Bagi keluarga kami, salah satu
yang membuat betah tinggal di Bandung adalah fasilitas belajar ilmu parenting
yang variatif dan ekonomis. Disinilah kami dipertemukan dengan komunitas
belajar ilmu pendidikan anak, ragam acara peningkatan kualitas diri dan aneka playdate
anak yang menyenangkan dan ramah kantong. Bahkan banyak kegiatan yang bisa
diikuti tanpa dipungut biaya, cukup berbekal semangat belajar dan kemauan
memperbaiki diri.
Nah, di weekend menjelang Idul Adha kemarin, kami
berkesempatan menimba ilmu pendidikan berbasis keluarga dari Ustadz Adriano
Rusfi di acara Kopdar Bulanan HebAT (Home Education based on Akhlaq and Talents)
Bandung. HebAT merupakan sebuah komunitas belajar berbasis grup WhatsApp
yang mendampingi para orangtua menjalankan FbE (Fitrah based Education)
dan CbE (Community based Education) dalam pendidikan anak-anaknya. Tak
hanya kopdar bulanan, komunitas ini juga rutin mengadakan beragam aktivitas
menarik untuk memfasilitasi kebutuhan belajar anak dan orangtua serta sebagai
bentuk komitmen dalam merintis pembentukan CbE (Community based Education)
HebAT Bandung.
Untuk memfasilitasi animo peserta
yang ternyata cukup banyak, acara yang semula diagendakan bertempat di Kiki
Barkiah Learning Center - daerah Trunojoyo,
berpindah menjadi di Salman ITB, Gedung Sayap Selatan lantai 2 ruang D.
Saat baru akan masuk ruangan, kami langsung disambut oleh sang narasumber, hehe.
Bukan, lebih tepatnya beliau memang masih duduk di dekat pintu masuk. Beberapa
detik kemudian, beliau beranjak dan acarapun segera dibuka. Alhamdulillah, kami
belum tertinggal materi.
Apa yang dimaksud dengan VISI?
VISI itu apa?
Materi dibuka
dengan pertanyaan singkat diatas. Beragam versi jawaban pun muncul. Lalu
beliaupun mengajak kami untuk menyamakan persepsi mengenai definisi visi.
Penyamaan persepsi sebagai langkah awal ini penting, karena beliau banyak
menemukan berbagai persepsi dan cara masing-masing orang menentukan visi misi
dalam kehidupan. Ada yang menjalankan misi dulu, baru merumuskan visi, maupun
cara lainnya. Bagi Ustadz Aad, lebih tepat jika mencanangkan visi terlebih
dahulu baru menentukan misi.
Visi merupakan cara pandang, perspektif yang khas dan unik tentang jati diri, fungsi, peran dan nilai sebuah entitas atau kesatuan. Secara sederhana, visi berkaitan dengan penglihatan. Unsur purpose (tujuan) dan value (nilai) terlibat di dalamnya.
Bagaimana
menentukan visi keluarga?
Langkah yang
paling awal adalah dengan berkomunikasi. Terutama antara suami istri. Dengan berkomunikasi
itulah, kita bisa merumuskan bersama, visi apa yang akan keluarga emban
bersama. Dalam merumuskannya, setidaknya ada empat aspek yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan, yaitu :
- Analisis historis. Semisal, bagaimana latar belakang pengasuhan yang dialami suami maupun istri. Jika pola pengasuhannya baik, bisa diadaptasi. Sedangkan yang kurang tepat bisa diperbaiki.
- Given factors (faktor terberi). Yang melekat pada diri. Semisal suku yang mempengaruhi watak dan laku.
- Realitas atau kondisi saat ini. Bagaimana kondisi keluarga saat ini, apa kelebihan dan kekurangannya, adakah benang merah yang dapat diambil untuk mendapatkan visi bersama.
- Impian. Mau dibawa kemana bahtera keluarga ini. Apa tujuan besar yang ingin dicapai bersama. Impian masing-masing anggota keluarga dikolaborasikan menjadi impian bersama. Apakah yang diinginkan oleh keluarga. Oleh masyarakat luas ingin dikenal sebagai keluarga yang bagaimana.
Lebih lanjut, beliau memberikan
beberapa contoh supaya pemahaman mengenai visi ini jelas hingga ranah teknis.
Beliau mengambil contoh, visi
Islam tentang manusia adalah manusia sebagai khalifah fil Ardh. Yang mana
mengemban misi sebagai rahmatan lil ‘alamin. Beberapa contoh visi yang pernah
beliau gagas untuk sekolah ataupun institusi, misalnya Rumah Asuh Karakter
Bangsa, Kantor Pembelajaran di Taman Kehidupan dan sebagainya. Bahkan beliaupun
memberikan contoh yang sangat sederhana namun cukup mengena dengan memberikan
ilustrasi jika visinya adalah monyet, maka misi yang diemban adalah memanjat.
