Disampaikan pada hari Senin tanggal
1 Agustus 2016
MATRIKULASI IBU PROFESIONAL BATCH #1 SESI #8
IBU SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
Perempuan khususnya seorang ibu
adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi
individu untuk menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas
gender. Karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan
kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi
prioritas yang sama. Keberadaan Ibu di masayarakat akan meningkatkan kualitas
pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan
memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat.
Maka berkali-kali di Ibu
Profesional kita selalu mengatakan betapa pentingnya mendidik seorang perempuan
itu. Karena “mendidik 1 perempuan sama dengan mendidik 1 generasi”, Maka
apabila ada 1 ibu membuat perubahan maka akan terbentuk perubahan 1 generasi.
Luar biasa kan pengaruhnya.
Darimanakah mulainya?
Kembali lagi, kita harus memulai
perubahan di ranah “MISI SPESIFIK HIDUP KITA”, Sehingga menemukan hal
yang satu ini menjadi modal utama yang sangat penting. Kita harus paham “JALAN
HIDUP” kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai “CARA MENUJU
SUKSES”.
Setelah menemukan jalan hidup,
segera lihat lingkaran 1 anda, yaitu keluarga. Perubahan-perubahan apa saja
yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi “CHANGEMAKER
FAMILY”. Mulailah dengan perubahan-perubahan kecil yang selalu konsisten
dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah
perubahan. Maka di keluarga kami tagline ini menjadi sangat penting.
GOOD is not enough anymore, WE must be DIFFERENT
Maka gunakan pola Kaizen ( Kai =
perubahan , Zen = baik) Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang
memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Setelah terjadi
perubahan-perubahan di keluarga kita, mulailah masuk lingkaran 2 yaitu
masyarakat/komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi
spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di kecamatan ini, di kota ini atau
di negara ini. Lihatlah kemampuan anda, mampu di level mana. Maka jalankan
perubahan-perubahan tersebut, dari hal
kecil yang kita bisa.
START FROM THE EMPHATY
Inilah kuncinya. Mulailah
perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita
lakukan di keluarga. Sehingga aktivitas kita di masyarakat tidak akan
bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan
melengkapi.
Setelah EMPHATY maka
tambahkan PASSION, hal ini akan
membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masyarakat.
KELUARGA tetap no 1, ketika bunda
aktif di masyarakat dan suami protes, maka itu peringatan lampu kuning untuk
aktivitas kita, berarti ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah
protes, maka itu warning keras, LAMPU MERAH. Artinya anda harus menata ulang
tujuan utama kita aktif di masyarakat.
Inilah indikator bunda salihah,
yaitu bunda yang keberadaannya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan
lingkungan sekitarnya. Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa
berkontribusi kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “rasa TENTERAM”.
Salam,
/Septi Peni/
Pertanyaan 1. Novita – IIP Tangerang
Selatan
Makasih bunda Septi materinya.
Saat aktif di masyarakat seperti di komunitas ini, suami kadang support
kadang juga protes. Bagaimana menyeimbangkan peran dan waktu kita antara
keluarga dan kiprah kita di masyarakat. Terutama saat bentrok waktu antara
acara komunitas dengan acara keluarga dengan suami.
Jawaban :
Bunda Novita, ini pentingnya materi-materi
di Bunda Cekatan, salah satunya adalah "Manajemen Waktu".
Maka penting buat bunda memberikan terlebih dahulu agenda aktivitas kita di
komunitas kita selama 1 minggu ke depan, 1 bulan kedepan dan obrolin ke
suami, minta ridhonya. Kunci saya cuma satu, apabila pak Dodik ridho (dalam
bentuk ACC), maka saya komit menjalankan. Apabila tidak ridho
maka semenarik apapun, tidak akan saya jalankan. Saya berikan hal ini ke
komunitas. Setelah disepakati suami, kemudian minta keikhlasan anak-anak, bunda
akan sibuk di tanggal-tanggal ini, anak-anak bagaimana, memilih bersama bunda
atau ingin aktivitas lain?.Ketika sudah disepakati jauh-jauh hari sebelumnya,
dan mendadak ada acara keluarga yang non takziah, maka minta izin ke suami
untuk menyelesaikan komitmen komunitas, baru menyusul ke acara keluarga. Karena
kitapun akan melatih anak-anak soal komitmen ini. Begitu juga sebaliknya
apabila acara mendadaknya adalah suami sakit/anak saki sehingga membuat ridho
suami berkurang, maka kita harus mencari back up orang lain untuk
komunitas. Skala prioritas menjadi sangat penting.
