGi mempunyai kebiasaan baru. Mengikuti kemana saja
neneknya melangkah.
Yangti lagi ngapain?
Yangti mau kemana?
Yangti disini aja, temenin MeGi main
Dan celotehan lainnya yang menyiratkan keinginan untuk terus
membersamai neneknya. Ini perubahan pesat dalam catatan saya. Menarik mundur
memori satu tahun ke belakang, saat MeGi masih berusia sekitar 1 tahun, dia
masih menganggap orang lain selain Abi Ummi-nya adalah orang asing. Kepada
kakek neneknya sekalipun. Jangankan mengikuti langkah, digendong saja dia
enggan. Biasanya baru mau setelah beberapa hari tinggal bersama. Perlu waktu
untuk mendekat padanya, karena sepertinya dia tipikal anak yang slow to warm
child. Dan kedekatan ini tidak hanya dengan ibu saya, tapi juga dengan
bapak, adik serta ibu ayah mertua dan adik ipar. Bagi saya, ini merupakan
sebuah kemudahan dari Allah menjelang persalinan anak kedua nanti.
Kembali pada kedekatan MeGi dengan neneknya. Pagi tadi, saat
keluar dari kamar mandi, suasana rumah cukup hening. Tak ada suara MeGi dan
ibu. Spontan saya memanggil MeGi beberapa kali, sembari bertanya dia ada
dimana. Ada suara berdehem dari dalam kamar ibu. Rupanya ibu dan MeGi sedang
berada disitu. Cukuplah suara dehem itu menjadi kode yang membuat saya tenang.
Namun, sesaat kemudian,
MeGi : "Yangti, Yangti koq gitu?"
Yangti : "Iya, Yangti jawab Ummi.."
MeGi : "Tapi koq gitu? Bukan dalem(iya)"
Yangti : "Oh iya ya, Yangti salah. Harusnya dijawab dalem, Mi…
Gitu ya?"
MeGi : (mengangguk mantap)
Yangti : "Naaak…ibu dikritik MeGi…"
Ah iya, kebenaran dan peringatan bisa datang dari siapapun, termasuk celoteh cucu berusia 2.5 tahun ini. Hihi..
Comments
Post a Comment