Senin kemarin, kami kembali bertemu di ruang WhatsApp untuk masuk ke tahap belajar selanjutnya, materi keempat. Berhubung ramadan, jam belajar yang awalnya setiap 20.00-21.00, menyesuaikan menjadi jam 09.00-10.00. Dengan dipandu host mba Andit dari IIP Malang Raya, diskusi berlangsung efektif dan efisien. Materi yang padat ilmu di lanjutan dengan tanya jawab sebanyak 7 pertanyaan yang memotivasi. Menguatkan tekad, mengayun langkah, untuk bersama menjadi ibu profesional. Berikut resume materinya,
PROGRAM MATRIKULASI IBU PROFESIONAL BATCH #1
MATERI KE #4
IBU, MANAJER KELUARGA HANDAL
Mind Map materi buatan pribadi |
MOTIVASI BEKERJA IBU
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk
ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan ibu bekerja adalah sebutan untuk
ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya
semua ibu adalah ibu bekerja, yang wajib profesional menjalankan aktivitas di
kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat
yang sama, yaitu kita harus SELESAI dengan manajemen rumah tangga kita, kita
harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun.
Sehingga anda yang memilih sebagai ibu rumah tangga, akan lebih profesional
mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang ibu bekerja, tidak
akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di
ranah domestik.
Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita
bekerja di rumah?
a. Apakah masih ASAL KERJA, menggugurkan kewajiban saja?
b. Apakah didasari sebuah KOMPETISI, sehingga selalu
ingin bersaing dengan keluarga lain?
c. Apakah karena PANGGILAN HATI, sehingga anda merasa ini bagian
dari peran anda sebagai khalifah?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action
kita dalam menangani urusan rumah tangga.
a. Kalau anda masih ASAL KERJA maka yang terjadi akan
mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai
beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
b. kalau anda didasari KOMPETISI, maka yang terjadi anda
stres, tidak suka melihat keluarga lain sukses
c. Kalau anda bekerja karena PANGGILAN HATI, maka yang
terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada.
Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.
Masih ingat satu quote di Ibu Profesional kan,
“The only reality is YOUR PERCEPTION”
Peran Ibu sejatinya adalah seorang manajer keluarga, maka
masukkan dulu di pikiran kita
“SAYA MANAJER
KELUARGA”, kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manajer.
a. Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian
yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai
manager keluarga.Kalau saya memakai istilah 7to7, dari jam 7 pagi - 7 malam,
menggantung daster, memakai pakaian yang rapi, layak, nyaman.
b.Rencanakan segala
aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi
c.Buatlah skala prioritas
d.Bangun komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.
MENANGANI KOMPLEKSITAS TANTANGAN
Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik
di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu
kita praktikkan yaitu :
A. PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama
menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan
suami.
- Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini
- Aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer
dan reminder kegiatan kita
B.ONE BITE AT A TIME
Apakah itu one bite at a time?
- Lakukan setahap demi
setahap
- Lakukan sekarang
- Pantang menunda dan
menumpuk pekerjaan
C. DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan,
entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.
Ingat anda adalah manajer, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang
lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada
aturan anda.
Latih - percayakan - kerjakan - ditingkatkan - latih lagi - percayakan
lagi - ditingkatkan lagi begitu seterusnya.
Karena pendidikan anak adalah dasar
utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan
delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan
anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.
PERKEMBANGAN PERAN
Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau
sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di
bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita
masih “SEKEDAR MENJADI IBU”. Ada beberapa hal yang saya lakukan ketika ingin
meningkatkan kualitas saya agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain :
a. Dulu saya adalah
kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan
pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang. Maka
saya tingkatkan ilmu saya di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang
bisa menjadi manajer keuangan keluarga.
b. Dulu saya adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak
keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa
ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat saya jenuh di
dapur. Akhirnya saya cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah
perubahan peran.
c. Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, saya adalah tukang
antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat saya tidak bertambah pintar di
urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak
ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.
Akhirnya saya cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran
saya menjadi “manajer pendidikan anak”. Anak-anakpun semakin bahagia karena
mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur
formal.
d. Cari peran apalagi, tingkatkan lagi… dan seterusnya.
TANYA JAWAB
1. Andita_Malang
"Because women are ummun wa robbatul bait"
karena perempuan adalah ibu & manajer rumah tangga. Dari dulu sy sudah suka
dengan caption itu, Bu. Yang ingin saya tanyakan di point B. One Bite at a Time :lakukan
setahap demi setahap. Misalnya dalam mendapatkan ilmu dan mempraktikkannya. Bagaimana
caranya agar kita tidak menjejali diri dengan berbagai ilmu dan blm 'selesai'
dalam praktik dan mnjadikannya habits Bu?huhuhu..kadang poin X baru
separuh jalan uda kepincut pingin njalani poin Y dan seterusnya.