Di ranah keluarga, Ustadz Aad memberikan
contoh visi keluarga beliau adalah keluarga solutif. Visi ini tercetus setelah
beliau mengumpulkan saudara-saudara beliau dan berpikir bersama, visi apa yang
sekiranya “keluarga saya banget”. Berangkat dari masa lalu dengan kondisi yang cukup
sulitlah, tercetus ide menjalankan visi sebagai keluarga yang solutif, keluarga yang mengambil peran sentral
dalam penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat.
Lalu, bagaimana dengan MISI?
Setelah visi tercetus, langkah
selanjutnya adalah merumuskan misi keluarga. Misi adalah sebuah tujuan, target
dan sasaran yang ingin dituju dan dihasilkan sesuai dengan visi dari entitas
tersebut. Dalam sebuah misi ada unsur tahapan dan capaian. Alangkah baiknya
jika misi berupa poin-poin yang menjabarkan tahapan sekaligus tujuan yang ingin
dicapai.
Untuk lebih memberikan gambaran
yang konkrit, lagi-lagi beliau memberikan contoh misi yang sudah tercetus dan
dijalankan. Kali ini beliau mengutip misi pembinaan kader masjid Salman ITB.
Misi Pembinaan Kader Masjid
Salman ITB :
- Student Step
- Human Step
- Activist Step
- Intellectual Step
- Ulil Albab Step
Wuih, MasyaAllah, keren ya. Lima
poin diatas menggambarkan misi yang bertahap sekaligus bertujuan, namun dengan
kalimat yang singkat.
Ustadz Aad menjelaskan urgensi visi misi keluarga |
Visi Misi Keluarga, Haruskah?
Kita tentu tidak asing membaca
visi misi sebuah perusahaan atau lembaga. Tapi, bagaimana dengan visi misi
keluarga? Yap, pasti masih asing di telinga ya. Beragam pertanyaanpun muncul,
salah satunya, “Untuk apa membuat visi misi keluarga?”
Jika kita membangun rumah tangga
dengan tujuan yang jelas, membina keluarga dengan memasang titik pencapaian
tinggi hingga akhirat, meyakini bahwa keluarga adalah struktur kepemimpinan
terkecil, maka visi misi merupakan fondasi sebelum bergerak bersama. Beberapa
poin mengenai keluarga di bawah ini menguatkan urgensi perumusan visi misi
keluarga :
- Keluarga adalah entitas
- Keluarga adalah pondasi sosial dan penting
- Keluarga adalah tiang negara
- Setiap keluarga itu unik
- Keluarga memiliki mimpi
- Keluarga harus membangun masa depan
- Keluarga menjalankan fungsi pendidikan
Pada poin ini Ustadz Aad banyak
menceritakan mengenai respon keluarga saat beliau ingin fokus berkarya di dunia
pendidikan keluarga. Tak sedikit yang meremehkan, tapi beliau berpedoman bahwa
dari keluargalah modal awal membangun dunia. Beliau pun berbagi cerita bahwa
beliau dan keluarga sedang menjalankan program dengan istilah “menghancurkan
berhala efektivitas, waktu dan skala”.
Maka, penting untuk segera melakukan
identifikasi makna bahagia versi suami dan istri serta merumuskan definisi
bahagia versi keluarga.
Bagaimana Visi Misi Keluarga Nabi Ibrahim?
Jika ditelaah, visi keluarga Nabi
Ibrahim AS adalah keluarga tauhid pemakmur bumi.
Dengan karakteristik sebagai
berikut :
Hanif atau lurus
Hanif atau lurus
Seberat apapun
perintah yang diterima, diupayakan seoptimal mungkin untuk dilaksanakan demi
berpegang pada diin Allah.
Seperti tertulis
di surat Ar Ruum (30) ayat 30-31 :
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta
dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Allah.
Pioneer.
Menjadi pioneer sosok ayah yang tega meninggalkan anak istrinya di padang tandus. Pioneer sosok ayah yang tega (akan) menyembelih anaknya. Semata-mata untuk menegakkan perintah Allah.
Berdaya juang
Ditunjukkan oleh Siti Hajar yang bolak balik melakukan sa’i dari Shofa ke Marwah dengan medan yang fluktuatif.
Berkorban
Nabi Ibrahim dan keluarganya berupaya untuk menyingkirkan kepentingan pribadi demi ketaatan pada Allah.
Optimis
Bentuk nyata sebuah kesabaran seorang hamba. Siti Hajar yang sudah berjalan ke bukit Shofa maupun Marwah, tetap melakukannya sebagai tujuh kali karena yakin akan pertolongan Allah jika dia bersabar dan terus berusaha.
Pioneer.
Menjadi pioneer sosok ayah yang tega meninggalkan anak istrinya di padang tandus. Pioneer sosok ayah yang tega (akan) menyembelih anaknya. Semata-mata untuk menegakkan perintah Allah.
Berdaya juang
Ditunjukkan oleh Siti Hajar yang bolak balik melakukan sa’i dari Shofa ke Marwah dengan medan yang fluktuatif.
