Rabu 20 April 2016
Resume sharing Home Education Anak Usia Dini dari teh Wiwik Wulansari :
Sebelum mengenal dunia parenting dan HE, saya punya pemikiran bahwa sejatinya pendidik pertama anak adalah orangtua. Karena yang saya tau dunia anak adalah dunia bermain dan momen membangun bonding, maka ketika anak pertama lahir, saya selalu berusaha menyediakan waktu untuk menyiapkan permainan dan bermain bersamanya. Lama-lama sejak usianya menginjak 1 tahun, saya buat lesson plan yang isinya jadwal bermain.
Panduan membuat jadwal main ini berdasarkan stimulasi sesuai perkembangan usia anak 0-5 tahun dengan parameter: motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (tabel stimulasi anak 0-5th bisa di downloadhttps://www.dropbox.com/…/Stimulasi%20anak%20usia%200-72%20…)
Kemudian untuk evaluasinya menggunakan KPSP (kuisioner pra skrining dan perkembangan) yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak, normal atau ada penyimpangan, yang di evaluasi per 3 bulan. download:https://www.dropbox.com/…/Kuesioner%20Pra%20Skrining%20Perk…
Selain itu, dalam jadwal lesson plan juga disisipkan nilai-nilai yang dianggap penting oleh keluarga kami, iman, meneladankan adab, dan akhlak, menguatkan bahasa ibu dan bermain di alam. Yang belum kesampean sampai sekarang adalah memelihara binatang.
Pada prakteknya, engga selalu ngikutin jadwal plan yang dibuat, karena dalam keseharian, bermain bisa berupa apa saja tebak2an, petak umpet, kejar2an, lompat2an,dll yang terpenting membangun bondingnya, bukan konten materinya, kalo anak jadi bisa belajar dengan bermain ya bonus aja. Dan pajangan lesson plan itu buat contekan, stimulasi apa yang belum diberi, atau ide permainan apa yang bisa dikerjain hari ini.
Ilmu parenting dan framework Hebat dari Ust. Harry juga menjadi panduan kami dalam melaksanaan HE ini usia dini:
Bagaimana kami berbicara kepadanya dengan lebih banyak memantulkan perasaannya, memandu kemandiriannya, menerima perasaan anak dan menghargai pilihannya adalah poin penting juga. Rileks saat dia memilih baju piyama untuk ke tempat wisata, atau keukeuh pakai celana terbalik. Rileks untuk menerima saat dia menangis, marah atau tidak mau berbagi dengan adiknya.
Bermain-main yang selama ini dilakukan pun sesuai dengan framework HE untuk anak usia masa pralatih yaitu: rich sensor and motor experience (pengalaman aktivitas yang menstimulasi sensori/panca indera, motorik kasar dan motorik halus), open ended play (permainan kreasi bebas dengan loose part tanpa tujuan akhir) dan imaginative play/ pretend play (main pura-pura) dimana anak sebagai player dan orangtua sebagai fasilitator.
Lalu saat usianya mulai 3 tahun, saya tidak lagi menggunakan lesson plan, karena keinginan untuk belajar dan berkreasi seringkali datang sendiri dari si anak. Biasanya di mulai dari bertanya, saya percaya anak punya fitrah belajar dan dia adalah pembelajar sejati. Menguatkan fitrah belajar ini, saya merujuk pada games curiosity intelligent a la bu Septi Peni Wulandani jika anak sudah mengajukan pertanyaan.
misal: tentang kue kesukaan anak saya:
what, who, where, when, why, how?
misal: itu apa? what: pancake,
who: siapa yang membuat?
where: dimana dibuatnya?
when: kapan membuatnya?
why: kenapa membuat pancake? kenapa bentuknya seperti itu?
who: siapa yang membuat?
where: dimana dibuatnya?
when: kapan membuatnya?
why: kenapa membuat pancake? kenapa bentuknya seperti itu?
how: gimana cara bikinnya?apa bahannya?
Dari games ini maka bisa mengembangkan rasa ingin tahunya menjadi: mengapa tidak…bagaimana jika…: mengapa pancakenya tidak diberi kunyit dan tidak dipanggang, bagaimana jika bentuknya segitiga.
Dan dari rasa penasaran ini kelak memunculkan imaginative creation, art of discovery dan nobble attitude. Sehingga kami membantu mewujudkan kreasinya dan membolehkan menambahkan kunyit ke pancake ataupun masukin sabun, batu dan tanah ke percobaan volcano kami.
Walaupun belum sampai menjadi penemuan dan bermanfaat tapi kadang saya punya catatan dari hasil kreasinya seperti: nambahin sabun ke percobaan volcano membuat luapan asam sitrat+soda menjadi perlahan dan gelembung busa yang keluar lebih besar.
Untuk fitrah bakat, kami mengumpulkan portofolio hasil karyanya, gambarnya, dokumentasi perjalanan, dan aktivitas anak yang paling membuatnya berbinar. Karena kelak kami ingin dia bekerja sesuai passion dan bahagia maka sejatinya kami orangtuanya lah yang harus memulai itu. dan ke depan, mengenalkannya dengan tokoh2 tersebut.
Sementara ini, hanya berupa mengenalkan pekerjaan melalui buku dan keseharian yang dilihat, tapi ketika dia sedang intens bertanya tentang suatu profesi kami berusaha membawanya ke tempat itu. Seperti saat dia bertanya tentang polisi, kami membawanya ke polres Bandung di jl. jawa dan mengobrol dengan bapak polisi.
IMHO, perlu atau tidaknya lesson plan ini, tergatung style keluarga masing-masing karena setiap keluarga itu unik. Yang bikin lesson plan bukan berarti berlebihan dan yang ga bikin bukan berarti ga ada arah atau lebih baik. Selama visi misi keluarga jelas, nilai apa yang mau ditanam maka operasionalnya disesuakan dengan keunikan keluarga masing-masing.
Disampaikan oleh : bubu Wiwik Wulansari
#griyariset
#ODOPfor99days
#day35
#homeeducation
Comments
Post a Comment