Pertanyaan 2. Farda – IIP Surabaya
Bagaimana kita mengelola resiko yang
mungkin terjadi saat kita mencoba menjejak keluar rumah. Misal, hantaman
lingkungan, dipandang sebelah mata, tuduhan-tuduhan miring bahkan ada yang
saklek kita dianggap sebagai apa ya istilahnya kalau seperti kasusnya ustadzah
Oki itu, disebut ustadzah-ustadzahan. Padahal maksud kita hanya ingin sekedar
berbagi yang sudah dijalani, tidak lebih dari itu. Bukannya jika tahu satu
ayat, maka sampaikanlah, apa memang kita harus benar-benar expert baru
bisa tenang menjejak keluar? Terimakasih.
Jawaban :
Mbak Farda, selama ALLAH dan RASULnya
TIDAK MURKA, maka lanjutkan. Karena orang yang menjalankan MISI HIDUP
itu pasti akan datang ujian. dan keyakinan kita akan MISI SPESIFIK HIDUP, tidak
membuat kita cepat putus asa. THERE is NO PROBLEM, CHALLENGE!
Pertanyaan 3. Lendy – IIP Bandung
Bunda Septi, saya terkadang menjadikan
anak nomer kesekian (kalau ada yang dititipkan) dan saya bertholabul ilmi. Kalau
begitu, bolehkah?
Jawaban :
Teh Lendy, seorang ibu yang menuntut ilmu itu didasari
oleh suatu niat baik yaitu proses "MEMANTASKAN DIRI" agar kita
semakin layak di mata Allah, untuk mendapatkan anak-anak HEBAT. Maka ketika
berproses thalabul 'ilmi, tetapi menempatkan anak ke nomor kesekian, maka
lama-kelamaan akan muncul ketidakseimbangan hidup. Maka sesuatu yang tidak
seimbang pasti akan mendatangkan guncangan untuk membuat sebuah keseimbangan
baru. Hal inilah yang membuat kita kadang merasa tidak "TENTERAM"
dalam menjalani aktivitas. Kalau berdasarkan pengalaman saya, selalu memakai
rumus yang diucapkan pak Dodik :
"BERSUNGGUH-SUNGGUHLAH
KAMU DI DALAM, MAKA KAMU AKAN KELUAR DENGAN KESUNGGUHAN ITU"
Ketika ada kesempatan thalabul
'ilmi, contoh lolos seleksi konferensi di luar negeri, pak Dodik selalu tanya,
apa manfaatnya untuk anakmu? Baru ditanyakan apa manfaat untuk peran hidupmu di
masyarakat? Apabila pertanyaan pertama tidak bisa dijawab, artinya exit
permitt tidak keluar. Dan saya harus ikhlas menerima.
Pertanyaan 4. Niken – IIP Salatiga
Kenapa ibu menekankan kata
tenteram, Bu? Adakah berkontribusi kebermanfaatan seseorang tapi ia tidak
tenteram? Dlm konteks kasus positif maksud saya.
Jawaban :
Ada mbak Niken, ketika dasar
mulainya kebermanfaatan ini bukan didasari sebuah niat kuat untuk memperbaiki
keluarga kita. Contoh saya merasa sudah bermanfaat untuk banyak orang
dengan membuka kelas untuk ibu-ibu. Namun selama menjalankan kebermanfaatan ini
, anak-anak saya merasa terlantar, karena ibunya asyik sendiri dengan
"kelas yang rasanya sebagai program
kebermanfaatan". Lama-lama hati
kecil kita pasti akan terusik, karena melihat kondisi anak-anak kita. Hal ini
membuat kita TIDAK TENTERAM. Karena sebuah ketidakseimbangan.
Saya tambahkan sedikit, biasanya
program kebermanfaatan yang membuat kita TIDAK TENTERAM itu bermula dari
sebuah PELARIAN. Lari dari kenyataan hebohnya menjadi ibu, lari dari
kenyataan kondisi penindasan di dalam rumah sendiri, lari dari kenyataan
"tidak sukanya kita terhadap anak-anak. Lari dari kenyataan "Status
seorang ibu rumah tangga” dll
Pertanyaan 5. Wening - IIP
Bandung.