Berkorban
Nabi Ibrahim dan keluarganya berupaya untuk menyingkirkan kepentingan pribadi demi ketaatan pada Allah.
Optimis
Bentuk nyata sebuah kesabaran seorang hamba. Siti Hajar yang sudah berjalan ke bukit Shofa maupun Marwah, tetap melakukannya sebagai tujuh kali karena yakin akan pertolongan Allah jika dia bersabar dan terus berusaha.
Dari visi diatas, diturunkan
menjadi misi sebagai berikut :
- Membacakan ayat-ayat Allah kepada manusia
- Mensucikan manusia
- Mengajarkan manusia kepada Al Qur’an dan Hikmah
Menentukan visi misi keluarga,
tentu bukanlah semudah menyeduh teh celup. Merupakan sebuah proses panjang,
yang bisa jadi memakan waktu yang lama dan tidak langsung sekali jadi.
Senantiasa mendekatkan diri pada Allah agar selalu dikoreksi olehNya,
menghubungkan rumusan visi misi keluarga dengan tujuan penciptaan manusia.
Hanya intuisi dari internal anggota keluarga saja yang bisa merasakan apakah
visi misi keluarga benar-benar “keluarga saya banget” atau tidak. Jika keyakinan
semakin kuat, maka langkah pun semakin mantap dan kebermanfaatannya pun dapat
dirasakan oleh pihak lain.
Mendapat ilmu mengenai visi misi
keluarga ini, membuat saya teringat materi family branding yang
dipaparkan saat mengikuti forum Mini Perak bulan Mei lalu. Detil bahasannya
bisa disimak disini. Saya pun menanyakan hal ini pada Ustadz Aad di sesi
tanya jawab. Beliau mengiyakan. Memang sangat berkaitan, dan family branding
ini merupakan sebuah bentuk kompleks yang sudah mencakup visi misi keluarga
di dalamnya.
Yuk, rumuskan visi misi keluarga
kita.
Jika ada yang bertanya, bagaimana untuk tetap fokus mengikuti seminar ini dengan membawa MeGi yang berusia 2.5 tahun dan tanpa ditemani oleh suami? Mungkin foto diatas dapat sedikit memberi jawaban. Saat mengikuti seminar ini, sebelumnya saya melakukan sounding bahwa kita akan belajar bersama di Salman. Saya sampaikan padanya bahwa saya akan mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh pembicara nanti, sedangkan dia bisa bermain dan beraktivitas sesuai yang dia rencanakan. Di rumah, dia berencana mau bermain playdough, menggambar dan makan camilan. Maka perbekalan pun disiapkan dan dimasukkan ke tas miliknya. Maka, sesampainya di ruang seminar, amunisi dikeluarkan satu persatu. Dia mengambil playdough yang disimpannya di tempat makan, dan membuat bulatan-bulatan kecil aneka warna yang dia sebut donat. Dia pun menggambar di buku dengan pensil warna yang dibawanya, makan camilan pilihannya sendiri, membongkar tas perbekalannya dan memasukkan barang-barangnya kembali satu demi satu. Dia pun sempat mengelap lantai yang basah karena air minum yang dia tumpahkan.
Memang dia tidak anteng sepanjang 2 jam penyampaian materi, dia sempat bosan dan beberapa kali minta ke kamar mandi. Dia pun sempat mengikuti ibu-ibu yang keluar ruangan untuk menenangkan bayi dalam gendongan. Namun sudah cukup melegakan hati dan membuat saya dapat mengikuti acara dengan cukup optimal. Bagaimana jika dia di kids corner? Kemungkinan besar tidak mau. Karena letaknya cukup jauh dengan ruang seminar dan belum ada teman yang sebelumnya sudah dikenalnya. Alhamdulillah, kemudahan dari Allah. Pun terimakasih pada panitia yang telah membolehkan anak-anak masuk ke dalam ruangan seminar.
#day114
#griyariset
#visimisikeluarga
Subhanallah, keren dan seru banget pasti, Mbak... Banyak ilmu yang didapat dari seminarnya.
ReplyDeleteItu anaknya juga pengertian banget keknya. "Mudah diatur" , pasti udah dapat bimbingan terbaik dari kedua orangtuanya.
Alhamdulillah. Masih terus belajar ya mba. Semoga Allah ridho...
DeleteBtw, salam kenal mba Nurliana, terimakasih sudah berkunjung :)
Tapi misi dan visi keluarga ini bisa hancur berantakan kalau kita tinggal sama orangtua mba, serius, mau disusun sedemikian rupa ttp aja berantakan
ReplyDeleteSemoga Allah mudahkan ya mba... Nanti mungkin bisa mba bisa share tips trik mengelolanya. Salam kenal n sukses, mba :)
ReplyDeletewahhh bermnfaat banget ini mbak... terima kasih ya atas sharenya...
ReplyDeletewww.mukenaterbarubordir.com
Aamiin... sama-sama...
DeleteKeren mb. Pengen ikutan seminarnya
ReplyDelete