Kemandirian adalah kunci utama menumbuhkan rasa percaya diri
anak. Yang perlu dibantu secara keseluruhan adalah bayi usia 0-12 bulan. Selanjutnya,
perlu dilatihkan kemandirian secara bertahap sesuai tingkatan usia.
Apa yang menjadi KENDALA?
Kondisi yang dialami anak saat ini, terutama yang sekolah
formal, adalah terbebani dengan banyak PR. Anak overload dan stres
sehingga terjadi perubahan mental seperti takut bertemu banyak orang, mencari pelarian
ke game.
Contoh kasus : Ketika melihat anak banyak PR, orangtua kasihan
dan memberikan keleluasaan pada anak-anak, membebaskannya dari tugas rumahan.
Sehingga tugas hidup anak-anak yang idealnya dilatihkan dengan bertahap
sepenuhnya dikerjakan oleh orang tua.
Bagaimana INDIKASInya?
Ada rasa takut ketika lepas dari orangtua. Kemandirian
berkorelasi dengan kepercayaan diri. Apakah kita adalah orangtua yang tidak sabar
saat melihat anak tidak rapi dalam melakukan pekerjaannya? Jika ya, maka kita
telah menghilangkan kesempatan latihan baginya.
Memberikan rasa percaya pada anak merupakan hal penting
dalam melatih kemandirian untuknya.
Bagaimana KITA (sebagai orangtua) DI MATA ANAK?
Apakah Ibu yang harus dibantu? Atau Ibu yang mandiri?
Sudahkah kita menjadi teladan yang baik untuknya?
PENYAKIT ORANGTUA
1. MEMANJAKAN ANAK
Memberikan apa yang tidak dibutuhkan anak
dan melakukan hal-hal yang sebenarnya bisa dilakukan sendiri oleh anak.
Contoh:
Membelikan sepatu bertali dengan gambar
yang lucu. Padahal dia belum bisa menggunakan sepatu bertali/belum selesai
dengan motoriknya. Sehingga menimbulkan konflik, dimana anak belum bisa
menalikan sendiri dan membuat repot orangtua.
2. TIDAK KONSISTEN
Mengikuti semua kemauan anak, aturan sangat
longgar, tidak ada punishment ketika anak melakukan kesalahan. Punishment
disini bukan untuk menakut-nakuti, tapi sebuah kesepakatan. Sebagai konsekuensi
dari melakukan kesalahan/tidak melakukan kesepakatan.
Jadi saat anak melakukan kesalahan, kita
diam. Atau bahkan kita sendiri yang tidak konsekuen.
3. UNSECURE
Takut kehilangan anak. Sehingga orangtua
sangat melindungi anak.
4. MERASA BERSALAH
Saat orangtua hadir, merasa bahwa itu
merupakan sarana untuk membalas semua waktu yang hilang.
5. PENGALAMAN MASA KECIL
Suasana yang menyedihkan/sengsara saat
kecil, bisa juga suasana sangat nyaman.
6. TIDAK MAU RIBUT DENGAN ANAK
Semua dikerjakan sendiri oleh orangtua.
APA YANG DIPERLUKAN JIKA KITA INGIN MELATIH KEMANDIRIAN
ANAK?
1. KONSISTENSI
Buat program, dalam 7 hari konsisten
membersihkan kamarnya sendiri. Bukan hanya anak, tapi seluruh anggota keluarga
di rumah.
2. MOTIVASI
Hubungkan dengan mimpi
anak.
Misal, mimpi kuliah keluar negeri. Siapkan
menata kamar sendiri, menyiapkan sarapan sendiri, mengelola keperluan
pribadinya sendiri.
3. KETELADANAN
Orangtua juga turut andil dalam program
tersebut dengan melakukan hal yang sama.
LANGKAH MENDUKUNG KEMANDIRIAN ANAK
1. Rumah didesain untuk anak.
Merupakan faktor pendukung kemandirian anak
Contoh : Desain saklar supaya anak bisa
menyalakan lampu sendiri, desain gantungan baju di kamar mandi supaya anak bisa
menaruh baju dan handuk dan keluar kamar mandi dengan baju yang sudah berganti,
desain wastafel cucian piring yang membuat anak dapat mencuci piringnya
sendiri.