Ibu, anak-anak selalu ikut saya
dalam berrbagai kesempatan. Mendengarkan saya membicarakan cashflow,
sidak karyawan, berkeliling Bandung dengan berbagai dinamika kemacetannya. Yang
membuat saya galau, tak jarang anak-anak terlihat bosan. Walaupun saya siapkan
beribu amunisi penghilang bosan. Baiknya bagaimanakah Ibu?
Jawaban :
Teh, rentang konsentrasi anak
adalah 1 menit x umurnya, maka teteh harus paham berapa lama anak kita libatkan
dalam aktivitas kita? Maka berapa amunisi baru yang perlu disiapkan. Setelah
tahap pertama terpenuhi, keterlibatan
anak-anak dalam proses aktivitas kita, akan
membuat rentang konsentrasinya naik. Misal membuat dokumentasi
acara, mengambil peran sebagai asisten sorot kita dll sesuaikan dengan peran kita.
Kalau selama berkeliling Bandung, maka anda harus menjadi tour guide
anak yang menarik. Bermain peranlah, jangan terlalu kaku. "Selamat
pagi Bapak dan Ibu, kita sekarang sampai di Taman Lansia, disini kita akan bisa
melihat bla....bla...bla, Wow dan sekarang kita melewati bla...bla... Kalau
sudah sampai maka ucapkan terimakasih sudah mengikuti program perjalanan kami
dengan baik, sampai jumpa di acara berikutnya dll. Ini materi Bunda Sayang.
Maka mengapa bunda shalehah itu harus melewati tahapan bunda sayang, bunda
cekatan dan bunda produktif terlebih dahulu. BIAR TENTERAM.
Pertanyaan 6. Siti Anisa Maryam –
IIP Bandung
Bu, bagaimana jika kontribusi
kita di luar rumah diridhoi suami tapi kurang disukai orang tua?
Jawaban :
teh Anis, ajak ngobrol orangtua,
atas dasar alasan apa tidak menyukai kontribusi kita di luar rumah. dan ajak
ngobrol suami, atas dasar apa menyukai kontribusi kita di luar rumah. Kemudian cross
check mana diantara dua alasan tersebut yang lebih dekat ke ridho ALLAH
dan RASULNYA? maka ambil yang lebih mendekati ridhoNya.
Pertanyaan 7. Fauziah Zy - IIP
Depok
Mohon maaf bu. Sy mau tanya yang
masih berkaitan dengan materi sebelumnya. Ibu pernah katakan bahwa kalau kita
menjalani aktivitas dengan passion yang kita senangi tidak mudah sakit.
Tp koq saya sering sakit jika kelelahan beraktifitas ya bu.. padahal saya
bahagia menjalankannya.. hehe..
Jawaban :
Mbak Zy, sakit itu sebenarnya
adalah sebuah gejala adanya "ketidakseimbangan" penggunaan fungsi
organ tubuh kita. Maka perlu keseimbangan ya mbak Zy.
Pertanyaan 8. Farda – IIP Surabaya
Bu, pernah tidak mengalami reset
ulang kegiatan? Maksud saya misal ketika kita mencoba menjejak keluar, ada alarm
tidak tenteram dari diri atau alarm dr suami dan anak. Lalu kita harus burning
lagi dari awal untuk bisa mencoba kegiatan keluar lagi?
Jawaban :
Sering mbak, hal itu bisa kita
ketahui dari seringnya kita ngobrol dengan keluarga baik "master
mind" maupun "false celebration". Sehingga apabila
ada yang kurang berkenan dengan aktivitas kita di luar cepat kita ketahui,
tidak terpendam dan akhirnya menjadi "bom waktu" yang tinggal kita
tunggu meledaknya.
Pertanyaan 9. Noni – IIP Tangerang
Bu Septi, apa prinsip-prinsip utama
pola Kaizen?
Jawaban :
Ini
prinsipnya mbak . Kaizen merupakan aktivitas harian yang pada prinsipnya
memiliki dasar sebagai berikut:
1. Berorientasi pada proses
dan hasil.
2. Berpikir secara sistematis
pada seluruh proses.
3. Tidak menyalahkan, tetapi
terus belajar dari kesalahan yang terjadi di lapangan.
[Materi ini ada di Bunda Cekatan secara
lengkapnya, saya ambil beberapa poin penting]
Beberapa point penting dalam
proses penerapan KAIZEN yaitu :
❤Konsep 3M (Muda, Mura, dan Muri)
dalam istilah Jepang. Konsep ini dibentuk untuk mengurangi kelelahan,
meningkatkan mutu, mempersingkat waktu dan mengurangi atau efisiensi biaya. Muda
diartikan sebagai mengurangi pemborosan, Mura diartikan sebagai
mengurangi perbedaan dan Muri diartikan sebagai mengurangi ketegangan.