Jawab : Mbak Andita, situasi yang mbak Andita katakan tadi, pasti
akan terjadi kalau sang ibu belum tahu peran hidupnya apa dan bidang yang akan
ditekuninya apa. Sehingga masuk kategori galau, semua ingin dipelajari,
tetapi belum tentu semua bisa dijalani. Sehingga hal ini akan membuat kita
makin galau. Kalau teman-teman menjalankan dengan sungguh-sungguh tahapan
matrikulasi ini, pasti akan lebih mudah menemukan "prioritas hidup".
Ilmu -ilmu mana yang memang sifatnya WAJIB kita amalkan, dan ilmu-ilmu mana
yang sifatnya hanya menjadi referensi untuk menguatkan ilmu utama. Prinsip selanjutnya adalah "tumbuh
bersama" anak. Jangan sampai gara-gara merasa masih kurang dan belum
selesai dengan diri kita, justru mengabaikan pendidikan anak. Belajar bersama,
tumbuh bersama. Pastikan di keluarga kitalah, anak-anak dan diri kita bisa
tumbuh dengan optimal, karena semua bisa menjadi guru, dan semua bisa menjadi
murid.
2. Yessy_Sumatera Utara
Assalamualaikum wr. wb
Bu, bagaimana caranya agar saat kita berusaha menswitch
pikiran dengan hal yang positif dapat bertahan lama?
Tantangan saya adalah saya dan suami masih belum mampu
menemukan cara komunikasi yang tepat dengan orangtua dalam hal mendidik anak
kami. Hal ini membuat saya lebih banyak memilih mengajak anak beraktivitas di luar
rumah. Karena sering keluar rumah, saya menjadi kelelahan menyiapkan urusan
domestik sebelumnya.
Jawab : Wa'alaykumsalam wr.wb mbak Yessy. Sekali lagi the only
reality is your perception. Maka buatlah persepsi positif terlebih dahulu
dengan diri kita, setelah yakin, masukkan persepsi positif tentang orang-orang
di sekitar kita. Jangan perhatikan sisi buruknya, selalu panggil sisi baik
orang-orang di lingkaran pertama kita, meski saya akui itu berat. Kalau LOLOS
berarti naik kelasnya tinggi, hehehe.
Kemudian ketika kita belum selesai berkomunikasi dengan
orang-orang di lingkaran pertama seperti orangtua kita, maka kuncinya TIDAK
BOLEH PUTUS ASA. Berikan stimulus porsi kecil tapi sering. Nah
selama proses tersebut, mengajak anak beraktivitas keluar rumah adalah cara
yang tepat. Saya dulu juga mengerjakan hal tersebut :). Kemudian aktivitas luar
rumah bersama anak ini saya maknai sebagai jam kerja saya yang utama yaitu
mendidik anak. Maka urusan domestik lainnya, harus bisa selesai sebelum jam
kerja tersebut. Kalau tetap tidak memungkinkan menyelesaikannya maka
DELEGASIKAN ke orang lain untuk urusan non pendidikan anak.
3. Nia nio nidia_Depok
Karena misi masa depan, saat ini saya masih harus bekerja di
ranah publik, sehingga masih mendelegasikan pendidikan anak ke eyang putrinya,
mama saya, untuk senin-jum'at 06.00-19.00.
1. Apa dan bagaimana strategi paling jitu agar mama saya
sepemahaman dengan kurikulum mendidik yang telah kami buat?
2. Mama saya sejak awal menikah menjadi ibu rumah tangga,
namun yang saya rasakan juga bukan termasuk yang profesional. Karena banyak hal
yang menurut saya kurang, ilmu mama baik agama maupun keuangan dan kecekatan
kurang. Sejak sebelum menikah saya punya niat, saya gak mau seperti mama saya,
saya ingin jadi lebih baik. Begitu ikut matrikulasi saya seoptimal mungkin shift
mode di rumah jadi ibu. Kadang karena mama saya dulu tidak begitu dia
memandang apa yang saya lakukan berlebihan. Dia tidak suka melihat anaknya
repot dan membandingkan dengan suami saya yang tidak melakukan pekerjaan
domestik sehingga menyalahkan suami saya. Padahal saya sampaikan saya bahagia
melakukan ini dan saya ingin meraih pahala dari Allah. Sampai ketika saya
sampaikan saya punya cita-cita resign 5 tahun lagi untuk full di
rumah dan home education anak saya pun, mama saya nampak tidak
sependapat. Yang hanya saya takut mama saya tidak rida dan niat saya terhambat.