2. Membuat aturan bersama anak
Sering ngobrol bersama keluarga, family
meeting. Semisal saat weekend, selesai sholat maghrib, minum teh
bersama. Jika tidak sering, maka anak akan tahu, bahwa ngobrol dilakukan saat
ada momen tertentu, misal saat anak melakukan kesalahan
3. Konsisten melakukan aturan.
Jalankan konsekuensi yang telah
disepakati saat family meeting.
Bukan orangtua yang memutuskan punishment.
4. Anak diberitahu resiko.
Saat anak mau belajar di dapur, kenalkan resiko mulai dari cipratan minyak,
terkena api dan kenalkan manajemen resikonya (safety first).
Contoh :
Jika masak lalu terkena cipratan minyak,
ambil salep dan terigu yang dimasukkan dalam kulkas.
Membawa gelas beling. Andaikata pecah, jelaskan
langkah-langkah penanganannya.
Biasanya, yang membuat anak menangis,
adalah respon orangtua yang kaget dan emosi.
Dengan mengenalkan resiko, anak menjadi tidak cepat mengeluh. Mereka
tumbuh menjadi orang yang suka dengan solusi.
5. Anak diberikan
tanggungjawab sesuai tingkatan umur dan kemampuaN
6. Memotivasi anak
TOLOK UKUR KEMANDIRIAN
0-12 bulan masih tahap sensomotorik, sangat
tergantung orang lain.
1-3 tahun diajak mengontrol
diri sendiri. Toilet training, berbicara jika membutuhkan sesuatu. Membereskan
mainan, mengambil baju. Sehingga penting bagi orangtua untuk mengontrol
keinginan untuk segera membantu anak.
Latihan kemandirian ini akan berat latihan di 6 bulan pertama saja. Setelah itu anak akan terpolakan.
Contoh aturan berbicara : di rumah ini, hanya yang berbicara baik
yang akan didengarkan ucapannya.
Contoh aturan membereskan mainan : Mainan diletakkan di
toples-toples mainan. Jika mainan di toples A selesai, mau ambil toples B, maka
toples A harus dibereskan dahulu.
3-5 tahun, menunjukkan
inisiatif yang besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginan sendiri,
meniru perilaku dewasa. Membereskan mainan, membantu ibu menaruh piring kotor/baju
kotor. Beri peran untuk masing-masing anak.
Lakukan dengan suasana yang menyenangkan. Kemas dalam sebuah permainan. Prinsipnya : belajar adalah bermain, bermain adalah belajar
Usia sekolah : anak-anak
PEMBELAJAR MANDIRI. Kemampuan anak untuk mengontrol pembelajarannya sendiri,
muncul internal motivation
Contoh praktek kemandirian :
- Melakukan pekerjaan harian seperti mencuci, memasak
- Bermain dengan DIY. Jika
anak meginginkan mainan, kita ajak putar otak untuk membuatnya sendiri.Tidak langsung membelikan mainan yang anak minta akan membuat anak lebih menghargai proses.
TAHAPAN MEMBUAT ANAK MANDIRI
1. Awali dengan ketrampilan
mengurus diri sendiri (makan, menggosok gigi sendiri)
2. Beri waktu untuk bermain
bebas
3. Membantu tugas rumah,
menyiram tanaman, membuang sampah
4. Biarkan mengurus waktu
sendiri dalam urusan bermain dan belajar. Ditanyakan pada anak, “Besok ingin
belajar apa, Nak?”
5. Diberi tanggungjawab dan
dimintai pertanggungjawabannya.
Gunakan transfer of feeling.”Bagaimana perasaanmu setelah menjadi
direktur sampah 1 minggu?”
6. Kondisi badan yang fit dan
kuat, imbangi dengan olahraga dan kegiatan bermain bersama alam
7. Ijinkan anak menentukan
tujuannya sendiri
8. Ingat, anda tidak akan
selalu bersama mereka
Setelah sesi materi dan pertanyaan, kuliah ini ditutup dengan tugas rumah berikut ini.
disampaikan oleh ibu Septi Peni W, Institut Ibu Profesional.
dalam Kuliah Bunda Sayang Materi 2. Selasa 1 September 2015 secara online via wizIQ
Comments
Post a Comment