❤Gerakan 5S (Seiri, Seiton,
Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) atau 5R. Seiri artinya membereskan
tempat kerja. Seiton berarti menyimpan dengan teratur. Seiso
berarti memelihara tempat kerja supaya tetap bersih. Seiketsu berarti
kebersihan pribadi. Shitsuke berarti disiplin, dengan selalu mentaati
prosedur ditempat kerja. Di Indonesia 5S diterjemahkan menjadi 5R, yaitu
Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin
❤Konsep PDCA dalam KAIZEN. Setiap
aktivitas usaha yang kita lakukan perlu dilakukan dengan prosedur yang benar
guna mencapai tujuan yang kita harapkan. Maka PDCA (Plan, Do, Check dan
Action) harus dilakukan terus menerus.
❤Konsep 5W + 1H. Salah satu alat pola
pikir untuk menjalankan roda PDCA dalam kegiatan KAIZEN adalah dengan teknik
bertanya dengan pertanyaan dasar 5W + 1H (What, Who, Why, Where, When dan
How).
Pertanyaan 10. Mesa – IIP Bandung
Ibu, saat ini saya sedang
menguatkan diri untuk menjalankan misi hidup spesifik sebagai planner di
bidang pendidikan anak usia dini, yang mana jam bermain dengan anak (usia 2
tahun), saya jadikan jam terbang.Terkait dengan peran di lingkaran kedua,
apakah aktivitas bermain bersama anak-anak tetangga sekitar dengan rentang usia
3-11 tahun, bisa saya jadikan awalan? Karena saya melihat kesempatan untuk
melakukan perubahan dari situ terkait pola pendidikan anak. Kemudian, mengingat
latar pendidikan saya bukan dari pendidikan, dan sependek ini saya belajar
parenting dari forum-forum belajar dan komunitas, jika ingin menjadi spesialis
di bidang tersebut, suatu saat perlukah mengambil pendidikan formal atau
sejenisnya untuk menguatkan pondasi? Terimakasih bu.
Jawaban :
Teh Mesa dan bunda semuanya yang
senada pertanyaannya, inilah pentingnya program 7 to 7 di Ibu Profesional.
Dimana aktivitas bermain kita bersama anak akan menjadi bagian dari jam terbang
ranah produktivitas kita di bidang tersebut. Setelah itu merambah ke lingkungan
terdekat, dengan tidak meninggalkan anak-anak kita sebagai fokus utamanya.
Terus jalankan, selama Teteh dan bunda semuanya sedang menjalankan misi hidup,
biasanya selalu ada jalan, meski memang tidak semuanya mudah. Kalau mau
mengambil pendidikan formal silahkan, nggak juga nggak papa. Dulu saya pernah
ada godaan untuk mengambil jalur formal dalam rangka menguatkan pengalaman
praktisi saya di dunia pendidikan. Tetapi setelah saya pikir-pikir, untuk apa? Karena
ternyata saya nyaman dengan dunia praktisi bukan akademisi. Sehingga Allah
selalu mempertemukan orang-orang akademisi ketika saya seminar menyampaikan
sesuatu. Apa yang sudah saya kerjakan selama ini di dunia pendidikan disebut
sebagai teori bla....bla.... Bagaimana cara saya menguatkan kapasitas diri?
dengan silaturahim ke ahli, ikut kuliah-kuliah online sesuai dengan bidang yang
kita perlukan, praktik, praktik dan praktik, cari ilmu lagi, cari ilmu
lagi....:)
Tambahan :
Makanya perlu tanya ke diri
sendiri lebih detil ya mbak, saya waktu itu sudah nggak ada keinginan untuk
menjadi dosen, professor dll. Saya hanya ingin menjadi Ibu rumah tangga yang
manfaat. Dan kuliah saya di jalur formal tidak akan mempengaruhi "pendapatan
finansial" yang biasanya diributkan banyak orang karena dilihat strata
pendidikannya. Titel? sudah saya simpen jauh-jauh, sekarang hanya menginginkan cumlaude
dg titel almarhumah, jadi mau apa lagi? Tapi kalau kondisi sebaliknya? bunda
harus kejar dengan keseimabangan, biar TENTERAM.
Pemantapan praktik materi ini berlanjut dengan pemberian Nice Homework 8 yang terdapat pada postingan berikutnya.
Comments
Post a Comment