Bagaimana ini ya, menjembataninya, Bu?
Jawab : Mbak Nia, kalau kondisi saat ini menurut mbak dan suami
adalah kondisi pilihan yang terbaik untuk anak-anak, maka terima dengan sepenuh
hati. Kuncinya hanya satu, kita harus siap menanggung resiko yang terjadi,
dan jangan pernah menyalahkan mama, apapun kondisinya.
Maka kalau tipe mama adalah seseorang yang mau belajar,
bantu mama dengan ilmu. Apa yang mbak nia baca, mama juga ikut baca. Ajak
ngobrol mama setiap saat seputar ilmu pendidikan terkini. Berikan hal-hal
praktis yang membuat mama bisa menerapkannya dalam mendampingi anak-anak kita
selama kita bekerja.
Kalau hal tersebut tidak bisa dilakukan, maka cari asisten
rumah tangga yang bisa anda didik dengan baik, kemudian minta mama berperan
sebagai supervisornya. Sebagai manajer keluarga, anda harus latih ilmu-ilmu apa
saja yang harus dikuasai oleh seorang pelaksana pendidikan dan seorang
supervisor.
Andaikata tetap tidak bisa lagi, maka memang diri kita orang
yang paling tepat. Segera ambil peran tersebut sebelum terlambat. Kalau ibu
tidak meridai karena urusan duniawi, maka yakinkan bahwa ini akan baik untuk
urusan akhirat. Karena orang yang memikirkan akhirat, maka dunia akan ikut.
Setelah itu buktikan bahwa kita bisa. Pengalaman saya, mulai dari ibu tidak
rida, sampai sekarang sangat mendukung aktivitas saya sebagai ibu manajer kelaurga . Dan itu saya perlu proses
4 tahun untuk menyakinkan beliau.
4. Novita_Tangerang Selatan
Bagaimana cara menyeimbangkan tantangan kerja dan urusan
domestik yang seringkali berkejaran satu sama lain dan bagaimana cara mendelegasikan
pemahaman kita pada ART terkait cara mendidik anak?
Jawab : Mbak Novita, kuncinya pada KESUNGGUHAN dan MANAJEMEN
WAKTU. Kalau kalimat yang selalu pak Dodik sampaikan ke saya sejak dulu
ketika galau antara pekerjaan domestik dengan pekerjaan publik adalah seperti
ini :
"Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan
keluar dengan kesungguhan itu".
Dalam saya maknai sebagai urusan domestik, luar saya maknai
sebagai urusan publik. Maka mulailah mengerjakan hal-hal profesional yang mbak
sering lakukan di tempat kerja, terapkan di rumah terlebih dahulu, misal:
a. Di tempat kerja, kita malu kalau tidak tepat waktu,
maka di rumah kita harus lebih malu lagi kalau tidak tepat waktu.
b. Di tempat kerja kita tampil cantik, maka di rumah
harus lebih cantik.
c. Di tempat kerja kita sabar dengan anak orang
lain/rekan sekerja kita, maka di rumah harus lebih sabar lagi dengan anak dan
suami.
d. Di tempat kerja ada perencanaan yang bagus, maka di
rumah harus lebih bagus lagi.
Sehingga luangkan waktu khusus ke ART mbak untuk magang cara
mendidik anak, ketika mbak Novita di rumah dan mendidik anak. Suruh duduk,
lihat dan catat, kemudian berikan menu pendidikan anak dengan rotasi 10 hari-an
ke ART kita, siapkan alat dan bahannya, kemudian latih lagi sampai ART kita
mahir melakukannya.
Hal tersebut di atas yang saya lakukan untuk ART saya,
sehingga 5 tahun bersama saya, ART saya sekarang sudah bisa menjadi guru TK dan
sekarang membina rumah tangganya sendiri dengan kondisi lebih baik dari saya
ketika saya di awal menikah. Bahkan sekarang bisa jadi pengusaha. Seorang
perempuan desa yang tadinya minder karena hanya lulusan SMP sekarang jadi
Percaya Diri.
There is no try, DO or DO NOT
Segera lakukan yang terbaik, karena tidak ada yang sia-sia
di muka bumi ini.
Setelah tanya jawab berakhir, diskusi masih dilanjutkan antar peserta. Adapun tindak lanjut dari materi ini adalah Nice Homework yang akan ditulis di tulisan berikutnya.
#ODOPfor99days
#day8
#ibuprofesional
#griyariset
Comments
Post a Comment